Duka di Negeri Atap Langit

| dilihat 2568

AKARPADINEWS.COM | NEPAL dirundung duka. Gempa berkekuatan 7,9 skala ritcher (SR) mengguncang sebagian besar wilayah Nepal,Sabtu pekan lalu. Pusat gempa berada pada kedalaman 11,9 kilometer. Data terakhir mengabarkan, korban meninggal dunia hingga mencapai lebih dari 4.000 jiwa. Jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah karena proses evakuasi masih dilakukan.

Titik gempa berada di antara Kota Pokhara dan Kathmandu. Namun, guncangannya menggetarkan India bagian utara, Pakistan, Bangladesh, Tibet, hingga kawasan pegunungan Mount EverestHingga saat ini, warga yang selamat, masih dihantui gempa susulan. Sebelumnya, US Geological Survey (USGS) mengabarkan, gempa susulan berkekuatan 6,7 SR telah terjadi beberapa jam setelah gempa pertama.

Gempa terjadi pukul 18:00 waktu setempat dan ada banyak banyak gempa-gempa lain bergetaran hingga tengah malam. Raihan, seorang warga negara Singapura korban yang selamat menuturkan kepada Channel NewsAsia, “Awalnya, bangunan-bangunan bergerak ke kiri dan ke kanan. Benda-benda seperti potongan bata dan ornamen lain mulai berjatuhan. Di luar, asap kecokelatan dari reruntuhan rumah telah mengepul hingga ke pegunungan.”

Pada siang harinya, langit Nepal diselimuti debu dan asap reruntuhan bangunan yang porak poranda akibat gempa. “Orang-orang berjalan gemetar. Suara sirene meraung-raung dan debu naik ke udara,” kata anggota staf dari kelompok bantuan Catholic Relief Services Kushal Neogy di Kathmandu, ibukota Nepal, seperti dikutip CNN.

Kerusakan terparah disinyalir terjadi di Kathmandu. Jalan-jalan tertutup oleh reruntuhan bangunan. Aktivitas yang dapat dilihat di sana hanyalah pemandangan menyedihkan dari sibuknya warga mencari kerabat yang mungkin masih dapat ditemukan dalam keadaan selamat.

Sedikitnya 6.500 orang terluka dalam gempa 7,9 SR tersebut. Sementara itu, PBB menyebutkan, sebanyak delapan juta orang di 39 distrik menjadi korban terparah gempa ini. Lebih dari dua juta di antaranya hidup di 11 wilayah yang paling parah terkena dampak gempa.

Pemerintah Nepal kewalahan mengatasi kekurangan air minum dan makanan, serta ancaman penyakit. Sementara mereka yang sakit dan terluka banyak yang harus dirawat di jalan-jalan karena rumah sakit tak sanggup lagi menampung orang. "Kami kewalahan dengan permintaan penyelamatan dan bantuan dari seluruh negeri," ujar Deepak Panda, anggota manajemen bencana Nepal.

Warga yang masih selamat berupaya mengungsi. Kondisinya memprihatinkan. Pasalnya, mereka bersama sanak keluarganya terancam kekurangan pasokan makanan, minuman, hingga air bersih. Kebanyakan dari mereka mengungsikan dirinya dengan tinggal di tenda selama tiga hari berturut-turut. Mereka masih takut kembali ke rumah karena gempa susulan masih sering terjadi.

Pada Senin lalu (27/4), ribuan warga Nepal memutuskan meninggalkan wilayah ibukota Kathmandu. Jalan yang mengarah keluar dari kota lembah Kathmandu macet, penuh dengan orang-orang yang panik, dan khawatir akan keselamatan nyawanya. Banyak yang membawa bayi di lengan mereka. Semuanya mencoba naik ke bus atau menumpang mobil atau truk.

Nepal tak berdaya menanggulangi bencana sedemikian hebat ini. Merujuk pada data Badan Kesehatan Dunia tahun 2011, Nepal hanya memiliki 2,1 pekerja medis dan 50 ranjang rumah sakit bagi setiap 10 ribu orang. Rekonstruksi Nepal juga membutuhkan biaya besar. Pasalnya, struktur bangunan di Nepal sangat jauh di bawah standar sehingga dampak gempa terasa begitu signifikan.

Badan Geological Survey Amerika Serikat memperkirakan kerugian finansial akibat kerusakan yang disebabkan gempa itu diperkirakan mencapai US$1 miliar hingga US$10 miliar atau Rp130,05 triliun (kursRp 13.005/US$).

Upaya untuk membangun kembali Nepal sesuai standar tahan gempa membutuhkan biaya fantastis. Seorang peneliti bisnis dan ekonomi dari IHS (sebuah institusi analisis pengembangan industri negara) Rajiv Biswas memperkirakan, dibutuhkan biaya lebih dari US$5 miliar atau setara Rp64,75 triliun, atau sekitar 20 persen dari GDP negara tersebut.

Nepal memang tidak sendiri, masyarakat dunia turut bersimpati terhadap bencana alam ini. Baik dukungan moril maupun uang, senantiasa diarahkan kepada negara tersebut. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) turut mengucapkan belasungkawa terdalam bagi seluruh korban bencana alam tersebut.

Belasungkawa juga disampaikan Menteri Luar Negeri dari negara-negara Asia Tenggara yang terkumpul dalam rangkaian acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Para menteri yang tergabung dalam Asosiasi Menteri Luar Negeri ASEAN tersebut mengungkapkan bahwa mereka sangat terkejut dan terpukul atas kejadian ini.

Presiden Jokowi juga menginstruksikan menterinya untuk membantu bencana alam di Nepal. Kementerian Sosial kini menyiagakan 150 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk dikirim ke wilayah bencana. Selain itu, logistik juga disiapkan seperti selimut, pakaian, tenaga medis, stok makanan, tenda, dan obat-obatan.

Bagaimana dengan nasib Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di sana?Pemerintah Indonesia wajib memerhatikan nasib mereka. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia mengidentifikasi, terdapat 18 WNI tinggal di Nepal. Kemudian, ada 31 WNI yang sedang dalam masa kunjungan.

Sejauh ini, dari 18 WNI yang menetap di Nepal, baru sembilan yang bisa dikontak. Sementara, 31 orang yang berkunjung itu, 20 orang saat ini sudah bisa dikontak, sementara 11 orang lainnya belum bisa dikontak.

Upaya penyelamatan WNI tersebut tidak mudah. Jalanan tertutup puing-puing bangunan dan dipenuhi sesak beberapa warga yang membangun tenda untuk persinggahan sementara. Jalanan juga dipenuhi tenda kesehatan darurat, sampai beberapa truk dan buldoser yang membelah reruntuhan bangunan.

Selain itu, Indonesia tidak memiliki KBRI di Nepal sehingga upaya penyelamatan ditangani oleh KBRI di Dhaka, Bangladesh, melalui Konsul Kehormatan Indonesia di Kathmandu. Buruknya jaringan komunikasi akibat gempa juga membuat upaya pencarian WNI semakin sulit. Kemlu melaporkan perwakilannya di sana telah melakukan pengecekan fisik langsung ke rumah-rumah, namun masih terkendala akses yang sulit.

Nepal adalah salah satu negara yang paling sering mengalami gempa seismik teraktif di dunia. Negara ini berada di wilayah lempeng tektonik India dan Eurasia di Asia Tengah. Lempeng ini bergeser setidaknya 4-5 cm atau dua inci per tahun. Besarnya guncangan gempa Sabtu lalu juga terjadi akibat wilayah sekitar Kathmandu yang terbentuk dari lapisan tanah lunak. Dahulu, tanah Kathmandu merupakan permukaan lembap yang mempunyai sebuah danau purba.

Sejarah mencatat, gempa Nepal pernah terjadi pada 1255, 1344, 1505, 1833, dan 1934. Gempa pada tahun 1934 berkekuatan 8,1 skala Ritcher merupakan gempa yang paling mematikan sepanjang sejarah peradaban modern. Sekitar 17.000 orang tewas di Nepal dan India.

Gempa Nepal ini membangkitkan memori kita pada peristiwa gempa Yogyakarta  berkekuatan 6,5 skala Ritcher pada Mei 2006 silam. Terdapat fakta serupa mengenai tekstur tanah di Kathmandu dan Yogya. Keduanya sama-sama memliki lapisan tanah rapuh dan lunak sehingga memicu gelombang gempa berdampak besar.

Belajar dari kasus gempa Nepal dan Yogyakarta, Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi gempa serupa. Ke depannya pemerintah harus merancang beragam upaya penanggulangan bencana gempa yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Tentu, infrastuktur di beberapa kota besar padat penduduk di Indonesia harus dipersiapkan untuk menghadapi guncangan keras akibat gempa.

Nepal dan dunia tentu berduka. Sangat disayangkan karena banyak dari keindahan alam dan kebudayaan Hindu kuno terdapat di negara ini. Apalagi, beberapa pemandangan sempurna dunia bisa terlihat melalui puncak Himalaya dan Mount Everest yang dapat dijejaki dari tanah Nepal, sebuah negeri di atap langit

Adhimas Faisal

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 951
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1175
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1440
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1586
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 745
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 899
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 856
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya