Esensi Peringatan Maulid Nabi

| dilihat 4693

AKARPADINEWS.COM | SETIAP bulan Rabi’ul Awal, sudah menjadi tradisi luhur bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, melaksanakan momentum peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Berbagai macam kegiatan dan acara dilakukan.

Namun, menjadi pertanyaan mendasar, apakah peringatan tersebut telah mencerminkan kecintaan seorang muslim kepada Nabi Muhammad SAW? Atau hanya sekadar cinta sesaat yang terkadang pudar dan sirna bersamaan dengan selesainya peringatan acara tersebut? Dan, apakah hanya setahun sekali mengungkapkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW?

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, pada hakikatnya bukan merupakan perbuatan terlarang (bid’ah) seperti yang dipahami oleh sebagian kelompok yang memahami arti bid’ah secara dangkal.

Sebagai mana dijelaskan oleh Imam Jalaludin As Suyuthi yang menjelaskan, ”Mengadakan peringatan Maulid Nabi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kecintaan seorang muslim kepada Rasulullah SAW, sekaligus wujud kegembiraan dan rasa syukur atas kelahirannya.

Sebab, kelahiran Rasulullah SAW di muka bumi ini adalah rahmat bagi semesta alam. Bahkan, di dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT menyatakan, “Andaikan tidak karenamu wahai Muhammad, maka tidak akan aku ciptakan alam semesta.”

Masih banyak penjelasan, lainnya terkait peringatan maulid Nabi yang dikemukakan oleh ulama salafus shalih. Bahkan, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang pemikiran-pemikirannya sering dijadikan rujukan oleh kelompok ektrimis wahabi yang sering membid’ahkan peringatan Maulid Nabi, secara jelas menyatakan, “Bahwa mengagungkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai satu tradisi yang dilakukan oleh sekelompok orang, di dalamnya terdapat pahala yang sangat besar karena kemuliaan tujuannya dalam rangka mengagungkan Rasulullah SAW."

Adalah Sultan Shalahuddin Al Ayyubi yang memprakarsai peringatan maulid Nabi Muhammad SAW untuk pertama kalinya. Beliau memperingatinya di tengah kondisi umat Islam yang kehilangan semangat perjuangan karena banyak mendapat serangan bertubi-tubi dari bangsa-bangsa penjajah.

Dalam peristiwa yang dikenal dalam sejarah dengan nama Perang Salib itu, sebagai seorang pemimpin sekaligus panglima tertinggi, Sultan Shalahuddin Al Ayyubi memiliki inisiatif yang sangat mulia yaitu membangkitkan kembali semangat perjuangan dakwah Islam melalui media peringatan maulid Nabi Muhammad SAW.

Apa yang diprakarsai oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi dalam membangkitkan kembali semangat perjuangan umat Islam melalui media peringatan maulid Nabi Muhammad SAW itu ternyata berbuah positif. Karena setelah itu, umat Islam berhasil menghimpun kekuatan yang sangat luar biasa sehingga dapat merebut kembali wilayah kekuasaan yang pernah dikuasai bangsa penjajah.

Masjid Al Aqsha yang awalnya diubah oleh bangsa penjajah menjadi tempat suci mereka, akhirnya dapat difungsikan kembali sebagai masjid yang sangat dimuliakan oleh seluruh umat Islam di dunia sampai saat ini. Semuanya tidak lepas dari keberkahan dan manfaat dari peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang telah diprakarsai oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi.

Robert N Bellah, seorang pengkaji Islam pernah mengungkapkan, “Betapa Islam melalui Nabi Muhammad SAW telah  terbukti sukses bahkan too modern to succeed membangun peradaban yang justru dimulai dari tengah-tengah padang pasir yang tandus dan gersang serta dari kerumunan tribal society  di  tengah  pluralitas  masyarakat  Mekkah  di  zamannya.  Kesuksesan Nabi Muhammad SAW tidak diukur dari kualitas yang dicapainya, lebih dari itu adalah tingkat kualitas moral peradaban yang diwariskannya.”

Memperingati maulid Nabi Muhammad SAW berarti juga memperingati manusia unggul. Karenanya, peringatan maulid Nabi Muhammad SAW harus dijadikan momentum untuk menjadi manusia terbaik yang tercermin dalam tingkah laku dan perilaku hidup sehari-hari.

Rasulullah SAW sangat unggul dalam segala aspek kehidupannya. Mencintai Nabi Muhammad SAW tidak hanya cukup dengan melafadzkan shalawat kepadanya dan memperlihatkan simbol-simbol lahiriyahnya saja. Tetapi, yang lebih terpenting adalah memaknai simbol-simbol tersebut dalam rangkaian aktivitas kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam sifat dan tingkah laku yang menjunjung tinggi nilai akhlak dan adab budi pekerti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kata Muhammad dalam Al Qur’an memang tertulis tidak banyak. Tetapi, ayat-ayat yang menjelaskan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW termuat sangat banyak. Kebesaran nama yang dimiliki Nabi Muhammad SAW tidak kemudian membuat beliau sombong. Tetapi, dimanfaatkan untuk kebaikan umatnya. Hal itu tercermin dalam bacaan tahiyyat yang selalu dibacakan di setiap shalat, “Keselamatan untukmu wahai Nabi beserta rahmat kasih sayang Allah SWT juga keberkahan-Nya (Assalaamu ‘alaika ayyuha an-nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh).”

Kemudian dilanjutkan dengan, “Keselamatan untuk kami dan untuk para hamba Allah SWT yang shaleh (Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahi as-shaalihin).”

Eksistensi manusia tidak cukup dengan nama besar yang disandangnya. Tetapi, yang terpenting adalah perbuatannya membawa manfaat bagi sesama manusia. Hal itu dapat terlihat dari pesan terakhir Rasulullah SAW yang selalu memikirkan masa depan umat Islam menjelang wafatnya, “Umatku, umatku, umatku.”

Tidak dipungkiri bahwa semua umat muslim mencintai dan menyayangi Rasulullah SAW. Dari cinta itu, semua umat muslim berharap kelak di kehidupan akhirat, mendapatkan pertolongan (syafa’at) dari Rasulullah SAW. Namun, sekadar pengakuan tentu tidaklah cukup. Sebab, setiap cinta dan kasih sayang membutuhkan pembuktian yang konkrit kepada Rasulullah SAW. Dengan cara, menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri teladan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

Sesuai firman Allah SWT, “Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah SAW suri teladan yang baik bagi siapa yang mengharap (anugerah) Allah SWT dan ganjaran di hari kemudian, serta banyak menyebut nama Allah SWT" (QS. Al Ahzab: 21).

Mendahulukan cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya daripada yang lainnya merupakan landasan keimanan yang kuat seorang muslim dalam kehidupannya. Dalam surat Ali Imran ayat 31-32 Allah SWT berfirman, “Katakanlah (Muhammad), jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Katakanlah (Muhammad), Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, hingga aku lebih dicintai olehnya daripada anak-anaknya, orang tuanya, hartanya dan manusia seluruhnya.”      

Hal sesungguhnya yang paling esensial dan paling utama dari peringatan maulid Nabi yang setiap tahun dilaksanakan adalah peningkatan kualitas kecintaan kepada Rasulullah SAW secara nyata, dengan cara meneladani akhlak dan perilaku Nabi serta mengikuti seluruh ajarannya.

Dengan demikian, peringatan maulid Nabi yang setiap tahun dilaksanakan, tidak hanya berhenti pada kegiatan seremonial. Namun, memiliki pengaruh positif bagi perbaikan diri, keluarga, dan masyarakat dalam upaya meningkatkan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Perlu disadari, membicarakan seseorang, tidak memperoleh manfaat dari hasil permbicaraannya. Berbeda saat membicarakan Nabi Muhammad SAW. Pembicaraan itu tidak menambah keagungannya karena sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad SAW telah memenuhi wadah keagungan sehingga meluap. Dan, luapan itu pada akhirnya diraih oleh orang yang membicarakan Nabi Muhammad SAW.

Membicarakan Nabi Muhammad SAW juga memperoleh ganjaran yang tidak sedikit dari Allah SWT. Sebab, memuji dan memohonkan shalawat dan rahmat untuk Nabi Muhammad SAW secara ikhlas adalah sesuatu yang dianjurkan. Bahkan, dilakukan oleh Allah SWT bersama para malaikat-Nya.

“Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa Sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.”

Anwar Rizqi 

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 253
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 480
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 470
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 442
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 545
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1075
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 303
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 764
Momentum Cinta
Selanjutnya