Anak Anak Abah Menghalau AI Generatif

| dilihat 522

Catatan  Cingé Zaidan

Anak Abah, Anak-anak Abah atawa Generasi Millenial dan Generasi Z (Gen Z) pendukung pasangan Anies - Muhaimin, tanpa kecuali kelompok Ubah Bareng, Humanies, dan Anies Bubble yang lahir pada tahapan Pemilihan Umum 2024, merupakan anak zaman yang mampu memainkan authentic intelligent (AI) untuk menghalau Artificial Intelligent (AI).

Keterlibatan mereka dalam politik praktis menjadi arus baru yang mampu menghadang arus besar pragmatisme politik yang secara penetratif hipodermis dengan kekuatan kuasa dan uang gencar melakukan upaya penghancuran nalar publik.

Mereka merupakan Generasi millenial dan Gen Z yang sadar perlunya menegakkan penyelenggaraan Pemilihan Presiden dan Pemilihan Umum 2024 yang  jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia.

Mereka mampu mengelola kreativitas dan inovasi yang kuat. Lantas menjadi kekuatan bagi pasangan Anies - Muhaimin dalam menghadirkan ajang kampanye Pilpres sebagai forum pendidikan politik. Khasnya menghidupkan praktik demokrasi yang susah payah menghidupkan akal budi.

Mereka telah memungkinkan pasangan Anies - Muhaimin hadir sebagai pelopor dalam melahirkan invensi gerakan perubahan dalam praktik politik. Kendati hanya didukung oleh koalisi partai yang sedikit: Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan belanja politik yang terbatas.

Keberhasilan mereka, tampak melalui Desak Anies, Slepét Imin, proxi Abah, Anies Bubble, dan videotron mandiri didukung Spanduk Rakyat berbasis budaya urunan atau udunan. Termasuk Temu Akbar AMIN dan kampanye konvensional tatap muka yang bergairah dan membanjiri jagad media sosial dengan platform edukatif.

Investasi Adab

Sebagai suatu gerakan spontan dan aksi kreatif inovatif Anak-Anak Abah mendapat respon dari kalangan emak-emak dan mody. Kehadiran istri dan anak-anak Anies: Fery Farhati (bersama Mutiara, Mikail, sekali sekala Kaisar), serta istri dan anak-anak Rustini Murtadho (bersama Mega, Rahma, Zahra) di ajang kampanye (Debat Presiden/Wakil Presiden, Desak Anies, Slepét Imin, dan lainnya) sebagai potret keluarga terdidik, harmonis dan mandiri (anti nepotisma) memperkuat citra pasangan Anies - Muhaimin sebagai nahkoda dan mualim gerakan perubahan.

Mereka memperkuat gerakan perubahan menghadapi situasi sturm und drang politik penguasa yang didukung oleh oligarki, jejaring kekuasaan (clientelisma kekuasaan) dengan segala muslihatnya. Termasuk politik povexplo melalui bansos yang mengeksplorasi kemiskinan rakyat.

Selama masa kampanye jagad media sosial, antara lain TikTok yang semula diisi oleh ekspresi laku cunihin dan eksploitasi bambungan (joged-joged) menjadi ajang katarsis bagi anak-anak muda yang mengalami fatherless. Suatu investasi adab yang menarik di tengah arus besar penggerusan atau penihilan etika dan akhlak yang terstruktur. Mulai dari lembaga publik resmi (Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemilihan Umum dan turunannya ) sampai ke kehidupan sosial.

Perjuangan Anak-Anak Abah mulai dari menginisiasi, mengolah dan mengembangkan kreativitas dan inovasi konten-konten kreatif media sosial di berbagai saluran dan platform media sosial patut dipujikan, dihormati dan diapresiasi di tengah segala keterbatasan sumberdaya pasangan Anies-Muhaimin.

Dalam beberapa kali percakapan dengan kalangan jurnalis dan pengamat politik internasional yang memberikan perhatian khas pada Pilpres/Pemilu 2024 mengemuka pandangan segar. Antara lain membalik asumsi, bahwa konten-konten kreatif yang mereka hasilkan mampu menghalau konten AI generatif yang berusaha mempengaruhi penyelenggaraan Pilpres/Pemilu 2024.

Mereka, sekurang-kurangnya mampu melokalisasi berbagai konten yang dihasilkan AI generatif (plus buzzer dan influencer bayaran, termasuk opinion maker dari kalangan politisi dan segelintir oknum ustadz), sehingga ruang informasi khalayak yang sudah kompleks tidak serta merta menjadi lebih rumit.

Penghancuran Nalar Publik

Anak-anak Abah ini juga mampu -- dengan segala keterbatasan sumberdaya dan sumberdana -- menghadang upaya-upaya kaum pemburu tahta dan harta yang fokus menebar kampanye disinformasi muslihat politik pemilu kontestan yang didukung kekuasaan.

Mereka mampu memberi 'warna' khas jagad media sosial dengan gagasan perubahan yang ditawarkan Anies - Muhaimin. Juga berhasil -- meski dalam skala terbatas -- menghadang konten AI generatif yang berpotensi meningkatkan kampanye yang sengaja dirancang untuk melemahkan wacana demokrasi.

Mereka juga berhasil mendiseminasi konten lebih berkualitas, lebih berbeda secara substantif, dan lebih mudah diproduksi secara massal, dibandingkan kampanye informasi mengarah kepada 'penghancuran nalar publik' yang diluncurkan sebagai bagian dari operasi pengaruh penguasa dan oligarki.

Konten-konten AI generatif yang disiapkan untuk bertindak sebagai penguat penyebaran disinformasi, yang dirancang dengan koordinasi antara banyak aktor dan seluruh kelompok political troll — berisi berita bohong dan fitnah terhadap pasangan Anies-Muhaimin, secara berulang-ulang. Bahkan segala informasi serangan tersebut, berhasil mereka masukkan ke dalam kandang fitnahlagi.com.

Dalam konteks kerja-kerja kreatif yang dilakukan Anak-Anak Abah, terkesan upaya positif dalam mengelola pengaruh ekosistem online dalam membentuk wacana demokrasi. Mereka dengan daya kreatif yang dimilikinya 'bergulat' di tengah jangkauan kecerdasan buatan (AI) generatif yang meluas. Sekaligus menebar tantangan baru di tahun pemilu.

Menurut peneliti Valerie Wirtschafter (2024), AI Generatif memungkinkan pembuatan gambar, video, audio, atau teks realistis berdasarkan perintah yang diberikan pengguna. Mengingat potensi eksploitasi teknologi ini, khususnya dalam konteks pemilu, telah menarik perhatian yang signifikan.

Giliran Pakar IT

Kendati dampak transformatif AI generatif pada ruang informasi belum sesuai dengan ekspektasi awal, namun menurut Wirtschafter, konten yang dimanipulasi atau dibuat sepenuhnya telah menimbulkan ancaman terhadap wacana demokrasi dan integritas pemilu. Mengatasi tantangan ini memerlukan respons multifaset. Inilah yang dilakukan oleh Anak-anak Abah.

Intervensi penguasa pendukung salah satu kandidat dalam Capres 2024 -- mulai dari tindakan legislatif yang menargetkan deepfake khusus pemilu -- dihadapi oleh Anak-Anak Abah dengan inisiatif dan gagasan bernas pendidikan pemilih. Membentuk 'pemilih rasional' dalam istilah Anies Baswedan.

Kini, pada fase akhir tahapan Pilpres/Pemilu 2024 tentu bukan wilayah Anak-anak Abah lagi untuk bertarung dalam menghadang dan menghalau AI generatif yang mengacaukan sistem rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Para ahli telematika dan pakar teknologi informasi lah yang punya daya (kompetensi dan profesionalitas) dalam membuktikan pelanggaran Pilpres dan Pemilu. Termasuk dalam mendesak KPU agar para komisionernya sadar diri membuka akal budi untuk memberikan kalangan independen melakukan audit investigasi. Khasnya dalam menyelidiki sistem (termasuk yang memungkinkan terjadinya anomali algoritma) rekapitulasi suara.

Upaya ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya aksi manipulasi penghitungan suara yang bisa dipandang sebagai perompakan daulat rakyat. Pembiaran atas berlakunya dominasi angka-angka dan mengabaikan berbagaikan faktor yang berada di balik angka-angka tersebut, akan membawa bangsa ini ke lorong gelap peradaban.

Dalam keseluruhan konteks penyelenggaraan Pilpres/Pemilu 2024 dengan menggunakan AI technology, kita tak ingin kelak bangsa ini menjadi Artificial State. Dalam konteks ini, para hakim Mahkamah Konstitusi pun mesti punya kejujuran nurani dan keberanian menyelidik berbagai hal di balik angka-angka. Bukankah kelak, akan berlaku hisab Sang Maha Penguasa di hari pembalasan? |

Editor : delanova
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 947
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1172
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1436
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1583
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 742
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 898
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 850
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya