Mumifikasi Tokoh Dunia

Mengabadikan Ideologi Bapak Bangsa

| dilihat 3783

AKARPADINEWS.COM | PAMAN Ho merupakan julukan bapak bangsa Vietnam, Ho Chi Minh. Sosoknya terukir dalam tinta emas sejarah negara tersebut. Dia dipuja dan selalu dikenang rakyatnya karena memimpin perjuangan mengusir penjajah Perancis, Jepang, hingga bertarung melawan Amerika Serikat (AS) dari bumi Vietnam. Dia juga tokoh yang mempersatukan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.

Kecintaan rakyat terhadapnya sangat luar biasa. Sampai-sampai, jasadnya tak dikremasi sesuai keinginannya. Paman Ho meninggal dunia tahun 1969 di usia 79 tahun di masa peperangan. Tubuhnya diawetkan di dalam sebuah goa di hutan Vietnam. Negara lalu memindahkan jasad Paman Ho dalam sebuah mausoleum yang memukau di pusat Kota Hanoi. Tempat itu bernama Ho Chi Minh Mausoleum.   

Mengunjungi makam Ho Chi Minh di musim gugur tahun 2014 lalu adalah wisata sejarah yang menegangkan. Di mulai dari pintu gerbang, penjaga patroli berkeliling dan wisatawan secara ketat diawasi. Semua barang diperiksa dengan menggunakan alat detektor logam. Tas dan barang-barang bawaan wisawatan, termasuk kamera dan alat perekam disimpan di loker, tidak diperkenankan digunakan. Bahkan, untuk pakaian pun harus memiliki etika, tidak boleh memakai celana pendek atau baju santai.

Menuju makam Ho Chi Minh serupa memasuki goa bawah tanah. Ruangan yang remang-remang dan menarik pengunjung pada dimensi di waktu lain. Para pengunjung harus berjalan antri dengan takzim, masuk satu per satu, tidak boleh berhenti, dan tidak boleh mengeluarkan satu kata pun. Kala melihat sosok Paman Ho dalam kotak kaca, dia seperti tidak mati, tapi tengah tertidur lelap. Jenazahnya utuh. Dengan dikelilingi tentara di sekelilingnya.  Dia dimumikan guna mengenang perjalanan hidupnya mewarisi kisah besar.

Usai melihat sosok Paman Ho, pengunjung memasuki Ba Dinh Square, kompleks istana negara, tempat ia membacakan proklamasi kemerdekaan Vietnam yang menggetarkan. Di dalam kompleks istana, terdapat tempat tinggal, lengkap dengan garasi. Terdapat pula taman dengan kolam yang luas serta rumah panggung kayu yang digunakan Ho Chi Minh untuk istirahat dan bekerja.  Di luar komplek istana, berdiri Museum Ho Chi Minh dengan megah.

Semua koleksi benda berharga milik Ho Chi Minh tersimpan, lengkap dan terawat,. Termasuk foto-fotonya saat berkunjung ke Indonesia tahun 1959 menemui sahabatnya, Bung Karno.

Ho Chi Minh adalah salah satu tokoh besar di negara sosialis maupun komunis, yang meski sudah wafat, jasadnya diawetkan agar rakyatnya selalu mengenang kisah hidup dan perjuangannya. Bapak Bangsa China, Mao Tse-Tung juga jasadnya diawetkan. Tubuh kaku pemimpin Republik Rakyat China (RRC) 1949-1976 itu bisa dilihat di Lapangan Tiananmen di Beijing, China.

Demikian pula Kim Il Sung, pemimpin Korea Utara, yang wafat 8 Juli 1994. Jasadnya tersimpan di Kumsusan musoleum di Pyongyang yang hingga kini terus didatangi warga Korea Utara yang menganggapnya sebagai pemimpin besar. Demikian pula mantan Presiden Korea Utara, Kim Jong Il yang juga ayah Presiden Korea Utara saat ini, Kim Jong Un. Jasadnya juga tersimpan di Kumsusan Memorial Palace. Kumsusan menjadi tempat semua jenazah pemimpin Korea Utara diawetkan dan dipajang agar bisa dilihat masyarakat.

Jasad pemimpin diktator Filipina yang diasingkan, Ferdinand Marcos, juga dibalsem di sebuah pemakaman umum setelah pemerintah mengizinkan tubuhnya dikembalikan ke negara itu pada tahun 1993. Istrinya, Imelda Marcos, telah berjuang agar pemerintah mengizinkannya untuk mengubur Ferdinand Marcos di pemakaman presiden negara itu.

Jenazah Hugo Chavez juga semula akan diawetkan dan dipamerkan kepada publik. Namun, akhirnya dibatalkan. Hugo Chavez meninggal pada 5 Maret 2014, berusia 58 tahum, setelah dalam waktu panjang berjuang dengan penyakit kanker.

Di antara para tokoh dunia itu, adalah Vladimir Lenin, pendiri negara Uni Soviet, yang pertama kalinya jasadnya diawetkan. Jasad Lenin dipamerkan kepada publik sejak kematiannya pada tahun 1924 di peristirahatannya di Lapangan Merah, Moskow, Rusia. 

 

Alexei Yurchak, profesor Antropologi Sosial, dalam bukunya berjudul: Everything Was Forever, Until it Was No More: The Last Soviet Generation menjelaskan, pada tahun kematiannya, banyak yang mengharapkan agar jasadnya dikubur di pemakaman tertutup. Tapi, musim dingin memungkinkan tubuh Lenin bisa disaksikan hampir dua bulan oleh rakyatnya yang ingin memberikan penghormatan terakhir. Lalu, muncul ide pemerintah untuk mengawetkan tubuhnya dalam jangka waktu yang lebih lama. Sebagian pejabat sempat menentang ide tersebut. Namun akhirnya, disepekati jasad Lenin diawetkan.

Para peneliti dan ilmuwan Soviet ditunjuk untuk mengawetkan dan merawat jasad Lenin dengan teknik pembalseman yang dikembangkan ahli anatomi Vladimir Voroblev dan ahli biokimia Boris Zbarsky. Percobaan pengawetan pertama itu dilakukan pada Maret hingga Juli 1924.

Uni Soviet yang kini menjadi Rusia memiliki rahasia mengelola bahan kimia dan prosedur yang tepat untuk menjaga jasad pemimpinnya tetap awet dan terlihat hidup seperti tidur. Beberapa ilmuwan juga mulai meninjau kembali gagasan mumifikasi dengan penambahan beberapa teknologi baru.  

Dilansir dari The Belfast Telegraph dan National Geographic yang mengulas institusi yang punya reputasi dalam membalsem jenazah Lenin, Kim II Sung, Ho Chi Minh, pemimpin Cekoslowakia Klement Gottwal, termasuk jasad Kim Jong II yang wafat 17 Desember 2011, dijelaskan tentang cara memufikasi.

Pavel Fomenko, salah satu spesialis mengungkapkan, yang dilakukan dalam mumifikasi adalah proses pengambilan organ tubuh para pemimpin. Semua organ di dalam diambil, pembuluh darah diluluhkan, dan darah diambil dari jaringan. Tujuannya, agar jenazah tidak membusuk. Biaya untuk mumifikasi ini menghabiskan lebih dari US$ 1 juta seperti yang saat mengawetkan jasad Kim Il Sung.

“Jasad diletakkan di bak kaca yang penuh dengan zat pembalsem, ditutup, dan diselimuti dengan kain putih. Hingga akhirnya, air sel di dalam tubuh diganti dengan cairan itu,” ujar Fomenko. Proses itu memakan waktu sekitar enam bulan.

Tujuan mumifikasi para tokoh dunia itu tiada lain adalah menjadikannya sebagai simbol sejarah yang dikenang setiap generasi. Sosok pendiri bangsanya dibuat abadi. Jasa-jasa dan kehidupannya yang bersejarah menjadi monumen kenangan melalui media tubuhnya.

Mumifikasi para pemimpin sebenarnya sudah lama dilakukan manusia seperti yang dilakukan Mesir. Tujuannya, agar arwah orang-orang besar tersebut bisa mencapai nirwana dengan mudah dan diterima dewa. Berbeda dengan mumifikasi para tokoh dunia di abad ke-19 dan 20, dengan tujuan agar sosok dan ideologi negaranya tetap terpelihara melalui simbolisasi jenazahnya.

Ratu Selvi Agnesia

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 254
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 481
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 470
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 443
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 271
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 439
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 283
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya