Sorowako, Kota Nikel di 'Pusar

| dilihat 4468

Bang Sem

PESAWAT berbaling-baling yang parkir di salah satu sudut pelataran bandar udara (bandara) Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, itu sudah siap terbang. Penumpang, satu persatu masuk ke kabin pesawat lewat pintu belakang, setelah sebelumnya ditimbang -- laiknya barang – sebelum boarding. Barang-barang sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam kabin bagian depan.

Saya masuk dan duduk di salah satu kursi, agak di belakang. Suhu udara kabin terasa panas. Baling-baling pesawat mulai berputar. Lalu, pesawat mulai bergerak perlahan, berhenti sesaat, sebelum tinggal landas. Tak berapa lama pesawat dengan suara bising bergerak di landasan pacu, dan tinggal landas menuju Sorowako.

Pesawat ini terbang tak terlalu tinggi. Pada cuaca cerah seperti itu, pemandangan di bawah terlihat dari jendela. Lembah, tebing, dan bukit berbatu di Kabupaten Maros – Sulawesi Selatan, nampak dengan jelas.

Pesawat terus melaju. Para penumpang yang berjumlah sekitar 40-an orang, nampak saling berbincang dengan rekan di sebelahnya. Suasana sangat karib. Sebagian terbesar penumpang memang karyawan Vale – dulu Inco – perusahaan penambang nikel di Kabupaten Luwu Timur – Sulawesi Selatan, atau keluarganya. Ada juga petinggi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu Timur. Selebihnya – dalam jumlah sedikit – adalah penumpang umum, dan tamu perusahaan pertambangan, itu atau tamu Pemkab, baik dari Makassar atau dari Jakarta.

Setelah terbang selama kurang lebih 45 menit, selepas melintasi teluk Bone, pesawat melintas di atas hamparan kawasan pertambangan nikel, danau Towuti, dan danau Matano. Lalu mendarat di bandara kecil dan sederhana Sorowako. Bandara ini dibangun PT INCO yang kini dikuasai perusahaan pertambangan raksasa Brazil, Vale.

SOROWAKO kini dikenal sebagai kota Nikel di pusar Sulawesi. Dulu, Sorowako hanyalah desa kecil, terdiri dari beberapa kampung di kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur. Desa yang terletak ±300 meter dpl (di atas permukaan laut), ini berubah menjadi kota nikel, sejak PT Inco mulai menambang dan mengolah bijih nikel di situ, sejak 1968.

Dengan luas 178 km2, dan berpenduduk 8.168 jiwa (2009), serta fasilitas yang memadai, Sorowako juga menjadi pusat pemerintahan Kecamatan Nuha, yang dikelilingi desa Nuha, Matano, dan Magani. Di situ juga terdapat sentra kendali administrasi – manajemen operasi dan produksi pertambangan. Sekaligus kawasan hutan persemaian berisi aneka jenis tanaman endemik, seperti serewako dan dengen. Termasuk fauna endemik, Anoa. Kota Sorowako secara administratif dikelola oleh lurah, sedangkan fasilitas dan pemeliharaan dikelola untuk lingkungan permukiman dan sentra operasi pertambangan, dipimpin oleh seorang general manager perusahaan tambang, laiknya seorang walikota.

Dia dengan para manager dan staf-nya, mengurusi pelayanan terhadap permukiman petinggi dan karyawan, baik yang tinggal di kompleks perumahan, maupun di dormitori, tempat tinggal khas pekerja bujangan. Mulai dari air bersih, listrik, kebutuhan bahan pokok, dan sarana hiburan.

Laiknya sebuah kota, Sorowako tertata dengan tata ruang fungsional yang baik. Ada perumahan khas untuk ekspatriat dan tenaga lokal dan tempat mereka melepas lelah di Salonsa dan Pontada. Sebagian masih berbentuk rumah-rumah kapsul alias container, dilengkapi dengan kamar mandi dan tempat tidur, minimal sekelas dengan hotel bintang tiga.  |

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 963
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1180
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1451
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1598
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya