BNI dan Kemerdekaan RI

Masa Kritis Mempertahankan Eksistensi Negara

| dilihat 2552

MASA mempertahankan eksistensi kemerdekaan RI dan BNI (1946-1949) adalah masa kritis. Dalam situasi semacam itu, selaku Presiden Direktur BNI, RM Margono Djojohadikoesoemo terus bergerak, membuka cabang-cabang.

Yang paling unik adalah pembentukan cabang Garut, yang dipercayakannya kepada Mashudi (terakhir berpangkat Letnan Jendral, pernah menjadi Gubernur Jawa Barat, lalu aktif sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka).  Alasan utama mengangkat Mashudi sebagai Kepala Cabang BNI Garut adalah karena ia anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Bandung dan anggota Keamanan Daerah.

Selain itu, juga karena pada 18 Agustus 1945, Mashudi di hadapan rapat pemuda di Jawa Barat, dia mengusulkan kepada pemerintah pusat  untuk membentuk Lembaga Bank Milik Negara, yang dapat mencetak uang untuk kepentingan perjuangan.

Mashudi mempertimbangkan, Bandung dianggap telah memadai. Di wilayah ini sudah ada percetakan dan bahan-bahan yang diperlukan (pabrik kertas Padalarang, Letjes), dan sejumlah cat yang disimpan di gudang TELS (perusahaan kabel asing) di Bandung Utara. Apalagi, Mashudi masih sempat menyelamatkan benda-benda tersebut ,ketika Bandung Utara diduduki sekutu yang menimbulkan pertempuran hebat, Bandung Lautan Api.

Mashudi segera bergerak. Ia mengumpulkan para tokoh perbankan, termasuk bekas karyawan De Javasche Bank, seperti Bakang (Abu Bakar), Sulaeman, Surya, Sobana, dan Warsoma. Hadir juga wakil dari Wascompto Bank.

Dalam pertemuan itu disepakati, Sulaeman sebagai pemegang kas sementara. Kantor Cabang menggunakan gedung milik PTG (Pabrik Textil Garut) di jalan Talaga Bodas, dan diresmikan langsung oleh RM Margono Djojohadikoesoemo, didamping Mr. A. Karim. Wilayah operasional cabang ini sampai ke Banten.

BNI Cabang Garut beroperasi tanpa peralatan, bahkan lemari besi yang dipakai adalah pinjaman dari Kementerian Kehutanan. Untuk menjalankan operasinya, Mashudi mengambil dana dari BNI di Yogyakarta. Berpeti-peti uang ORI diangkut melalui gerbong tertutup, tanpa pengawalan ketat, kecuali oleh Mashudi sendiri, sampai ke stasiun Cibatu. Kelak, pada masa Agresi I dan II peran BNI cabang Garut sangat besar. Terutama, membantu pemerintah Republik Indonesia mendapatkan dana perjuangan untuk melawan Belanda.

Atas inisiatif Mashudi juga, barang-barang berharga berupa lempengan emas dari pertambangan emas Cikotok, dikirim ke Yogya melalui jalan Gabung yang dibuat Kolonel Kawilarang (kemudian terkenal menjadi Jalan Kawilarang) sampai ke Pameungpeuk (pantai Selatan Garut).

Sebelumnya, lempengan emas dari Cikotok untuk dana perjuangan Jawa Barat yang selamat dan diterima Letnan Kolonel Sadikin, Komandan Resimen Sadikin. Dari Pameungpeuk, itulah lempengan-lempengan emas bercap BNI diangkut dengan pesawat Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) ke Yogyakarta pada malam hari. Karena belum berpenerangan listrik, sebelum take off, sepanjang landas pacu puluhan bola karet dibakar menjadi obor besar.

Pengangkutan itu harus dibawa malam hari, karena pengalaman buruk sebelumnya. Pesawat yang membawa lempengan emas untuk keperluan Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, yang dikirim Residen Banten Kyai Achmad Khatib dan Kyai Sam’un pemimpin Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kyai Sam’un, ditembak jatuh oleh pasukan Belanda di atas kota Palembang.

Sejumlah cabang BNI harus ditutup karena situasi itu. Hanya beberapa cabang yang masih eksis dan terus bergerak, seperti dicatat CF Scheffer menulis, “.. reeds bij de eerste polietieke actie moesten echter een antal kantoren worden gestolen, terwijl bij de tweede de sluiting van de overige voldge. Bij deze laatste actie werden bovendien in Djogdja alle in kluis en brandkasten van de BNI aangetroffen geld, waardepapieren, goud en sieraden zowel van de bank als van haar clientele in beslag genomen..” Sudah sejak aksi polisional pertama beberapa kantor cabang terpaksa ditutup. Pada aksi kedua, uang, kertas-kertas berharga, emas dan perhiasan, baik yang dimiliki bank, maupun milik para nasabah disita dari lemari besi BNI Yogyakarta. | N. Syamsuddin Ch. Haesy (dari beberapa sumber)

Editor : Web Administrator
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 524
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1616
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1396
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 739
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 897
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 848
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya