AKARPADINEWS.Com - Quincy Jones, produser Michael Jackson di album ‘Thriller dan Bad’, menyatakan peluncuran album “Xscape” dari Raja Pop itu tak lain upaya dari manajemen dan pengacara yang semuanya “Berupaya Mencetak Uang.”
Quincy Jones, bukanlah pengemar dari album terbaru MJ, "Xscape". Namun, produser yang bekerjasama dengan Raja Pop di masa lalu pada album ‘Thriller, Bad, Beat It, Billie Jean dan We Are the World,’ punya pendapat sendiri tentang rekaman tersebut ketika di wawancara di sebuah radio di kanada bertajuk “Q with Jian Ghomeshi”, Selasa.
“Mereka berusaha mencari uang,”kata Jones.”Dan saya mengerti. Setiap orang setelah uang, perumahan, pengacara. Semua ini tentang uang.”
Ketika ditanya, apakah dia kecewa tentang banyak materi yang dimiliki Jackson yang belum sempat dirilis, dan akan muncul kemudian hari, Jones berkata,” Yeah, itu bukan urusan saya lagi. Mereka bukan urusan kami.”
Perlu diketahui, Jones kalah ketika mengajukan gugatan terhadap manajemen Michael Jackson dan Sony Music Entertainment pada akhir Oktober lalu, di mana dia menuntut royalti dan fee produksi sebesar 10 juta dolar AS, yang dia klaim adalah miliknya.
Album Xscape telah dirilis awal bulan ini dan telah mencetak debut di tangga Billboard 200 diurutan ke-1 pada minggu pertama, di mana Epic Record milik LA Reid adalah pembuat ide album dan dia merangkul Timbaland, Rodney Jerkins, Jerome "Jroc" Harmon dan lainnya.
Jones, tak hanya satu-satunya orang yang merespon negatif “Xscape”. Pada wawancara dengan Rolling Stone, Patrick Carney menyatakan, album tersebut sangatlah menyedihkan di mana dirilis setelah dia wafat tiga tahun lalu. “Sepertinya, dia (MJ) akan mati selama tiga tahun untuk merilis album tersebut,” katanya.Sang pengebuk drum itu juga sependapat faktor uang merupakan alasan munculnya album itu. “LA Reid membutuhkan kapal baru,”pungkas Carnes dilansir aceshowbiz, Kamis (22/5).
Album Xscape sendiri telah tampil di ajang Billboard Music Award, dan sang bintang tampil bernyanyi dalam sebuah wujud hologram. Banyak kalangan salut pada tampilan sang bintang yang wafat di usia 50 tahun itu. Namun kontroversi datang di akhir pertunjukan, di mana sebuah perusahaan teknologi keberatan dengan penayangan hologram itu, yang di klaim milik mereka.
Pengadilan Los Angeles menolak tuntutan tersebut. Hakim Kent Dawson, dilansir Usatoday, menyatakan, tak cukup bukti bahwa pagelaran yang mengunakan teknologi gambar 3 D melanggar paten dari Hologram USA dan Musion Das Hologram.