Ketika Monyet Turun ke Kota

| dilihat 241

Monyet turun ke jalan dan ke berbagai lokasi wisata di berbagai wilayah Indonesia, sudah biasa terlihat. Siapa saja yang sering melintasi jalur lintas atau berwisata ke beberapa lokasi wisata di Sumatera dan Bali, memandang hal tersebut sesuatu yang biasa.

Di beberapa lokasi wisata negara jiran dan negara lain, seperti Pantai Chempedak - Pahang, persekitaran Putrajaya dan Subang - Selangor, serta Wat  Kai dan Nonthaburi - Thailand, pemandangan demikian juga biasa.

Beberapa hari lalu, sampai Sabtu (2/3/24) sekawanan monyet kembali turun ke Kota Bandung, berkeliaran di permukiman warga, dan terlihat di Kiaracondong, Dago Atas, Coblong dan lain-lain.

Pada hari yang sama, Neha Dhillon dari The Sun melaporkan, tak kurang dari 3.500 monyet menyerbu pusat kota dan memaksa penduduk setempat untuk menutup rumah mereka, para turis melarikan diri, dan toko-toko tutup. Peristiwa itu terjadi sebuah kota di Thailand tengah.

Bila di Bandung 'kunjungan' monyet-monyet tersebut baru menggusarkan warga, di Lpburi - Thailand sudah menyebabkan beberapa toko dan tempat usaha terpaksa tutup dan direlokasi. Bahkan sampai menghentikan investor menghentikan investasinya. Para pembeli hampir seluruhnya menghilang dari kota.

Kota di Thailand, ini sebelumnya memang pernah menjadi pusat berkembangnya wisatawan karena keberadaan kawanan monyet-monyet tersebut.

Lantaran kawanan monyet tersebut agresif, beberapa penduduk setempat telah melarikan diri, sementara yang lain terpaksa membuat barikade di rumah mereka untuk melindungi diri dari monyet yang mengamuk, saling bertikai sesamanya.

Semakin Agresif

Di Bandung, situasi tidak sampai seperti itu. Relatif sama dengan apa yang terjadi di kawasan wisata Pantai Chempedak. Karenanya belum sampai dinyatakan sebagai zona larangan bepergian. Warga hanya diingatkan untuk lebih waspada.

Kawanan monyet tersebut masuk ke permukiman warga diduga karena habitat mereka mengalami gangguan besar, sehingga mereka kekurangan makanan. Antara lain terjadinya deforestasi dan alih fungsi lahan, dengan bertumbuhnya permukiman baru.

Menyikapi situasi demikian, penduduk tidak dianjurkan memberi makanan kepada mereka yang dapat mengubah kebiasaan. Pengalaman yang terjadi di Thailand menunjukkan, lantaran penduduk yang 'disambangi'  memberi makan, dalam upaya mengusir, malah menjadi bumerang dan tampaknya hanya membuat monyet-monyet tersebut semakin agresif.

The Sun melaporkan, sebelum pandemi, monyet dan manusia hidup harmonis di kota – kera menarik wisatawan ke kota, dan wisatawan tersebut akan membeli pisang untuk memberi makan hewan dan berpose bersama mereka.

Namun keseimbangan itu dengan cepat runtuh ketika terjadi lockdown yang menghentikan arus pariwisata, sehingga membuat kera putus asa mencari sumber makanan baru.

Mereka menyerbu gedung-gedung dan memaksa penduduk setempat meninggalkan rumah mereka. Lalu, karena perbaikan lingkungan habitat memerlukan waktu lama, kawanan monyet tersebut dapat ditemukan dimana-mana. Mereka duduk di atas atap rumah, bersiap untuk menyergap, bahkan menimbulkan 'kekacaaun' di jalan, termasuk mengganggu kendaraan yang lewat.

The Sun mengungkapkan, monyet telah lama menjadi pemandangan umum di kuil dan tujuan wisata di seluruh dunia. Hewan-hewan cerdas ini pernah menjauh dari pusat kota, membatasi diri mereka di pinggiran kota-kota besar.

Namun penggundulan hutan, peternakan, industrialisasi, dan pertumbuhan kota yang pesat telah mengurangi habitat monyet pada tingkat yang mengkhawatirkan. Akibatnya, banyak spesies monyet yang menyerang kota untuk mencari makanan, tempat berlindung, dan air.

Sterilisasi

Banyak monyet telah lama dibawa ke kuil, tempat mereka sering dilindungi dan diberi makan. Dari kuil-kuil ini mereka menyebar ke hutan-hutan di dekatnya. Namun urbanisasi telah menyerbu kawasan kuil, menjadikan kota ini seperti monyet.

Departemen Taman Nasional Thailand harus meluncurkan program sterilisasi, dengan harapan dapat mengekang populasi monyet yang berkembang pesat di kota tersebut.

Tahun 2020 lalu, pihak berwenang dapat menggunakan buah-buahan berukuran besar untuk memikat beberapa ratus monyet ke dalam kandang agar mereka dapat mensterilkannya.

Pada awalnya mereka berhasil menangkap sekitar 500 monyet setiap hari, namun sekarang monyet-monyet tersebut telah 'memahami' taktik mereka. Petugas juga menghadapi kesulitan untuk menangkap 20 ekor saja.  

Karena habitat alami monyet terus dirusak, rasa takut monyet terhadap manusia pun hilang. Untuk mencari sumber makanan baru, mereka menyerbu peternakan, mengemis makanan, dan mencuri dari rumah dan tempat usaha.

Daerah perkotaan menawarkan akses mudah bagi monyet untuk mendapatkan tempat berteduh, makanan, air, dan pohon-pohon besar, sehingga menyebabkan ledakan populasi. Kabel telepon dan listrik memberi mereka akses mudah ke seluruh hutan kota.

The Sun mengungkapkan, jumlah monyet kini sama banyaknya dengan tupai di banyak kota di Asia. Mereka nongkrong di stasiun kereta, di pinggir jalan, menggali tong sampah, dan mencuri makanan manusia.

Hidup Berdampingan

Ada puluhan ribu monyet rhesus yang menyusuri atap gedung, berkeliaran di tempat kerja, menyerbu dapur, menyebarkan arsip, dan menyerang pekerja.

Di India, monyet 'berkonflik' dengan manusia, tak hanya merampas bahan makanan, bahkan melukai. Lingkungan alam yang rusak akan mendorong monyet telah menyebar ke kota-kota.

Upaya untuk mengurangi populasi monyet di perkotaan yang bisa dianjurkan adalah kampanye kesadaran untuk tidak memberi makan monyet. Bukan pemusnahan.

Upaya yang lebih manusiawi untuk menghindari kerusakan akibat monyet adalah beralih dari tanaman buah-buahan dan sayur-sayuran ke tanaman yang kurang menarik perhatian monyet.

Metode pemusnahan tidak hanya tidak manusiawi, tapi juga tidak efektif. Monyet-monyet baru segera berdatangan dari daerah sekitarnya. Pemusnahan juga mengakibatkan kera menjadi lebih agresif.

Menangkap monyet kota di dalam kandang, dan menyimpannya di penangkaran sebelum dilepasliarkan, menjurut berbagai laporan, menyebabkan stres yang luar biasa pada hewan tersebut. Relokasi kera hanya mengakibatkan masuknya pasukan baru ke wilayah tersebut. Penyakit juga bisa ditularkan oleh monyet dari satu daerah ke daerah lain.

Tantangan monyet perkotaan diciptakan oleh manusia, dan harus diselesaikan oleh manusia. Monyet bukanlah penjahatnya. Habitat dan sumber makanan monyet di alam liar telah terkuras habis akibat aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Hidup berdampingan adalah satu-satunya solusi. | delanova

Editor : delanova | Sumber : TheSun, National Geographic, berbagai sumber
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 740
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 897
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 848
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 527
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1048
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 273
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 742
Momentum Cinta
Selanjutnya