Kuku Macan Betawi untuk Bang Anung

| dilihat 837

Berpalka alif, kapal ba beriring perahu ta dan tsa

Elan hidup berkail jim, ha, dan kha mencecah gelombang

Tegak palka dihidupkan tauhid, ilmu pengetahuan dan ad dien

Arah tujuan hidup jelas makna: bahagia, sejahtera, bebas petaka

Waran kaum jelma kecerdasan budaya modal insan utama

Integritas pemimpin terpancar pada adab dan keadaban

 

Pondok pesantren Al Hamid Putra di Munjul - Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (1/2/25) semarak. Para khasshas, petinggi, dan berbagai kalangan kaum Betawi beragam profesi dan latar belakang hadir di situ. KH Lukman Hakim Hamid, pemimpin pesantren tersebut, menyambut khalayak dengan sukacita.

Semua kalangan yang hadir, memenuhi undangan Majelis Kaum Betawi yang dipimpin KH Marulah Matali ( yang juga Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta) dan Ketua Dewan Adat Betawi, H. Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta  2007-2012) alias Bang Foke.

Majelis Kaum Betawi, pada kesempatan itu, menghelat acara penabalan dalam bentuk Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Betawi untuk H. Pramono Anung, Gubernur Daerah Khusus Jakarta (2025-2029) terpilih.

'Kuku Macan' dikenakan Ketua Dewan Adat ke dada Pramono Anung, sekaligus menyatakan 'Bang Anung' atau 'Bang Nung' sebagain panggilan resmi sepenuh makna kepada Pramono Anung Wibowo sebagaimana panggilan Bang Doel bagi Rano Karno.

Pemajuan Kebudayaan Betawi

Ketua panitia, KH Lutfi Hakim -- yang juga imam organisasi kaum Betawi paling inklusif : Forum Betawi Rembug (FBR) -- mengungkap, perhelatan itu digelar sebagai manifestasi dari Undang Undang (UU) No.2/2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta.

UU itu, antara lain memberikan kewenangan khusu kepada Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Jakarta, sekaligus amanah kepada Kepala Daerah (Gubernur dan Wakil Gubernur) perihal kebudayaan.

Secara tersurat dan tersirat, UU tersebut mengamanatkan : (a) prioritas pemajuan kebudayaan Betawi dan kebudayaan lain yang berkembang di Jakarta; dan, (b) pelibatan badan usaha, lembaga pendidikan, lembaga adat dan kebudayaan Betawi, serta masyarakat dalam pemajuan kebudayaan. Tanpa kecuali amanat ihwal Dana Abadi Kebudayaan yang besumber dari APBD (Pasal 31 ayat 1 dan ayat 2).

UU ini, sebagaimana tersirat dalam sambutan KH Marulah Matali, menegaskan hakikat pemajuan kebudayaan Betawi dalam keseluruhan konteks kebudayaan nasional dan global.

Maknanya adalah pemajuan kebudayaan Betawi (dan lainnya) mesti diletakkan dalam keseluruhan konteks arus utama pembangunan Jakarta ke depan.

Dalam konteks ini, pemerintah provinsi DK Jakarta (eksekutif, legislatif dan Kaum Betawi - melalui Dewan Adat dan Majelis) mesti segera merumuskan aturan pelaksanaannya, antara lain dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Keputusan Gubernur).

Sebagai Imam

Sambutan Marulah Matali sebagai Ketua Majelis Kaum Betawi menjadi penting sebagai rujukan, karena menegaskan konstelasi dan fungsi Dewan Adat Betawi sebagai satu-satunya pintu bagi Pemprov (khasnya Gubernur dan Wakil Gubernur) dalam melakukan eksekusi amanah UU DK Jakarta.

Apalagi, Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan lebih 400 organisasi kemasyarakatan Betawi, melalui Kongres Kaum Betawi (9/6/23) bersepakat untuk menempatkan Majelis Kaum Betawi sebagai representasi kaum.

Dewan Adat Kaum Betawi yang dipimpin H. Fauzi Bowo, merupakan satu-satunya Dewan Adat Kaum Betawi, institusi sosiobudaya yang menjadi mata air kecerdasan dan kearifan budaya.

Sambutan Ketua Dewan Adat, H. Fauzi Bowo yang merujuk kepada beberapa ayat suci Al Qur'an, membuka mata budaya untuk melihat keseluruhan konteks pemajuan kebudayaan Betawi (nilai, norma, istiadat, resam, seni, sains, dan bahasa) dalam penyelenggaraan fungsi utama pemerintah (mengelola pemerintahan, pembangunan, dan pemajuan masyarakat) sebagai gerakan kebudayaan. Termasuk dalam konteks komitmen loyalitas kaum Betawi yang menempatkan Pramono Anung dan Rano Karno, sebagai imam - nahkoda dan mualim.

Pemberian gelar kehormatan dalam sebutan 'Bang Anung' bagi Pramono Anung Wibowo disertai dengan Piagam yang ditulis dengan pegon jawi (huruf arab gundul atau arab melayu) yang dibacakan KH Marullah Matali, adalah isyarat penting pengakuan dan penerimaan budaya kaum Betawi secara luas.

Modal Sosiobudaya

Hal tersebut mesti dipandang sebagai modal sosiobudaya yang penting bagi Pramono Anung dan Rano Karno dalam membawa Jakarta melayari jagad baru Jakarta sebagai Kota Global. Tanpa kecuali dalam mengulik, kelak, potensi ekonomi budaya sebagai tonggak penting pembangunan ekonomi di masa depan.

Respon Pramono Anung sebagai Bang Anung, dalam sambutannya, juga penting diberikan bold. Tak hanya karena sebutan dan predikat Bang Anung mengingatkannya pada sebutan orang tuanya kepada dirinya, tetapi juga karena di balik sebutan itu mengalir nilai relasi orang tua dengan anak.

Karenanya, Bang Anung menegaskan, bahwa dirinya adalah anak bagi kaum Betawi (melalui Dewan Adat) adalah orang tuanya. Relasi anak - orang tua ini menjadi penting diberikan bold. Khasnya, karena lebih menghidupkan relasi budaya berpangkal adab, dan bukan patronase clientelistic (baik patron client relationship ataupun traditional authority relationship).

Dalam prosesi penabalan atas Bang Anung, pemasangan kuku macan di dada kiri baju adat - ujung serong (jas tutup bersamping batik Betawi), juga merupakan simbol amanah kepada Bang Anung dan Bang Doel untuk 'menaklukan' berbagai persoalan yang sedang dan akan dihadapi Daerah Khusus Jakarta ke depan.

Proses Bang Anung dan Bang Doel melakukan kontestasi dalam Pilkada Jakarta 2024 memang khas, berliku, dan dikepung banyak rintangan. Akhirnya, Allah menentukan mereka sebagai takdir terbaik bagi Jakarta dan kaum Betawi. | jm fadhillah

Editor : delanova
 
Lingkungan
09 Jan 25, 20:57 WIB | Dilihat : 1228
Petaka Kebakaran Terburuk Landa Los Angeles
22 Des 24, 16:25 WIB | Dilihat : 812
Awan dan Fenomena Alam
29 Nov 24, 04:10 WIB | Dilihat : 918
Banjir Terparah Menerjang Malaysia
19 Sep 24, 12:52 WIB | Dilihat : 1700
Antara Lumbung Pangan dan Kai Wait
Selanjutnya
Humaniora
06 Mar 25, 02:43 WIB | Dilihat : 581
Buka Puasa Bersejarah di Istana Windsor Inggris
04 Mar 25, 03:55 WIB | Dilihat : 414
Shaum di Zaman Sungsang
31 Jan 25, 05:17 WIB | Dilihat : 846
Keserakahan
Selanjutnya