Parfum Menyengat di Transportasi Khalayak

| dilihat 664

Nota Tok Fadhillah

Seorang ibu, seorang penulis hendak melakukan perjalanan ke luar kota, menggunakan kereta api lintas kota. Ia akan melakukan perjalanan ke luar kota untuk kepentingan observasi. Ia sedang menyiapkan penulisan novelnya.

Sejak berangkat dari rumah menuju ke stasiun, dia sudah punya rencana, akan memanfaatkan sebagian besar waktu pejalanannya untuk membaca ulang catatan-catatan dari obersevasi dia sebelumnya.

Hal itu biasa dilakukannya, untuk mendapatkan deskripsi atas alur, dinamika, dan dramatisasi kisah yang menjadi fokus novelnya. Termasuk membuat formasi karakteristik tokoh-tokoh fiksi yang menjadi  rol. Ia berpegang pada prinsip penulis novel sebagai pemandu khalayak pembacanya.

Secara personal, ibu novelis ini sensitif terhadap wewangian dan bau yang menyengat. Kepalanya akan sontak pening, bahkan dalam keadaan tertentu bisa bereaksi yang tak terduga, seperti muntah.

Karenanya, ibu ini juga siaga. Selain menyiapkan pelitup (masker), ia membawa juga minyak kayu putih, yang baunya lebih menyegarkan, dan bisa mengurangi 'sengatan' bau atau wewangian.

Ia sadar, menggunakan transportasi publik dengan jarak yang jauh dan memakan waktu lama, harus mengantisipasi kemungkinan yang tak terduga. Ia tak menafikan dan paham, bahwa menggunakan parfum merupakan bagian dari performa kehidupan kebanyakan khalayak, laki-laki dan perempuan. Terutama yang mempunyai aktivitas dengan mobilitas dinamis.

***

Tiba di stasiun dan kemudian masuk ke dalam gerbong, lalu duduk di dekat jendela, sesuai dengan boarding pass, novelis ini sudah bersiap melakukan apa yang sudah dirancangnya. Ia merasa lega, karena sampai hampir tiba jadual keberangkatan, tak ada penumpang lain di sebelah kursinya.

Dua menit menjelang keberangkatan, seorang lelaki jauh lebih muda, masuk ke gerbong. Alahai.. ternyata penumpang dengan nomor kursi persis di sebelahnya. Baru saja duduk, wangi parfumnya sudah menyengat.

Novelis ini berusaha mengendalikan diri, karena wangi parfum sudah tersaring pelitup kesehatan yang dikenakannya. Dia berusaha menahan diri.

"Ma'af, ibu tujuan ke mana ya?" tanya lelaki itu. Novelis yang sudah lebih dari separuh baya ini, merespon pertanyaan tersebut dengan menyebut kota tujuan. Lelaki itu melanjutkan, menjelaskan kota tujuan akhir. Duh! Ternyata, kota tujuan lelaki, itu lebih jauh.

Kereta terus melaju. Sudah melintasi tiga stasiun. Wangi parfum lelaki itu kian menyengat, karena berada di dalam gerbong berpendingin ruangan. Novelis ini lantas mengambil minyak kayu putih, membuka pelitupnya, dan mengoleskannya di bawah lubang hidung, kemudian memakai kembali pelitup.

Kepalanya mulai pening. Ia tak berusaha menarik nafas dalam-dalam, kuatir muntah. Lelaki itu bersandar dan asik memainkan bimbit (handphone) dalam genggamannya. Ia tak tahu, kalau ibu di sebelahnya mulai tersiksa.

***

Apa yang dialami novelis ini, dialami oleh banyak orang yang sensitif dengan bau atau wangi yang menyengat. Tak hanya perempuan, tapi bahkan lelaki. Di setiap moda transportasi khalayak, selalu ada.

Memang, kebanyakan lelaki tidak berusaha keras memilih aroma parfum pribadi mereka.  Namun, tak sedikit lelaki yang berusaha keras dan selalu memilih aroma parfum yang sesuai dengan selera pribadinya, termasuk aroma parfum yang menyengat. Biasanya, lelaki yang kurang percaya diri atau yang sengaja menggunakan parfum untuk 'menguatkan' performanya. Tak ada yang salah.

Namun, setiap setiap orang yang menggunakan transportasi publik, mesti dipahami sebagai pribadi yang beragam, termasuk sensitivitasnya terhadap bau dan wangi, tak terkecuali wangi parfum.

Leanna Serras, seorang penulis khas tentang wewangian parfum, mencermati situasi pribadi seperti yang dialami ibu dosen tersebut. Ia mengingatkan siapa saja untuk mengetahui cara menggunakan parfum sebagai bagian dari seni berkehidupan. Antara lain, melakukan penggunaan parfum secara benar dan tepat.

Penggunaan parfum secara tidak benar dan tidak tepat menyebabkan penggunaan yang berlebihan, sehingga aromanya menyengat. Pada ruangan tertentu, sepeti gerbong kereta atau kabin pesawat, aroma parfum yang menyengat akan mengganggu penumpang lain.

Banyak lelaki, menggunakan parfum dengan menyemprotkannya ke pakaian mereka, bahkan untuk mereka yang menggunakan parfum untuk menambah kepercayaan diri dan penampilan, melakukannya tak hanya sekali. Penggunaan parfum semacam ini, menurut Serras, merupakan cara yang terburuk.

***

Menggunakan parfum sebelum melakukan perjalanan dengan menggunakan moda transportasi untuk jarak yang jauh dan waktu lama, mesti mempertimbangkan, parfum dari jenis apa yang harus dipergunakan. Pilihan yang utama adalah parfhum dengan aroma yang wajar, yang harumnya justru bisa dinikmati orang lain, dan bertahan lama. Tidak menyemprotkannya ke pakaian.

Setelah mandi dan mengeringkan kulit tubuh dengan handuk, gunakan parfum dengan cara mengoleskannya di tubuh  pada titik-titik tertentu, tanpa berlebihan. Karena mandi, sesungguhnya membersihkan tubuh dari aroma lain dan membuka pori-pori, yang membantu aroma menyerap.

Bila menggunakan parfum dengan spray, saran Serras, semprotkan parfum, minimal dari jarak sampai 6 inchi, agar parfum tak berlebihan menempel di tubuh. Pilih dua atau tiga titik panas tubuh, karena panas tubuh membantu menyebarkan aroma parfum. Sekaligus memungkinkannya menyatu dengan kimia tubuh setiap orang. Tempat terbaik untuk menyemprotkan parfum ke tubuh adalah area leher, dada, titik nadi, lengan bawah, atau siku bagian dalam.

Aroma parfum yang dapat dinikmati semua orang dan tidak mengganggu mereka yang sensitif bau atau wangi adalah jenis parfum monokrom dengan 'nada wangi' yang datar. Karenanya disarankan tidak mengoleskan atau menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuh yang terbuka dan berdekatan dengan penumpang lain yang duduk di sebelah. Misalnya tidak menyemprotkan atau mengoleskan parfum di punggung tangan.

Ingat juga, bagi lelaki, menggunakan wewangian parfum monokrom dalam perjalanan dengan menggunakan moda transportasi khalayak, tidak untuk menarik perhatian orang lain yang tidak kita kenal sebelumnya. Bayangkanlah penggunaan wewangian parfum dalam perjalanan tersebut, seperti not musik untuk sebuah lagu. Berbeda dengan penggunaan parfum untuk kencan malam hari atau untuk keperluan reguler aktivitas kerja di ruangan yang lebih luas. Kendati tak salah keyakinan siapa saja, bahwa menggunakan wewangian parfum yang membantu penggunanya menambah aura kepribadian yang sudah baik.

Intinya: hindari menggunakan parfum yang menyengat di transportasi khalayak, yang dapat mengusik sensitivitas bau dan wangi orang lain di sebelah dan di sekeliling kita. |

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Energi & Tambang
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1213
Rumput Tetangga
Selanjutnya