Ritual Paskah Bakar Patung Trump

Ekspresi Kebencian Meksiko Terhadap Trump

| dilihat 2191

MEKSIKO, AKARPADINEWS.COM | MASYARAKAT Meksiko begitu benci dengan Donald John Trump, bakal calon Presiden Amerika Serikat (AS) yang diusung Partai Republik. Kebencian itu mereka lampiaskan dengan membakar patung Trump kala menggelar ritual Paskah, Sabtu malam (27/3).

Kebencian itu buntut dari pernyataan Trump yang saat kampanye Pemilihan Presiden beberapa waktu lalu menuding Meksiko mengirim para bandit dan pemerkosa ke AS sehingga harus dibangun tembok besar yang membatasi AS-Meksiko.

Sosok patung Trump yang dibakar itu menjadi simbol "mengusir iblis" dan sosok manusia yang tidak disukai. Dalam tradisi masyarakat Meksiko, patung-patung yang dibakar menjadi simbol Yudas Iskariot, yang menghianati Yesus Kristus. Di kawasan Amerika Latin, ritual pembakaran patung Yudas itu untuk mempersatukan masyarakat melawan musuh bersama.

Ratusan orang di La Merced terlihat mengikuti prosesi pembakaran Patung Trump yang mengenakan jas biru, kemeja putih, dan dasi itu. Patung itu dikreasikan oleh Felipe Linares, yang telah membuat patung Yudas selama lebih dari 50 tahun. "Untuk (masyarakat) Amerika Latin di sini dan di Amerika Serikat, dia (Trump) bahaya, ancaman nyata," kata Linares seraya menegaskan masyarakat Meksiko membenci Trump lantaran berbicara buruk tentang orang-orang Meksiko.

Linares pernah membuat patung 0rang-orang jahat, seperti mantan pemimpin persatuan yang korup, Elba Esther Gordillo dan Nieto, yang popularitasnya tercoreng lantaran skandal korupsi. Selain di La Merced, sejumlah patung Trump juga dibakar di beberapa tempat, dari wilayah Puebla hingga kawasan industri, Monterrey.

Trump, yang mendominasi sebagai bakal calon presiden dari Partai Republik untuk pemilihan umum 8 November mendatang, telah menyulut amarah Meksiko lantaran mengusulkan rencana membangun tembok besar yang membatasi AS dengan Meksiko.

Kemarahan Meksiko memuncak tatkala Trump menuding Meksiko mengirimkan bandit dan pemerkosa ke AS. Padahal, Meksiko adalah mitra dagang ketiga paling penting AS setelah Kanada dan Tiongkok. Meksiko dan AS dibatasi rentang perbatasan sejauh 3.145 km.

Felipe Calderon, mantan Presiden Meksiko menyamakan Trump dengan Adolf Hitler yang rasialis. Calderon menilai Trump sedang mengeksploitasi ketakutan sosial seperti dilakukan Hitler di zamannya. Calderon juga menyakini jika Trump menjadi Presiden AS, maka akan memperkuat sentimen anti AS di seluruh dunia.

Wakil Presiden AS Joe Biden saat berkunjung ke Meksiko beberapa waktu lalu juga menilai, pernyataan Trump berbahaya dan merusak hubungan AS-Meksiko. Namun, Biden menyatakan, gejala xenophobia itu akan berlalu.

Pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus juga sebelumnya mengecam ide Trump yang ingin membangun tembok pembatas. Paus lalu meragukan keimanan Trump sebagai penganut Kristen. "Seseorang yang hanya berpikir membangun tembok, tidak membangun jembatan, bukan seorang Kristen," katanya. Trump juga pernah melarang muslim masuk ke AS, yang menuai kecaman para pemimpin dunia.

Tak hanya itu, pernyataan-pernyataan Trump yang menuai kontroversial, memicu meluasnya gerakan anti-Trump yang disuarakan petinggi Partai Republik. Trump dituding penebar kebencian. Dua bakal calon presiden dari Partai Republik, Ted Cruz dan Marco Rubio menunjukan sinyal untuk tidak mendukung Trump. Gubernur Ohio, John Kasich juga rada tidak setuju dengan Trump.

Elit Partai Republik yang pernah menjadi calon presiden di pemilihan presiden 2012 lalu, Mitt Romney menyebut Trump sebagai penipu. "Trump itu penipu," katanya seraya menyerukan warga AS tidak memilih Trump.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik, Paul Ryan juga menyayangkan tindakan Trump yang tidak menolak dukungan David Duke, pemimpin kelompok supremasi kulit putih Ku Klux Klan.

Sikap Trump itu dinilainya mendukung kelompok yang intoleran. Ketua Fraksi Republik, Mitch McConnell juga menilai para senator Partai Republik mengecam David Duke yang rasis.

Pesan Paskah Paus Fransiskus

Sementara itu, saat perayaan Paskah di Vatikan, Roma, Minggu (27/3), Paus Fransiskus menyerukan masyarakat dunia agar mengedepankan cinta kasih dalam memerangi kejahatan dan kekerasan brutal. Seruan itu disampaikannya menyusul terjadinya serangan Brussels, Belgia, Selasa (22/3) lalu, yang menewaskan 31 orang.

Dari balkon, di mana ia pertama kali muncul pada malam pemilihannya sebagai Paus Gereja Katolik, 13 Maret 2013 lalu, Paus Fransiskus mendoakan korban tewas akibat serangan di Brussels, termasuk korban tewas dan terluka akibat serangan teroris dan kekerasan di Turki, Nigeria, Kamerun, Pantai Gading, dan Irak.

Peringatan kematian Yesus Kristus diikuti ribuan umat Katolik yang memadati Lapangan Santo Petrus itu di bawah pengamanan ketat. Polisi memeriksa jemaat beberapa kali di berbagai titik di sepanjang alun-alun. Mereka diperiksa sebelum melewati detektor logam.

Dalam pesan Paskahnya, Paus Fransiskus banyak menyinggung soal kekerasan, ketidakadilan, dan ancaman terhadap perdamaian di sejumlah tempat di dunia.

Pemimpin Katolik asal Argentina berusia 79 tahun itu telah beberapa kali mengutuk serangan Brussels. Pada layanan Jumat Agung, ia mengatakan, para fundamentalis dan teroris, melanggar kekudusan Allah. Paus Franciskus juga berharap agar konflik di Suriah terselesaikan.

Dia juga mendesak negara-negara Eropa tidak melupakan nasib imigran, perempuan, dan anak-anak yang mencari masa depan yang lebih baik, yang kini berada di pengungsian. Mereka melarikan diri negaranya karena ancaman perang, kelaparan, kemiskinan, dan ketidakadilan.

Pernyataan itu disampaikan Paus Fransiskus setelah sebelumnya Uni Eropa dan Turki sepakat menghentikan arus imigran dari negara-negara berkonflik ke Eropa dengan imbalan konsesi politik dan keuangan untuk Ankara. Turki menjadi jalur utama bagi para migran dan pengungsi ke Eropa pada tahun lalu.

Dalam kesempatan itu, Paus juga menyerukan dialog antara Israel dengan Palestina, mendorong resolusi konflik dan ketegangan politik di Yaman, Irak, Libya, Burundi, Mozambik, Chad, Republik Demokratik Kongo, Sudan Selatan, dan Ukraina.

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : Reuters/AFP
 
Humaniora
08 Mei 24, 19:52 WIB | Dilihat : 128
Sorbonne Bersama Gaza
03 Mei 24, 10:39 WIB | Dilihat : 420
Pendidikan Manusia Indonesia Merdeka
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 619
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1255
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
Selanjutnya
Energi & Tambang