Warga Palestina di Hebron Hidup Seperti Dalam Penjara

| dilihat 254

Israel memerlakukan lockdown. Mengunci kawasan pemukiman warga Palestina di Hebron. Di H2 Hebron, 700 pemukim Israel dalam pengawasan militer Israel. 35.000 warga Palestina dapat ditembak jika mereka keluar dari lingkungan pemukimannya.

Di kawasan H2 Hebron 20 persen kota Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan di bawah kendali pasukan Israel, itu tinggal 700 warga Israel di permukiman ilegal.

Serdadu penjajah zionis Israel menekan warga Palestina, sehingga jalanan sebagian besar kosong dari penduduk Palestina. Sedangkan warga Israel dibiarkan bergerak dan berada dalam perlindungan para serdadu.

Para serdadu penjajah zionis Israel berseragam dan bersenjata lengkap tmelakukan patroli di jalan-jalan dan mengawasi warga Palestina dari ketinggian, memonitor pergerakan apa pun dari rumah-rumah warga Palestina.

Keluarga-keluarga Palestina yang terkepung menggambarkan kondisi di mana kapan saja mereka rentan diserang, kehilangan pasokan dan layanan penting, dan terputus mata pencaharian untuk hidup sehari-hari.

Bassam Abu Aisha, 61, wakil ketua serikat pengemudi lokal dan mantan ketua komite populer untuk Tel Rumeida, pemukiman di sebuah bukit di daerah H2.

“Ini belum pernah terjadi sebelumnya ketika lockdown diterapkan, bahkan selama Intifada kedua,” katanya. Kala itu, menurut Bassam, “Kami masih leluasa untuk membeli barang dan berada di jalan. Tapi kini, tidak seorangpun (warga Palestina) bisa melakukannya."

“Kami seperti berada di penjara,” ungkap penduduk Palestina kepada wartawan Al Jazeera.

Tekanan itu dilakukan serdadu zionis Israel sebagai bagian dari taktik pemerintah Israel menjadikan mereka sebagai 'sandera,' mewnyusul serangan mengejutkan para pejuang Hamas di Israel Selatan, pada tanggal 7 Oktober 2023.

Para serdadu itu sekonyong-konyong datang ke toko-toko Palestina di Hebron dan dengan todongan senjata memerintahkan pemilik dan pekerjanya untuk menutup toko dan tinggal di rumah.

Informasi, bahwa setiap warga Palestina yang ditemukan di luar rumah mereka akan ditembak, beredar dalam group komunitas online, dan segera tersebar di lingkungan H2:

Al Jazeera memberitakan, warga Palestina di H2 sama sekali tidak bisa meninggalkan rumah mereka selama empat hari pertama, dan hidup dari perbekalan yang mereka miliki.

Kini, mereka hanya boleh keluar rumah dan melintasi pos pemeriksaan pada jam yang ditentukan yaitu pagi hari. Para serdadu memberlakukan jam malam pada hari Ahad, Selasa, dan Kamis. Warga, seperti diberitakan Al Jazeera, juga menggambarkan serangkaian serangan dan ancaman.

Adalah Issa Amro, 43, aktivis lokal Issa Amro, ditangkap oleh serdadu berseragam yang mengawasi pemukiman. Sesuka hati, mereka menyatakan, Amro ditahan.

Melalui telepon, Amro menjelaskan, bahwa dia dibawa ke pangkalan militer di Tel Rumeida. Diborgol dan ditutup matanya rapat-rapat, lantas dipukuli dan diludahi selama berjam-jam. Para pemukim liar warga Israel meneriakinya dengan hinaan.

Setelah 10 jam menahan dan menyiksanya, serdadu itu melepaskan Amro.

Selama beberapa hari berikutnya, Amro mengatakan pemukim liar Israel berseragam militer menyerang rumahnya, dan mencuri kunci rumahnya.

Pada tanggal 20 Oktober, serdadu datang dan memaksa Amro keluar dari rumahnya. Serdadu biadab itu menyatakan kepada Amro, bahwa lingkungan tempat tinggalnya itu merupakan “zona militer tertutup.”

Serdadu zionis itu bersikeras, bahwa mereka datang untuk “perlindungan” kepada pemukim liar warga Israel. Amro yang kini tinggal bersama temannya di kawasan H1, belum bisa kembali ke rumahnya dan masih dalam masa pemulihan dari cedera punggung, kaki, dan tangan.

“Ini pengalaman hidup pertama saya disiksa,” kata Amro yang jiwanya terguncang.

Dengan dikerahkannya pasukan militer reguler ke Gaza dan perbatasan Lebanon, batalion cadangan kota mengambil alih tugas mengawasi lingkungan H2 serta sebagian besar Area C, 60 persen Tepi Barat yang berada di bawah kendali penuh militer Israel.

“Pada siang hari mereka adalah tentara, dan pada malam hari mereka menjadi pemukim liar,” kata Emad Hamdan, direktur eksekutif Komite Rehabilitasi Hebron (HRC), sebuah LSM Palestina yang berbasis di Kota Tua Hebron. “Jadi mereka memiliki sikap yang sama.”

Penduduk Palestina mengatakan, para serdadu mengarahkan senjatanya ke siapa pun yang naik ke atap atau bahkan mengintip melalui jendela, sambil berteriak agar mereka tetap di dalam.

Ketika mereka keluar rumah pada waktu yang ditentukan, warga Palestina masih menghadapi risiko serangan dan ancaman dari pemukim liar Israel, yang kini mengenakan seragam militer.

“Para pemukim liar mencoba melecehkan perempuan dan anak perempuan kami,” kata Bassam. “Mereka menyerang kami; mereka mengucapkan segala macam kata-kata yang mengerikan untuk memancing reaksi, sehingga mereka punya alasan untuk membunuh kami.”

Dalam salah satu bentrokan di jalan, seorang tentara cadangan – seorang pemukim lokal dan paramedis yang pernah ditemui Bassam sebelumnya – mengokang senjatanya, seolah ingin menembak Bassam.

Sebuah video yang direkam oleh seorang tetangga menunjukkan pria tersebut meraba-raba untuk memasukkan peluru ke dalam pistolnya sebelum jatuh ke tanah. | haedar

Editor : delanova | Sumber : al Jazeera dan berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 539
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1638
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1414
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya