Tumbuhkan Toleransi dalam Keragaman

| dilihat 2053

AKARPADINEWS.COM | DI penghujung tahun 2015, dua hari besar keagamaan terjadi dalam waktu berdekatan. 24 Desember atau sesuai penanggalan Qomariyah (Hijriah), 12 Rabi'ul Awal, umat Islam di seantero dunia, memperingati hari kelahiran atau dikenal Maulid Nabi Muhammad SAW.

Di hari berikut, 25 Desember, giliran umat Kristiani merayakan Natal, untuk mengenang kelahiran Isa Almasih. Dan, hal yang patut disyukuri, dua peristiwa besar yang diperingati dan dirayakan itu berlangsung dengan damai.

Itu menandakan, makin kokohnya toleransi antar umat beragama di Indonesia. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Perayaan Natal yang berdekatan harinya serta berlangsung hikmat, merupakan bagian dari proses pembelajaran bangsa ini dalam menumbuhkan toleransi dalam bingkai keanekaragaman.

Sebagai negara yang dihuni mayoritas muslim terbesar di dunia, Indonesia tidak menganut sistem kenegaraan yang bercorak Islam. Dengan jumlah mayoritas muslim, sekitar 88 persen dari total penduduknya, Indonesia mengadopsi sistem demokrasi. Dan, umat muslim di Indonesia, umumya moderat, toleran dengan warga negara lainnya yang berbeda agama dan keyakinan.

Toleransi itu diaktualisasi dengan sikap dan perilaku yang saling menghargai dan menghormati setiap warga negara dalam menjalankan aktivitas keagamaan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Dengan toleransi, tumbuh rasa empati untuk dapat merasakan dan memberikan pertolongan bagi yang membutuhkan, meski berbeda agama dan kepercayaan.

Meski sempat muncul kembali wacana tentang larangan bagi umat Islam mengucapkan Selamat Natal yang oleh sebagian umat Islam di Indonesia dapat merusak aqidah. Hal itu harus dipahami sebagai bagian dari dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, tanpa harus direspon dengan cara-cara yang inteloren.

Ahli tafsir yang juga mantan Menteri Agama Quraish Shihab menilai, mengucapkan selamat Natal diperbolehkan sebagai upaya menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Dia pun bertanya-tanya ikhwal munculnya larangan bagi muslim di Indonesia untuk mengucapkan selamat Natal kepada umat Nasrani.

“Saya duga keras, persoalan ini hanya di Indonesia. Saya lama di Mesir. Saya kenal sekali. Saya baca di koran, ulama-ulama Al Azhar berkunjung kepada pimpinan umat Kristiani mengucapkan selamat Natal," tutur Quraish Shihab dalam acara Tafsir Al Misbah di Metro TV, Ramadan 1435 Hijriah episode Surah Maryam Ayat 30-38.

Quraish pun mengatakan, ada ulama besar di Suriah yang mengeluarkan fatwa bahwa mengucapkan selamat Natal itu boleh. Fatwanya itu berada dalam satu buku yang diberi pengantar oleh ulama besar lainnya, Yusuf al-Qaradawi.

 

"Yang (ulama) di Suriah itu namanya Mustafa Al Zarka’a. Ia mengatakan mengucapkan selamat Natal itu bagian dari basa-basi, hubungan baik. Ini tidak mungkin menurut beliau, tidak mungkin teman-teman saya dari umat Kristiani datang mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri terus dilarang gitu.”

Dalam menjaga hubungan sosial, Islam mengajarkan umat muslim untuk tidak hanya berperilaku baik terhadap sesama muslim, namun juga kepada orang-orang non-muslim, selama tidak memerangi umat muslim.

Pesan toleransi antar umat beragama itu harus terus ditransformasikan agar masalah-masalah yang berkaitan dengan keberagaman sosial budaya, dapat dikendalikan sehingga tidak mengarah pada pertentangan sosial yang dapat mengancam diisintegrasi bangsa. Apalagi, bagi sebuah bangsa yang majemuk seperti Indonesia.

Pandangan dan sikap fanatis, yang mengklaim paling benar, dapat menjadi bibit yang mengusik harmoni sosial. KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur pernah mengatakan, “Keindonesiaan adalah ketika agama-agama atau keyakinan yang hidup di Indonesia berdiri sejajar dan memiliki kontribusi yang sama terhadap negeri.”

Pelajaran yang dapat dijadikan renungan bersama adalah ketika perayaan Natal tahun 2000 di Mojokerto. Tentu masih ingat, kisah pengorbanan Riyanto, seorang muslim yang menjadi anggota Barisan Anshor Serbaguna (Banser) yang tewas dengan memeluk bom ketika ditugaskan GP Anshor untuk mengamankan perayaan Natal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, 24 Desember 2000 silam. Riyanto rela mengakhiri hidupnya untuk menyelamatkan umat Nasrani yang tengah merayakan Natal.

Beberapa saksi mata mengatakan, setelah Riyanto melihat bungkusan yang mencurigakan, ia berteriak, “Tiarap!” Lalu, ia berlari sembari memeluk kantong plastik itu. Dan, bom pun menghancurkan tubuhnya. Riyanto layak disebut pahlawan kemanusiaan.

“Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanannya,” ucap Gus Dur. Riyanto, laki-laki yang wafat di usia 25 tahun ini menjadi martil toleransi dan kemanusiaan.   

Ratu Selvi Agnesia 

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 957
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1176
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1445
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1592
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1199
Rumput Tetangga
Selanjutnya