Iktikaf

| dilihat 539

Haedar Mohammad

Tanpa dipengaruhi oleh mazhab yang dianut dan diyakini di berbagai belahan dunia, momentum 10 (sepuluh) hari terakhir bulan Ramadan, dihidupkan oleh para insan mukmin yang menjalankan ibadah shaum dengan tradisi agung Iktikaf.

Iktikaf merupakan amalan yang juga kerap dikenali sebagai spiritual retreat - berdiam diri di masjid untuk melakukan kaji diri. Melakukan introspesi dan retrospeksi diri sekaligus mengenali segala peristiwa perjalanan hidup dengan segala hikmahnya.

Iktikaf juga kerap dimaknai sebagai memusatkan perhatian untuk beribadah pada hari-hari tersebut. Menjauhkan diri dari urusan duniawi, menegaskan kepatuhan dan keta'atan kepada Allah SWT. Menegakkan salat wajib dan sunnah dalam disiplin yang kokoh, membaca al Qur'an dan memahami esensi setiap ayat firman Allah di dalamnya. Tanpa kecuali, membaca dan menelusuri berbagai laku keteladanan yang terekam dalam hadis, risalah kerasulan.

Di berbagai masjid raya seperti Masjid al Haram di Makkah Al Mukarramah, masjid Nabawi, Masjid Quba, Masjid Qiblatain, Masjid di Karbala, Khadamain, Isfahan, Qum, tentu Masjid al Aqsa dengan segala risiko menghadapi tekanan zionis Israel,  serta berbagai masjid raya di seluruh dunia.

Sesuai dengan kondisi dan bioritme insaniah, di masjid-masjid tersebut mereka yang melakukan Iktikaf menjalankan aksi kehidupannya, termasuk sambil duduk, tidur, dan berdiri sesuai dengan gerak salat.

Intinya adalah menguatkan keta'atan kepada Allah SWT, menahan diri dari segala hal yang dilarang Allah dan menegakkan semua yang diperintahkan Allah.

Jeda dari Urusan Duniawi

Iktikaf sudah berlangsung sejak Rasulullah Muhammad SAW menerima wahyu pertama di gua Hira, bahkan dalam berbagai referensi disebut sebagai keberlanjutan dari tradisi para Nabi dan Rasul Allah di masa-masa sebelumnya.

Praktik Iktikaf di masjid, merujuk kepada firman Allah, " (Ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat salat.” (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah bait-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang Iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (salat)!” (QS Al Baqarah: 125).

Perenungan spiritual yang juga dipahamkan sebagai momen 'bercumbu dengan Allah, Sang Maha Kekasih' merupakan momentum untuk jeda dari seluruh aktivitas duniawi yang berlangsung selama sebelas purnama. Membebaskan diri dari beragam aktivitas bisnis, studi, pekerjaan, perjalanan, dan berbagai aktivitas lainnya yang dalam banyak hal membuat kita lalai dan menjauh dari Allah.

Iktikaf juga diamsalkan sebagai momentum untuk mendapatkan kesegaran dan penyegaran sukma insan terjaga, memenuhi hasrat beroleh hikmah dan kebaruan hidup, menghilangkan dahaga batin insaniah dengan mereguk sepuasnya hikmah dari 'mata air' kehidupan. Dengan demikian kita dapat mengenal pasti dan mengulang kesadaran suci untuk meneguhkan komitmen syahadat berdimensi aqidah secara konsisten.

Peneguhan tersebut mengandung makna asasi dan mendalam guna menjawab pertanyaan, "who am I?" - siapakah sungguh diri kita. Apa saja kewajiban dan tanggung jawab kita kepada Allah SWT. Sekaligus menyusun neraca hidup duniawi dan ukhrawi.

Melalui Iktikaf kita mendapatkan kembali kesadaran yang dihidupkan secara entusias untuk mengamalkan dengan sungguh-sungguh manifestasi cinta kepada Allah SWT. Sekaligus mengenal pasti, betapa terlalu banyak Allah memberi nikmat yang melimpah, dan terlalu sedikit kita memberi kepada Allah, melalui pelaksanaan tugas dan tanggung jawab insaniah, seperti sadaqah dan infaq, serta zakat. Kewajiban kita untuk mengeluarkan hak manusia lain yang Allah titipkan dalam rezeki yang diberikan-Nya kepada kita.

Keseimbangan Insaniah

Iktikaf bukan rehat atau liburan. Melainkan momentum yang tersedia bagi kita dalam menempa diri, melengkapi ibadah shaum yang bersifat personal dan individual dengan amal-amal sosial, mu'amalah. Tanmpa kecuali menyempurnakan laku yang menyempurnakan pribadi kita dengan akhlaq mulia, akhlaq kariimah.

Secara spiritual, Iktikaf juga merupakan laku hidup pada momentum terbatas untuk menyehatkan mental. Mencegah diri dari kerusakan mental yang ditimbulkan oleh kuatnya nafsu, khasnya syahwat duniawi yang mewujud dalam perburuan harta, tahta, simbol status, yang kerap menimbulkan gangguan mental, seperti: ambisius melampaui ambisi yang wajar, tamak, serakah, bakhil, mentang-mentang, dzalim, otoriter, pongah, jumawa, congkak, sombong dan segala sifat takabbur. Lantaran sikap takabbur menyeret manusia menjadi manusia yang inkar atau kufur nikmat.

Karenanya Iktikaf juga dimaknai sebagai laku menghidupkan keseimbangan insaniah antara kecerdasan dengan kearifan. Untuk itu pula Iktikaf dilakukan dengan daya imani yang benar.

Di atas motivasi untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan tidak untuk pamer, karena kesadaran paripurna, bukan karena paksaan siapapun, Iktikaf juga merupakan momentum untuk menguatkan kedaulatan diri sebagai insan yang bertaqwa.

Dalam satu tarikan nafas, Iktikaf juga dipahami sebagai cara reguler menempa diri dalam membentuk karakter insaniah yang utuh, membentuk karakter kuat dengan integritas yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan, menciptakan peluang, mengenali kemahan, dan mendapatkan daya baru untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan dalam menjalani kehidupan berikutnya.

Anas bin Malik r.a meriwayatkan, Rasulullah Muhammad SAW senantiasa melakukan Iktikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir ketika berada di kota. Dan.. melakukan Iktikaf dua puluh malam pada tahun berikutnya, ketika sedang dalam perjalanan.. (Kanz al 'Ummal, 18091).

Iktikaf menempa insan yang menjalankan ibadah shaum dengan optimisme untuk menjadi seorang muttaqin (insan bertaqwa) yang berkualitas. Berbahagialah siapa saja yang berkesadaran melakukan i'tiqaf di penghujung Ramadan... |  

Editor : delanova
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1196
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 749
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 904
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 858
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya