Najib - Muhyidin dan PRU 14

Bertarung Petinggi, UMNO Terpijak di Tengahnya

| dilihat 2078

Bang Sem

SEJUMLAH teman wartawan senior Malaysia menelpon saya, beberapa saat setelah Perdana Menteri Mohammad Najib Tun Razak, mengumumkan ‘jamaah’ kabinet yang baru, Selasa: 28 Juli 2015, lepas tengah hari. Najib tak menyebut lagi nama Tan Sri Muhyidin Yassin sebagai Timbalan Perdana Menteri Malaysia dan sejumlah menteri yang sehaluan dengannya.

Dengan hak prerogatif yang dimilikinya, Najib mengangkat Zahid Hamidi – Menteri Pertahanan menggantikan Muhyidin sebagai Timbalan Perdana Menteri. Muhyidin pun paham, dia tak mengambil posisi menghadapi Najib secara head to head, meski di UMNO (United Malay National Organization) dia masih berposisi sebagai Timbalan Presiden.

Tapi, ketika Najib menggunakan kepentingan PRU 14 sebagai salah satu alasan perombakan kabinetnya dalam kerajaan, sikap politik Muhyiddin sudah sangat jelas. Yakni: UMNO tidak menangguhkan pemilihan kepemimpinan partai (yang sekaligus akan berpengaruh pada kepemimpinan koalisi Barisan Nasional) pada 2016. Sikap Muhyiddin, kelak akan terkait dengan penilaian seluruh kader partai untuk menilai kemampuan Najib dalam mengelola negara.

Muhyidin pernah mengatakan, UMNO harus konsisten untuk menyelenggarakan pemilihan kepemimpinan partai sesuai dengan periode yang diatur oleh konstitusi partai. Paling tidak, selepas PRU 14, UMNO harus segera memilih pemimpin untuk masa bakti berikutnya.

Muhyidin yakin, UMNO tidak terpecah dan para pimpinan UMNO sudah cukup matang untuk menghadapi proses regenerasi partai. Menurutnya, UMNO perlu berbenah dan meremajakan dirinya, sehingga tidak terjadi krisis orang muda terhadap partai. Dia juga yakin, pemimpin UMNO menempatkan kepentingan partai melebihi kepentingan diri sendiri. Siapa saja yang akan menjadi batu penghambat proses peremajaan itu, menurut Muhyidin, dia harus mundur secara terhormat. Bagi Muhyidin, “Bang Melayu dan UMNO, penting. Diri kita tidak penting.”

Bagi Muhyidin, pemberhentiannya selaku Timbalan Perdana Menteri, bukanlah persoalan. Boleh jadi, pemberhentian itu justru merupakan masa yang paling leluasa baginya untuk melakukan konsolidasi. Khasnya dalam menghadapi Perhimpunan Agung (Kongres) UMNO 2015 yang bakal diselenggarakan penghujung 2015.

MASA DEPAN UMNO ADALAH MASA DEPAN MELAYU. BINA BERSAMA. |

Bila Muhyidin meluangkan waktunya untuk melakukan konsolidasi intensif ke lapisan akar umbi dan kepada anggota yang mempunyai hak suara dalam Perhimpunan Agung UMNO, boleh jadi nasib Najib sebagai Presiden UMNO – sekaligus Perdana Menteri Malaysia – bakal ditentukan sebelum PRU ke 14. Sejumlah kalangan politisi dan aktivis yang bertandang ke kediaman Muhyidin di Damansara selepas dia turun kursi mengabarkan, sokongan kepada Muhyidin justru membesar. Termasuk sokongan dari Sultan Johor dan beberapa sultan lain. Gagasan-gagasan Muhyidin yang memberikan jalan masuk bagi kader muda UMNO, pun mendulang simpati.

Muhyidin, menurut sejumlah teman, juga akan diuntungkan oleh sikap dan aksi Dr. M (Tun Mahathir) yang terus ‘menggigit’ telinga Najib, akan menambah sokongan pihak-pihak yang menghendaki Najib lengser kepada Muhyidin. Termasuk aksi para politisi ‘tukang sate’ (dengan aksi politik: mengipas-kipas, menusuk, dan membakar).

Najib juga harus menghadapi para veteran UMNO yang kini gemar menjadi ‘kakek nenek cerewet di rumah kita.’ Termasuk Tan Sri Rahim Tamby Chik, yang sejak jauh-jauh hari sudah rewel dan menebar cerita : UMNO pasti akan menanggung risiko jika Najib menangguhkan pemilihan yang harus terjadi tahun depan. Tan Sri Rahim bahkan menghantui dengan imajinasi buram tentang UMNO, yakni : perpecahan UMNO dalam pentadbiran negara.

Bila gagasan Muhyidin dijalankan, pemilihan tetap terjadi tahun depan, Najib akan diuntungkan oleh banyak hal baru yang berkembang di dalam UMNO. Antara lain, harapan lapisan akar umbi yang menghendaki penyegaran dengan masuknya politisi muda ke dalam kepemimpinan UMNO.  Termasuk orang-orang muda dalam lingkungan pemerintahan. Walaupun banyak yang menyatakan, isyarat yang ada di balik gagasan Muhyidin, menghendaki Najib turun tahta.

Najib tak perlu kuatir. Dalam sejarah peralihan kepemimpinan Malaysia, semua berlangsung dalam keadaan normal dan datang dari puak yang bisa diduga. Selepas Tun Dr.M menyerahkan kepemimpinannya kepada Pak Lah, lalu Pak Lah menyerahkan kepada Najib, tradisi baru alih kepemimpinan sudah jelas arahnya.

Dengan 3,472,035 orang ahli dan 20,776 cawangan yang layak bersidang dalam musyawarah perwakilan UMNO,  19,871 orang sayap perempuan, 15,111 Pergerakan Pemuda, dan 10,048 orang sayap Pergerakan Puteri, Najib masih bisa memainkan pengaruhnya. Terutama, bila Najib mau dan mampu membina kemesraan pergerakan melalui hubungan mesra Hishamuddin – Muhriz Mahathir – Khairy Jamaluddin – Azalina – Ezam M Nor - di satu sisi dengan kader lain di sisi lain, dalam bahasa soliditas dan solidaritas UMNO.

Kemesraan hubungan itu itu menjadi penting untuk menghindari ledakan konflik yang bisa terjadi, ketika para politisi ‘tukang sate’ tidak diberikan sanksi.  Suatu hal yang harus diingat, persoalan yang akan dihadapi bukanlah ‘perang’ antara Muhyidin vs Najib, melainkan UMNO dengan koalisinya di dalam Barisan Nasional dengan partai lain yang berkoalisi dalam Pakatan Rakyat.

BERI LALUAN BAGI GENERASI BARU MEMIMPIN BANGSA MELAYU | Hishamuddin - Mukhriz - Khairy Jamaluddin

Selebihnya, Najib dan para petinggi UMNO mesti pandai memanfaatkan situasi kemunduran yang terjadi di Selangor, Kelantan, Perak, Penang, dan beberapa negeri yang dikuasai pembangkang sebagai momen untuk kembali berjaya. Di Barisan Nasional, Najib dan para petinggi UMNO harus lebih menggairahkan semangat: “Barang yang lepas ambil kembali, Barang di tangan jangan lepaskan.”

Umpamanya, menggerakkan MCA (Malaysia Chinese Association), Gerakan, dan MIC (Malaysia Indian Congress) untuk merebut kembali Penang dan Perak, menggerakkan seluruh kader untuk merebut kembali Selangor. Termasuk menggalang kekuatan penuh untuk memenangkan calon BN / UMNO dalam Pilihan Raya Kecil (PRK) di Permatang Pauh yang menjadi basis Anwar Ibrahim dan Wan Azizah, serta PRK di Rompin.

Setarikan nafas, Najib juga harus sadar, dia kini menghadapi pula orang-orang di sekelilingnya yang dalam banyak hal tidak bekerja optimum. Terutama dalam membawa ‘leader messages’ Najib kepada seluruh ahli UMNO di lapisan akar umbi.

Kini, ketika musuh utama UMNO adalah kalangan UMNO sendiri (bukan hanya Pakatan Rakyat) yang harus dilakukan adalah melakukan introspeksi diri. Melihat lebih jelas ke dalam. Selaras dengan itu, para orang tua (termasuk veteran UMNO) perlu pandai-pandai tahu diri, untuk tidak terlalu luas mencampuri urusan UMNO.

Kepada beberapa teman wartawan senior Malaysia beberapa tahun lalu saya sudah sampaikan, Muhyidin seperti halnya Anwar Ibrahim, tak akan melaju ke kursi Perdana Menteri. Arus perubahan dramatik melalui transformasi yang menggabungkan patron client relationship dengan traditional authority relationship, menghendaki perubahan format dan model kepemimpinan Malaysia mendatang yang sangat khas.

Karena itu, yang diperlukan adalah menyatukan UMNO dan menjadikan bangsa Melayu berjaya. Hanya satu pilihan kini bagi bangsa Melayu: Berubah atau Punah ! Untuk itu, tak boleh terjadi: Bertarung pemimpin, UMNO Terpijak di Tengahnya. |

Editor : Web Administrator | Sumber : Berbagai Sumber
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 535
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1631
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1407
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 753
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 909
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 863
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya