Rupiah Merosot, Kedaulatan Melorot

| dilihat 1898

Bang Sem

DUA hari beturut-turut, di pers conference room – Bank Indonesia (Jakarta) dan salah satu meeting room sebuah hotel berbintang lima di Surabaya (Rabu 10/12 dan Jum’at 12/12) saya terlibat perbincangan ihwal mata uang Rupiah. Di Jakarta dengan para akademisi (termasuk dua guru besar) universitas negeri di Indonesia dan di Surabaya, dengan para karyawan – karyawati Bank Indonesia.

Menguat dan melemahnya posisi nilai tukar rupiah terhadap US dollar menjadi perbincangan menarik dalam dua forum tersebut. Sebagai nara sumber dalam forum dialog dengan para akademisi, maupun dengan para karyawan- karyawati Bank Indonesia, saya coba ingatkan soal korelasi mata uang Rupiah dengan marwah kedaulatan bangsa.

Bangsa ini terselamatkan eksistensinya, ketika Mr. Sjafroedin Prawiranegara (dari Bukittinggi) memerintahkan kepada Kepala Cabang BNI dan Kepala Kantor Bendahara Negara Pemerintah Darurat di Kutaraja, mencetak Orida (Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Aceh). Kala itu, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh Hatta ditangkap di Yogyakarta, dan militer masih setengah mati berjuang mempertahankan kedaulatan.

Dari masa ke masa, Bank Indonesia berjuang mengedarkan mata uang Rupiah ke seluruh wilayah Tanah Air untuk menegaskan kedaulatan Negara Republik Indonesia (NRI). Termasuk ke wilayah-wilayah perbatasan, yang masyarakatnya lebih suka menggunakan mata uang asing. Paling tidak mata uang negeri jiran.  Tak hanya itu, Bank Indonesia juga berjuang sekuat tenaga meningkatkan daya tukar Rupiah atas mata uang asing, khasnya dolar AS. Meskipun, nilai Rupiah sedikit lebih baik dari mata uang Dong – Vietnam dan Dobra dari Sao Tome.

Kita memang harus miris, karena nilai mata uang Rupiah, masih terbilang, mata uang terendah, dan bahkan dimasukkan kategori rubbish currency, mata uang sampah. Pasalnya, dari 180 mata uang yang diakui PBB secara internasional, Rupiah termasuk salah satu rubbish currency.

Dalam peringkat yang dibuat The Richest, Rupiah, merupakan salah satu mata uang dengan nilai tukar yang paling rendah terhadap dolar AS. Akan halnya Euro (yang berlaku di Eropa) meskipun sebagian negara sedang mengalami krisis ekonomi, merupakan mata uang yang derajatnya lebih tinggi dibandingkan US Dollar.

Indonesia menempati berada di posisi ke empat negara dengan nilai mata uang terendah di dunia. Sampai saat ini, 1 dolar AS setara dengan Rp 12.467, bahkan diperkirakan akan mencapai Rp14.000 bila Presiden Jokowi mematok pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen.

Sampai Sabtu (13/12/2014), menurut Bloomberg, nilai tukar Rupiah berada dalam posisi nilai terlemah, yaitu sekitar 1,3 persen. Bahkan, para maling uang rakyat yang disebut koruptor dan pelaku suap, setiap kali ditangkap-tangan oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) selalu menggunakan ‘transaksi haram’ dengan dolar AS atau dolar Singapura.

Majalah The Economist menyebutkan, bahwa masalah indonesia. Hal itu disebabkan oleh terjadinya pergerakan modal kembali ke Amerika Serikat dan negara-negara asal investasi. Terutama ketika kaum pekerja (buruh) kembali turun ke jalan dan melakukan sweeping ke berbagai pabrik, sejak Presiden Jokowi mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi.

Para investor menemukan fakta di lapangan, apa yang dipresentasikan Jokowi di hadapan pengusaha dari negara-negara APEC, tentang tenaga kerja murah, tak sesuai dengan fakta di lapangan. Penyebab lainnya, menurut The Economist, arus balik modal dari Indonesia ke negara asal, juga disebabkan oleh infrastruktur yang jelek, pemerintahan yang birokratis, serta masih terjadinya suap dan rasuah. Kondisi inilah yang membuat nilai tukar rupiah sangat rendah terhadap dolar AS.

Rendahnya mata uang Rupiah, menunjukkan rendahnya derajat kerdaulatan bangsa ini secara keseluruhan.

Pemerintah wajib mengeluarkan segera peraturan penggunaan rupiah untuk seluruh transaksi tunai di Indonesia. Hongaria pernah melakukannya, ketika mata uangnya: Forint, mengalami penurunan nilai sangat rendah. Bersama Bank Indonesia, pemerintah harus memperkuat sistem stabilitas keuangan. Termasuk mendukung redenominasi... |

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Humaniora
08 Mei 24, 19:52 WIB | Dilihat : 132
Sorbonne Bersama Gaza
03 Mei 24, 10:39 WIB | Dilihat : 423
Pendidikan Manusia Indonesia Merdeka
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 621
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1358
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
Selanjutnya