OPINI

Menghadapi Devoiler Bandidos

| dilihat 1644

Bang Sem

EMMANUEL Lavinas, pemikiran Yahudi asal Lithuania berteori tentang ‘manusia sendiri’ penjaga gentong kejahatan. Begitu kejahatannya terbuka, serta merta begitu banyak nama orang yang kemudian diseretnya masuk ke dalam gentong yang dijaganya.

Fenomena kejahatan yang saya sebut dêvoiler bandidos, itu bisa terkena siapa saja. Terutama ketika suatu kejahatan yang pada mulanya dilakukan sembunyi-sembunyi, tiba-tiba meruyak, karena orang-orang yang terlibat di dalamnya saling membuka rahasia kejahatan itu.

Orang-orang yang terlibat dalam suatu kejahatan dan kemudian membuka kejahatan, itu karena menganggap telah terjadi penghianatan atas komitmen jahat antar sesamanya, adalah penjahat. Inilah yang belakangan mewarnai jagat negeri kita. Menggelikan sekaligus mengerikan.

Menggelikan karena penjahat menuding orang lain sebagai bagian dari kejahatannya, dan akhirnya saling mempertontonkan watak jahat sesamanya. Inilah black commedy dalam lakon ‘orang-orang bertopeng’ yang sedang berlomba menguasai negeri yang pernah diamsalkan laksana sepotong surga yang jatuh ke bumi.

Lantas, apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin negeri dalam situasi demikian? Tentu bukan membuat situasi bertambah keruh dengan cara menyelesaikan masalah berlarat-larat, sehingga semua orang menjadi bagian dari keriuhan. Melainkan, bagaimana menempuh solusi, dengan mengambil cara memberantas kejahatan itu.

Rumusnya sudah jelas diajarkan Tuhan: berikan punishment kepada siapa saja yang terlibat dalam kejahatan, termasuk mereka yang menceritakan ulang kisah persekongkolannya dalam kejahatan itu. Lantas, berikan apresiasi – reward bagi siapa saja yang tidak terlibat dalam kejahatan itu, dan berani memberantas kejahatan itu. Selebihnya, berkomitmen kuat dan konsisten untuk menegakkan hukum (tak sebatas law enforcement, tapi menegakkan keadilan).

Dêvoiler bandidos tidak dapat diberantas oleh manusia dan lembaga yang riskan terhadap kejahatan, karena yang paling relevan dan kompeten memberantasnya hanyalah mereka yang secara khas teruji mempunyai jarak tertentu dengan kejahatan. Yaitu, mereka yang bekerja sinergis membangun soliditas dan solidaritas membangun kebaikan dan kebajikan. Bukan mereka yang bersekongkol berbuat kejahatan meski dengan alasan kebaikan.

Dalam konteks demikian, diperlukan proses seleksi untuk memperoleh orang-orang terbaik yang berdiri di barisan paling depan untuk memberantas kejahatan. Terutama, mereka yang sudah mampu memilih dan memilah kejahatan dengan kebenaran, berani menegakkan kebenaran ketika memperoleh hakekat kebenaran. Berani pula memberantas kejahatan, ketika memperoleh pengetahuan yang cukup tentang cara memberantas kejahatan.

Adakah mereka di antara kita? Pasti ada. Karena di setiap masa, pada setiap negeri, selalu ada orang-orang pilihan yang sungguh mampu memberantas para bandit. Tak hanya bandit jalanan, melainkan juga bandit berpantalon dan berdasi. Soalnya tinggal, seberapa banyak orang-orang ikhlas yang berada di sekeliling pemimpin suatu negara. |

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Humaniora
03 Mei 24, 10:39 WIB | Dilihat : 66
Pendidikan Manusia Indonesia Merdeka
02 Apr 24, 22:26 WIB | Dilihat : 557
Iktikaf
31 Mar 24, 20:45 WIB | Dilihat : 1090
Peluang Memperoleh Kemaafan dan Ampunan Allah
24 Mar 24, 15:58 WIB | Dilihat : 314
Isyarat Bencana Alam
Selanjutnya