Film Catatan Dodol Calon Dokter

Dokter Juga Manusia

| dilihat 3827

AKARPADINEWS.COM | PROFESI dokter sangat mulia. Dokter menjadi juru selamat nyawa manusia tatkala dalam kondisi sekarat. Peran itulah yang membuat status sosial dokter cukup disegani di masyarakat. Dan, secara ekonomi, dokter pun berpanghasilan di atas rata-rata profesi lainnya.

Apresiasi itu setimpal dengan tanggungjawab dan beban yang ada dipundak seorang dokter. Karenanya, menjadi dokter tidak mudah. Ada proses panjang yang harus dilalui. Salah satunya ialah masa menjadi dokter muda atau disebut Koas.

Masa-masa menjadi Koas itulah yang diangkat dalam film Catatan Dodol Calon Dokter (Cado-Cado). Film produksi CJ Entertaintment dan Radikal Films ini dibintangi beberapa artis muda antara lain Adipati Dolken, Tika Bravani, Aurelie Moeremans, Ali Mensan, Rizky Mocil, Rizka Dwi Septiana, Cindy Valerie, dan Amec Jen Aris.

Beberapa artis senior pun turut melakoni peran film itu. Di antaranya Adi Kurdi, Torro Margens, Donna Harun, Inggrid Wijanarko, dan Gito Gilas. Perpaduan antara artis muda dan senior ini membuat film ini padat bintang yang dapat menarik perhatian pecinta film Indonesia.

Oleh karena itu, Blitz CGV Slipi Jaya mengadakan acara nonton bareng dan makan siang bersama dua artis dari film Cado-Cado. Acara yang diadakan pada Sabtu (29/10) cukup menarik perhatian pecinta film. Terdapat enam orang dari penonton yang kemudian mendapatkan kesempatan makan siang bersama Amec Aris dan Rizka Dwi Septiana.

Film yang diangkat dari novel komedi berjudul sama itu mengisahkan tentang Riva yang diperankan Adipati Dolken, seorang Koas di sebuah rumah sakit yang tidak memiliki tujuan hidup menjadi seorang dokter. Alasan utama Riva masuk ke jurusan kedokteran dan kini menjadi Koas hanya mengikuti pilihan teman semasa SMA, Evi yang diperankan Tika Bravani.

Riva, Evi, dan Budi yang diperankan Ali Mensan, berteman sejak SMA. Masa Koas pun mereka bersama-sama. Ketiganya tergabung dalam kelompok yang sama dalam tiap penugasan Koas oleh Prof Burhan Nasution yang diperankan Adi Kurdi. Berbeda dengan Riva, Evi memiliki impian sebagai seorang dokter. Riva menjalani hari-harinya sebagai Koas dengan santai dan terkadang bercanda bersama teman-temannya.

Suatu hari, Burhan mengumumkan tantangan kepada para Koas untuk melakukan tugas penelitian. Mereka yang berhasil lolos dari tantangan itu, akan diberikan kesempatan untuk ikut dengannya ke Korea Selatan melakukan penelitian.

Selain itu, Burhan mengumumkan perubahan kelompok yang akhirnya memisahkan Riva dan Evi, sekaligus memberitahukan akan masuknya Koas baru bernama Vena yang diperankan Aurelie Moeremans. Vena merupakan anak dari pemegang saham tempat Riva dan kawan-kawannya menjadi Koas.

Kehidupan Riva mulai berubah ketika mendapati dua orang pasien kecelakaan pada malam hari saat dia berjaga. Salah seorang pasien tersebut adalah anak perempuan bernama Airin. Saat melakukan tindakan pertama di UGD, Vena menemukan kejanggalan pada mata Airin. Namun, Vena dan Riva, belum dapat memastikan penyebab kejanggalan itu.

Meski demikian, keduanya mencari tahu mengenai penyakit yang mengidap di mata Airin. Kedekatan Riva dan Vena membuat hubungan persahabatan Riva dengan teman-temannya, khususnya Evi, membaik. Hubungan keduanya sebelumnya tidak pernah baik pasca kedekatan Riva dengan Vena.

Vena mencurigai penyakit di mata kiri Airin ialah retinoblastoma. Penyakit tersebut merupakan tumor yang terdapat pada mata, khususnya terjangkiti pada anak-anak usia muda.

Riva dan Vena kemudian mencari tempat tinggal Airin yang ternyata sudah meninggalkan rumah sakit atas perawatan kecelakaan yang dialaminya. Setelah menemui ibu Airin, Riva dan Vena membujuk kakek dan ibunya Airin untuk membawanya kembali ke rumah sakit untuk diperiksa oleh dokter mata.

Awalnya, ibunya Airin menolak untuk memeriksakan anaknya. Sebab, dia memiliki trauma kehilangan suaminya di rumah sakit atas penyakit berbahaya. Namun, setelah dibujuk oleh sang kakek, ibunya mau memeriksa Airin ke rumah sakit, tempat Riva dan Vena bertugas.

Setelah melakukan pemeriksaan mendalam, ternyata kecurigaan Vena benar. Airin mengidap retinoblastoma. Dokter pun menyarankan untuk dilakukan operasi.

Ketika eksekusi operasi dilakukan, ternyata bocah kecil itu tak selamat. Airin meninggal di meja operasi. Melihat nyawa orang melayang di hadapannya, Riva menjadi termenung dan merasa insiden itu kesalahannya.

Beruntungnya Riva, ketika tengah bingung dan hilang arah, ayahnya yang diperankan Toro Margens, memberikan petuah jika tidak ada satu pun orang di dunia ini yang tidak pernah salah. Petuah itu mampu membangkitkan kembali semangat Riva. Dia kembali meraih cita-citanya menjadi dokter.

Setelah mendapatkan semangatnya kembali, Riva mencoba untuk memperbaiki hubungannya dengan Evi. Saat menuju bandara untuk memberikan kejutan kepada Evi yang akan pergi ke Korea Selatan setelah memenangi tantangan dari Burhan, terjadi kecelakaan.

Melihat salah satu koban terjebak di dalam mobil adalah anak perempuan, Riva bergegas turun dari mobil Vena karena teringat wajah Airin. Setelah berhasil mengeluarkan anak perempuan itu ternyata dia tak sadarkan diri.

Saat mencoba menyelamatkan anak itu, Evi muncul. Ternyata, Evi dan rombongannya terjebak macet di tempat yang sama. Riva dan Evi melakukan operasi darurat karena anak kecil itu tak dapat bernafas. Dengan alat seadanya, keduanya berhasil menyelamatkan anak tersebut.

*****

Film Cado-Cado cukup memberikan gambaran kenyataan akan kehidupan seorang dokter muda dan dunia di sekitarnya. Ifa Isfansyah, sang sutradara, berhasil memunculkan kehidupan sebenarnya dari para dokter muda.

Kebanyakan orang awam berpendapat, seorang dokter harus orang yang mampu menghadapi darah, berbagai macam bentuk penyakit, dan segala hal yang membuatnya tak nyaman. Nyatanya, tidak semuanya benar.

Kebanyakan dari dokter dapat menghadapi hal-hal yang biasanya akan membuat seseorang tak nyaman dan ingin muntah karena sudah terlatih dan terbiasa. Pada film ini, Ifa berhasil menunjukkan itu pada tokoh Vena.

Meski menguasai teori kedokteran, Vena amat lemah terhadap darah. Bahkan, dia pernah dikeluarkan oleh dokter senior saat akan mengikuti operasi pertamanya. Hal itu menunjukkan, menjadi seorang dokter tidak mudah. Ada proses yang harus dilalui dan proses itu tak selamanya menyenangkan.

Proses penting lainnya yang harus dilalui seorang dokter muda ialah menghadapi atau melihat kematian pasiennya. Hal tersebut terlihat pada adegan Riva yang berusaha maksimal menghidupkan Airin yang sudah meninggal dunia.

Ifa memperlihatkan kebingungan dan depresinya dokter muda ketika mendapati pasiennya meninggal di depan matanya. Adi, sapaan karib Adipati Dolken, cukup berhasil menunjukkan tekanan dan rasa trauma tersebut.

Aktor berusia 25 tahun itu juga berhasil menampilkan proses perubahan Revi, dari seorang dokter muda tanpa tujuan, menjadi pribadi lebih tangguh dan mengerti tujuannya menjadi seorang dokter. Kemampuannya menampilkan proses itu terdapat pada adegan datangnya Revi ke klenteng, tempat abu Airin disemayamkan.

Singgungan soal kehidupan nyata juga dimunculkan pada tokoh Kresno yang diperankan Rizky Mocil. Di balik kesan intelek dan saintifik, namun ada kalanya seorang dokter masih mempercayai hal-hal supernatural.

Tokoh Kresno berhasil memunculkan anomali tersebut. Sebab, dalam film tersebut, Kresno digambarkan sebagai dokter muda yang percaya akan hal-hal klenik atau mistis.

Segala tampilan dan kelakuakan dokter muda di film ini cukup mengubah persepsi awam mengenai dunia kedokteran. Bahwa segala sesuatunya itu tak ujung-ujung sudah dari sananya. Ada proses panjang yang sangat berat dan tentunya kadang sulit dilalui para dokter muda.

Selain itu, film ini menyampaikan pesan moril yang cukup baik, pada orang awam dan mereka yang ingin kuliah di kedokteran. Untuk menjadi seorang dokter harus didasari panggilan jiwa, bukan soal gengsi semata. Dengan rasa panggilan jiwa tersebut, maka seorang dokter bisa bertindak dengan menggunakan sisi kemanusiaannya.

Jadi, tindakannya akan berlandaskan hati nurani. Dengan begitu, segala proses yang dilakukannya pada pasien-pasiennya dilakukan sepenuh hati.

Sebagai adaptasi dari novel komedi, film Cado-Cado, tidak begitu kuat unsur komedinya. Justru, unsur dramanya cukup dominan. Meski ada satu atau dua tampilan komedinya, namun kekuatan dramanya lebih menonjol. Hal itu membuat film ini seolah-olah menjadi sebuah film drama dengan sesekali sisipan komedi.

Ifa, yang pernah menyutradarai film Sang Penari (2011) memberikan bentuk baru pada film Cado-Cado sedikit berbeda dengan novelnya. Sisi komedinya hanya menjadi salah satu bumbu agar penonton tidak bosan kala menonton film tersebut.

Sisi drama yang diangkat sutradara berusia 36 tahun itu cukup bisa menunjukkan persoalan utama menjadi seorang calon dokter. Segala intrik dan konfliknya pun halus. Alur dari film tersebut juga memiliki tempo sedang, sehingga penonton tidak dibuat terburu-buru untuk mengejar tempo ceritanya.

Untuk hasil adaptasi novel, film ini cukup rapi namun memiliki karakteristik sehingga sedikit berbeda dengan novelnya. Dengan kata lain, Cado-Cado versi film dan novel memiliki dimensi ruang imajinya tersendiri sehingga tidak begitu saja dapat langsung dibandingkan baik atau buruknya.

Hal paling unik dalam film ini ialah hubungan Riva dan Evi. Hubungan keduanya tidak begitu gamblang terbilang sebagai sepasang kekasih atau hanya sahabat. Hingga di akhir film, hubungan keduanya pun tidak begitu jelas, meski rada terkesan seperti pasangan kekasih.

Mungkin akan menarik bila film ini dapat memunculkan sekuelnya. Sebab, bagian itu cukup membuat penonton penasaran akan nasib Riva dan Evi.

Secara keseluruhan, film Cado-Cado ini layak ditonton. Sebab, menunjukkan sisi hiburan dari perspektif baru. Film ini memberikan gambaran tentang lingkup kehidupan dokter, mulai dari sisi kelucuan hingga hal terberat yang dialami. Dokter juga manusia yang kadang merasakan sakit dan traumatik kala menjalani misi menyelamatkan nyawa pasiennya. | Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia
 
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 523
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1615
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1395
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 240
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 464
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 456
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 427
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya