5555

| dilihat 2147

DUDUK bersimpuh berbentuk garis pentagonal dengan sudut-sudut tumpul di atas pasir pantai Kuta jelang senja rebah, menyenangkan. Begitulah yang saya lakoni pekan lalu. Di kejauhan pesawat yang akan landing di bandara internasional I Gusti Ngurah Rai turun bergantian. Kami baru saja usai melatih diri membaca tanda-tanda alam: fenomena angin, gerak ombak yang berirama, dan pergerakan awan setiap kali senja turun.

Fenomena ini menarik dan memberikan taksu (getaran spiritual) untuk menghampiri banyak hal di luar empirisma kita sebagai manusia. Taksu berada di antara dimensi ruang dan waktu. Dalam konteks waktu itulah berlaku prinsip yang sama di seluruh jagad tentang pergerakan tunggal. Sang Pemilik Waktu hanya sekali saja memutar pergerakan waktu yang tunggal, sehingga manusia sampai pada satu titik: manunggaling kawula gusti.

Kebersatuan hamba ke dalam gerak ketentuan Ilahi yang kemudian kita kenali sebagai takdir. Setiap masa, pada berbagai fenomena peralihan waktu yang biasa dikenali dengan masa ‘sunset’ dan ‘sunrise’ dikenal pergerakan heksagonal dan pentagonal.

Dalam konteks jagad tetragonal, nyaris tak ada perbedaan antara kaum phytagorian dengan kaum falaqiyah. Manusia diberikan pelajaran sangat luar biasa tentang 8 watak yang satu dengan lainnya saling bersublimasi, kalaupun tidak kita sebut saling pengaruh memengaruhi. Dari epik Ramayana, yang banyak diyakini terjadi pada masa 5000 tahun sebelum masehi, kita mendapat pelajaran tentang Asta Brata. Inilah watak dasar kepemimpinan. Yaitu, 8 kebijaksanaan hidup diajarkan Sri Rama kepada Wibisana.

Asta Brata meliputi Indra Brata, Yama Brata, Surya Brata, Candra Brata, Bayu Brata, Kuwera Brata, Baruna Brata, dan Agni Brata. Kebijaksanaan menyejahterakan dan memakmurkan rakyat, berkeadilan, mencerahkan, meneduhkan (memberi rasa aman dan nyaman), selalu bergerak dan mengetahui keadaan obyektif rakyatnya, tidak boros, dan tidak korup. Juga berani membebaskan rakyat dari kemiskinan, pengangguran dan kejahatan, dengan semangat yang terus membara dan bergelora: berani dan pantang mundur menghadapi segala tantangan.

Dalam konteks suksesi kepemimpinan Indonesia? Ini yang menarik, dimensi tetragonal itu hanya mungkin dilakukan secara berkelanjutan oleh sosok pemimpin yang tidak lagi memikirkan dirinya dan golongannya, melainkan memikirkan seluruh warga bangsanya. Khasnya oleh pemimpin yang pada dirinya melekat empat wadah five moral principles, memiliki kembar 4 bilangan 5. Yaitu: 5555.

5 rukun dasar (religiusitas, humanitas, integralitas, demokrasi, populis), 5 dasar ideologis (Pancasila), 5 orientasi dasar (pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan, perluasan kesempatan usaha, penegakkan hukum dan keadilan, pembangunan berkelanjutan), dan 5 focal concern (kecerdasan, kearifan, kesehatan, kebertanggungjawaban, kesederhanaan).

Para kandidat pemimpin yang terkoneksi dengan 5555 saya yakini mengungguli siapapun kompetitornya. Dia mau dan mampu mengelola 5 kekuatan pendorong (demokrasi, nilai-nilai budaya, pertumbuhan ekonomi, pertahanan dan keamanan, mandatori), sesuai dengan tantangan zamannya. Pada pusaran zaman, dia akan menjadi Pemimpin 4.0 sesudah Presiden Soekarno (6), Presiden Soeharto (9), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (6), karena kumulasi bilangan pemimpin terkoneksi dengan 5555 + pusaran abad (1) akan mempertemukan bilangan lungguh (2) dengan çri (1), menjadi donya (3). Singgasana yang tersedia pada ruang di antara tetragonal dan pentagonal. Paling tidak, dia bukan pemimpin yang tricky.  Bila Anda terkait dengan 5555, optimislah.. |

Editor : Web Administrator
 
Ekonomi & Bisnis
03 Apr 24, 04:18 WIB | Dilihat : 254
Pertamina Siap Layani Masyarakat Hadapi Lebaran 2024
12 Mar 24, 10:56 WIB | Dilihat : 426
Nilai Bitcoin Capai Rekor Tertinggi
02 Mar 24, 07:41 WIB | Dilihat : 272
Elnusa Bukukan Laba 2023 Sebesar Rp503 Miliar
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 247
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 470
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 463
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 436
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya