Muliakan Ibu

| dilihat 4017

AKARPADINEWS.COM | HARI ini, Selasa, 22 Desember 2015 merupakan Hari Ibu Nasional. Sejenak, mari mengenang jasa dan cinta kasih ibu yang telah mempertaruhkan nyawanya saat akan melahirkan kita. Dan, dengan penuh kesabaran dan ketulusan, ibu merawat dan mendidik kita hingga tumbuh menjadi manusia dewasa.

Ibu, sepanjang hidupnya selalu membentangkan kasih dan sayang, tanpa berharap dibalas anaknya. Seperti syair sebuah lagu, "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia.”

Lagu yang cukup populer dan sering dinyanyikan anak-anak itu, syairnya sangat sederhana. Namun, mengandung makna yang sangat dalam. Kucuran kasih ibu kepada anaknya bagaikan sang surya yang setia setiap saat melimpahkan cahayanya untuk memberikan menerangi dunia. Namun, ibu tak pernah meminta balasan dari anak-anaknya.

Penghormatan dan penghargaan terhadap ibu adalah sikap dan perilaku mulia. Karena tanpa ibu, tidak akan kita bisa hidup seperti saat ini. Begitu besar jasa ibu, maka pantas jika diperingati Hari Ibu Nasional. Meski demikian, penghormatan dan penghargaan terhadap ibu, tidak hanya setiap tanggal 22 Desember.

Memuliakan ibu harus sepanjang hayat dikandung badan. Bahkan, hingga ibu maupun ayah tak lagi ada. Penghormatan terhadap orang tua wajib dilakukan anak-anaknya, lewat doa agar mereka dimuliakan di sisi Allah SWT. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, saat seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, dan bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?"

Rasulullah menjawab, "Ibumu". Lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ibumu". Lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Dan, Rasulullah kembali menjawab, "Ibumu". "Kemudian siapa?" tanya lagi lelaki itu.

Rasulullah lalu menjawab, "Bapakmu." "Kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu,” imbuh Rasulullah. Hal ini juga diperjelas dengan nasihat Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, “Hendaknya kau berbakti kepada kedua orang tua, dan berbuat baik kepada kerabat dekat maupun jauh.”

Kemudian, ada seorang pemuda yang menangis. Dia sangat sedih tidak lagi memiliki ibu karena sudah meninggal dunia. Pemuda itu lalu bertanya kepada Rasulullah SAW, "Saya ingin sekali membalas budi ibuku, tapi sudah meninggal dunia. Apa yang sebaiknya saya lakukan?"

Rasulullah SAW lalu menjawab, "Doakan almarhumah ibumu, dan hormati serta sayangi ibu-ibu yang kamu jumpai di mana pun kamu berada. Nilainya akan sama dengan berbakti kepada ibu kandungmu."

Ibu merupakan sosok yang paling berjasa di dunia ini. Ibu adalah guru terhebat yang membentuk kepribadian seseorang yang mulia, pintar, dewasa, dan mandiri. Karenanya, sudah pantasnya jika seseorang wajib memuliakan ibu.

Dalam masyarakat, banyak cerita yang mengandung pesan agar kita harus menghormati ibu. Di Sumatera Barat, ada cerita yang disampaikan secara turun temurun tentang legenda Malin Kundang, anak durhaka terhadap ibu yang kemudian dikutuk menjadi batu.

Di zaman Baginda Rasulullah SAW juga ada pemuda bernama Alqomah yang sakit keras dan saat mau meninggal dunia dia seperti sangat tersiksa karena ibunya masih sakit hati atas kelakuannya. Baru setelah ibunya memaafkan, Alqomah menghembuskan nafas terakhir. Karenanya, Hisyamuddin Al Wa’idhi pun berpesan dalam sya’irnya, “Hormatilah kedua orang tua, maka kau akan selamat dari marabahaya, jangan menjadi orang yang durhaka yang layak mendapatkan kesialan atau kutukan.”

Sosok ibu memiliki kualitas agung. Padanya melekat sifat kasih Ilahi yang tak pernah padam. Karenanya, berbakti kepada kedua orang tua juga disinggung dalam Al Qur’an. Bahkan, dalam Al-Quran, Allah SWT menyandingkan perintah untuk bersyukur dan berbuat baik kepada kedua orang tua setelah didahului dengan perintah bersyukur dan mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Dalam surat Luqman ayat 14, Allah SWT berfirman, "Dan, Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.”

Firman Allah SWT itu menegaskan betapa mulia dan pentingnya kedudukan kedua orang tua, terutama ibu, di sisi Allah SWT. Berbeda dengan bapak yang jarang secara langsung mengadakan kontak fisik dengan anak. Namun, bapak memiliki peran besar dalam mendidik dan membentuk karakter anak, termasuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik pangan, sandang, dan papan.

Ibu merupakan taman sekolah pertama bagi anak sebelum dirinya hidup bermasyarakat. Setelah lahir dan tumbuh besar, ibu berperan mengajarkan ilmu dalam bertutur kata dengan bahasa ibu dan menebarkan ilmu tentang kehidupan sebagai bekal hidup anak-anak.

Maka pantas bila kemudian dikatakan, surga ada di bawah telapak kaki ibu. Kalau ingin mendapatkan kehidupan surgawi, selamat di dunia maupun di akhirat, maka manusia harus membangun relasi cinta kasih terhadap orang tuanya, khususnya sang ibu. Begitu tingginya kedudukan seorang ibu, sehingga berkhidmat kepadanya setara dengan berjihad di jalan Allah SWT.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam An-Nasa’i dan Ibnu Majah, dari Mu’awiyah bin Jahimah As Salami, dikisahkan, Jahimah mendatangi Nabi Muhammad SAW lalu berkata, “Wahai Rasulullah, saya hendak ikut berperang, saya datang untuk bermusyawarah denganmu."

Lalu, Rasulullah bersabda, "Apakah kamu masih memiliki ibu?" "Ya," jawab Jahiman. Rasulullah kembali bersabda, "Tinggallah bersamanya, sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya (ibu).”

Begitu mulianya sosok ibu, termasuk ayah. Karenanya, seorang anak yang berani menentang dan menyakiti hati maupun perasaan orang tua, maka  hidupnya tidak akan pernah tenang dan bahagia.  Orang tua berhak mendapat perlakuan baik dari anaknya, terkecuali jika orang tua mengajak syirik kepada Allah SWT. Bila ada orang tua demikian, anak hanya sebatas bergaul secara baik dengan mereka di dunia.

Untuk itu, do’a dan restu orang tua sangat dibutuhkan dalam menatap masa depan yang terang benderang.  Karena pada prinsipnya, ridha Allah SWT adalah ridha orang tua. Dan, murka Allah SWT juga adalah murka orang tua.

Ibu adalah makhluk Allah SWT yang sangat kuat. Bila melihat ibu menangis, itu karena Allah SWT memberikan air mata kepada ibu yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk membasuh luka batinnya, sekaligus memberinya kekuatan baru. Mari luangkan waktu untuk memaknai kasih ibu. Selamat Hari Ibu.

Anwar Rizqi 

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Humaniora
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 545
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1075
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 303
Isyarat Bencana Alam
16 Mar 24, 01:40 WIB | Dilihat : 764
Momentum Cinta
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 752
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 908
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 862
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya