Banderol Harga Pentolan ISIS

| dilihat 1791

AKARPADINEWS.COM| SAYEMBARA digelar Pemerintah Amerika Serikat (AS). Hadiah yang dijanjikan nilainya fantastis. Kepada siapa saja yang dapat memberikan informasi keberadaan para pentolan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) atau Negara Islam (IS), akan dihadiahi US$20 miliar.

Petinggi ISIS yang diincar AS itu antara lain: Abd al-Rahman Mustafa al-Qaduli, Abu Mohammed al-Adnani, Tarkhan Tayumurazovich Batirashvili, dan Tariq Bin-al-Tahar Bin al Falih al-'Awni al-Harzi. Lewat Rewards for Justice Program (Program Pemberian Hadiah untuk Keadilan), AS mengajak siapa saja bersama-sama memburu empat pentolan ISIS itu. Program itu dikembangkan Biro Keamanan Diplomatik, Departemen Luar Negeri AS.

Program yang telah dicanangkan sejak 1984 itu menggelontorkan imbalan kepada para pihak yang memberikan informasi akurat hingga lebih dari US$25 miliar. Besarnya hadiah tergantung seberapa berbahaya sosok yang menjadi buronan teroris Negeri Paman Sam. AS telah membayar sebesar US$125 miliar kepada 80 orang yang telah menjadi informan yang memberikan informasi akurat untuk membantu AS dalam memburu para pentolan yang dianggap teroris.

Mereka yang memberikan informasi akurat mengenai Abd al-Rahman Mustafa al-Qaduli, akan dihadiahi US$7 milyar. Nilai fantastis itu dianggap pantas lantaran Qaduli dianggap AS sebagai orang lama yang kerap malang melintang dalam aksi terorisme. Sebelum bergabung dengan ISIS, Qaduli merupakan tangan kanan pemimpin Al Qaeda di Irak, Abu Musab al-Zarqawi. Pria yang juga beralias Umar Muhammad Khalil Mustafa itu bergabung dengan Al Qaeda tahun 2004. Dia kemudian bergabung dengan ISIS pada tahun 2012.

Sementara pemberi informasi seputar keberdaan Abu Mohammed al-Adnani, akan diganjar dengan hadiah sebesar US$5 milyar. Pria kelahiran Suriah itu merupakan salah satu juru bicara para pimpinan ISIS. Jebolan Al Qaeda ini pernah tertangkap di Provinsi Al Anbar, Irak pada tahun 2005 dan kemudian dibebaskan tahun 2010.

Tahun 2014, Pemerintah AS telah menetapkan Adnani sebagai teroris global berbahaya. Dialah yang menyerukan kepada simpatisan ISIS untuk membunuh non muslim, khususnya yang tinggal di negara Barat.

Sosok ketiga yang informasi keberadaannya dibanderol US$ 5 milyar ialah Tarkhan Tayumurazovich Batirashvili alias Omar Shisani. Dia adalah pimpinan senior di ISIS dan anggota dewan Syuro di Al Raqqah, Suriah sejak pertengahan 2014. Pria kelahiran Georgia ini bergabung dengan ISIS pada pertengahan 2013 ketika dipimpin Abu Bakr al-Baghdadi.

Pada Mei 2013, dia ditunjuk oleh al-Baghdadi sebagai pemimpin daerah utara ISIS yang meliputi Aleppo, al-Raqqah, Latakia, dan bagian utara provinsi Idlib, Suriah. Kiprahnya di ISIS diketahui publik tatkala dirinya pada sebuah video yang merebak di dunia pada bulan Juni 2014. Dapat dikatakan, Batirashvili merupakan salah satu sosok penting dalam tubuh ISIS.

Sosok buronan teroris terakhir yang diincar Pemerintah AS ialah Tariq Bin-al-Tahar Bin al Falih al-'Awni al-Harzi. Pemerintah AS membanderol informasi mengenai dirinya seharga US$3 milyar. Pria kelahiran 3 Mei 1982 ini bergabung dengan ISIS sejak 2013 dan beroperasi di daerah Suriah.

Di ISIS, dia bertugas untuk mencari dana, merekrut anggota, dan memfasilitasi senjata dan bom untuk mendukung pertempuran ISIS. Dia juga melatih melatih dan merekrut para militan dari luar Suriah untuk siap tempur dan diterjunkan saat melancarkan serangan kepada target yang diincar.

Keempat tokoh ISIS menjadi sosok yang dicari Pemerintah AS pasca kejadian penembakan di Garland, Texas. Hal itu disebabkan adanya pernyataan radio ISIS yang menasbihkan kejadian itu karena ulah mereka. Selain itu, kedua pelaku penembakan Garland, Elton Simpson dan Nadir Soofi, disinyalir memiliki hubungan dengan ISIS terlihat dari pola serangannya yang teroganisir.

Seperti dilansir CNN, Rabu (6/5), Simpson ditengarai sempat melakukan kontak dengan Junaid Hussain, peretas atau hacker Inggris yang diduga tergabung ISIS, dan Mohamed Abdullahi Hassan, warga AS yang terbang ke Somalia pada tahun 2008 untuk bergabung dengan Al Qaeda. Pemerintah AS melihat kejadian di Garland bukanlah aksi satu atau dua orang semata. Namun, dilakukan secara terorganisir dengan baik.

Sosok yang dicurigai ikut andil dalam penyerangan Garland ialah Hussain. Hal itu terlihat dari beberapa kali terjadi komunikasi intensif antara Simpson dengan Hussain. Empat orang yang telah dipajang di situs Rewards for Justice Program menjadi sosok petinggi ISIS yang kini tengah diburu oleh Pemerintah AS. Selain itu, pemimpin tertinggi ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, juga memiliki harga untuk informasi akurat sebesar US$10 milyar.

Namun, ada informasi yang menyebut al-Baghdadi pernah menjadi militan jihad selama pemerintahan Presiden Saddam Hussein di Irak. Lalu, al-Baghdadi dilaporkan sebagai seorang ulama di sebuah masjid waktu invasi militer pimpinan AS di Irak pada tahun 2003 lalu. Setelah invasi AS di Irak berakhir, al-Baghdadi membantu mendirikan kelompok militan Jamaah Jaysh Ahl al-Sunnah wa-l-Jamaah (JJASJ), di mana ia menjabat sebagai ketua komite syariah.

Pada tahun 2010, al-Baghdadi muncul sebagai pemimpin al-Qaeda di Irak—yang diyakini menjadi cikal bakal ISIS. Lain lagi versi Wikileaks yang pernah mengungkap jika al-Baghdadi adalah milisi yang pernah dilatih CIA dan Mossad. Mantan intelijen CIA Edward Snowden juga mengungkap jika ISIS diciptakan oleh intelijen AS, Inggris, dan Israel.

Hal yang dilakukan oleh Pemerintah AS merupakan usaha yang dilakukan untuk melindungi negaranya dari tindakan terorisme. Para militan ISIS memang telah menjadi momok menakutkan warga dunia. Mereka menebar teror lewat perilaku barbar yang tak berperikemanusiaan. Mereka menjadi algojo, yang begitu bengis membunuh orang-orang tak berdosa guna menunjukan eksistensinya. Nilai-nilai agama yang sakral dijungkirbalikan. Kitab suci dan sabda nabi terdistorsi oleh anasir-anasir jahat mereka yang menyerukan permusuhan.

Mereka laksana mesin yang memproduksi teror, darah, dan air mata, yang memancing amarah dan emosi dunia. Mereka adalah orang-orang yang telah kehilangan akal sehat, tak lagi mampu mengendalikan hasrat berkuasa. Demi memenuhi hasrat kekuasaan, mereka memprovokasi orang lain agar mengikuti jejaknya dengan iming-iming surga.

Pergerakan kelompok radikal itu makin meluas. ISIS terus menciptakan benih-benih militan radikal yang siap berlumuran darah untuk melanjutkan misinya memperluas kekuasaan Islam. Sampai-sampai, mereka pun merekrut anak-anak untuk dilatih bertindak barbar. IS mengklaim memiliki militan dari Inggris, Perancis, Jerman dan negara-negara Eropa lainnya, serta Amerika Serikat, dan negara-negara di kawasan timur tengah.

Sebuah laporan dirilis Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di markas PBB, Jenewa, Swiss, pertengahan Maret lalu menjelaskan kebrutalan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Al-Sham (ISIS).

Dari hasil investigasi dan kajian Komisi HAM PBB, ISIS diduga akan terus melancarkan serangan setelah menguasai sebagian wilayah Suriah bagian Timur dan Irak bagian utara dan barat. ISIS telah memaksa ribuan jiwa mengungsi dari rumahnya sejak Juni tahun lalu. Pada Agustus 2014 lalu, ISIS menargetkan pembunuhan secara brutal ratusan laki-laki dan anak laki-laki di Provinsi Nineveh, Baghdad bagian laut. 

ISIS juga menyerang sebuah penjara yang berisi sekitar tiga ribu tahanan. Mereka kemudian melepas tahanan beraliran Sunni dan menembaki 600 pemeluk Syiah. Atas temuan itu, Komisi HAM PBB mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menyeret pelaku  ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC). 

Dalam memerangi ISIS, AS maupun negara-negara lainnya harus memisahkan antara kekejaman ISIS dengan umat muslim pada umumnya. Karena, umat muslim diajarkan menebar perdamaian. 

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 267
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 364
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1203
Rumput Tetangga
Selanjutnya