Phobia Bayangi Pembangunan Nuklir Jepang

| dilihat 1931

AKARPADINEWS.COM| MESKI menuai penolakan lantaran kekhawatiran yang diekspresikan sebagian warganya, Pemerintah Jepang tetap melanjutkan upayanya membangun kembali pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Pemerintah berdalih, program nuklir harus dilanjutkan karena anggaran negara tak kuasa menanggung beban impor energi fosil untuk memenuhi kebutuhan energi listrik domestik.

Jepang, dihadapi persoalan krisis energi setelah tsunami tahun 2011 lalu menghantam reaktor nuklir di Fukushima. Terjangan tsunami mengakibatkan keretakan pada reaktor nuklir tersebut sehingga memunculkan khawatiran akan dampak radiasi yang ditimbulkan. Atas kejadian tersebut, Pemerintah Jepang menutup semua reaktor nuklirnya karena kekhawatiran terjadinya kebocoran reaktor nuklir di daerah lainnya.

Setelah melakukan serrangkai tes keselamatan, Jepang menghidupkan kembali reaktor nuklir Sendai yang berada di Satsumasendai, Perfektur Kagoshima. Pengaktifan reaktor itu diinisiasi oleh perusahaan Kyushu Electric Power. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, pengaktifan kembali pembangkitan kembali reaktor nuklir untuk memotong ketergantungan negara kepada sumber daya energi impor.

Namun, penghidupan kembali reaktor nuklir mendapat tentangan dari sebagian warga Jepang. Mereka berunjuk rasa di depan PLTN yang sudah berdiri sejak 4 Juli 1984 dan di rumah dinas Perdana Menteri di Tokyo. Aksi protes yang dipimpin mantan Perdana Menteri Jepang Naoto Kan tersebut dilakukan lantaran kekhawatiran jika peristiwa tsunami tahun 2011 terulang. Apalagi, Jepang juga sering diguncang gempa yang dapat merusak tabung reaktor nuklir.

Naoto Kan tak sejalan dengan klaim pemerintah yang menyatakan PLTN merupakan yang murah dan aman, dengan memaparkan dampak yang terjadi di Fukushima pada saat bencana alam tahun 2011.”Dari tragedi Fukushima, kita bisa melihat bahwa pembangkit energi nuklir bukanlah pembangkit energi yang murah dan aman, melainkan pembangkit yang mahal dan berbahaya bagi masyarakat,” ujarnya.

Tetsuo Sawada, akademisi dan asisten professor teknik reaktor Institut Teknologi Tokyo, juga mengingatkan, penghidupan kembali reaktor memiliki kemungkinan-kemungkinan reaktor gagal bekerja dengan baik, terutama bila reaktor itu sudah cukup lama tidak difungsikan.

Karenanya, Sawada menambahkan, Pemerintah Jepang harus mempertimbangkan segala hal sebelum mengeksekusikan rencananya. “Saya yakin pemerintah sudah mempertimbangkan variasi skenario (dalam hal mengaktifkan lagi reaktor nuklir), tapi kita tidak akan pernah tahu sebelum kita mengalaminya,” ujarnya.

Senada dengan Sawada, Ai Kashiwagi, aktivis Greenpeace Jepang, menilai Otoritas Regulasi Nuklir Jepang (NRA) dan Kyushu belum menerapkan penilaian resiko yang cukup kuat. “Keduanya mengabaikan resiko seismik dan vulkanik dari kepulauan Jepang serta juga umur dari reaktor Sendai yang sudah menua,” ujar Kashiwagi, Selasa (11/8).

Kashigawa justru mendesak Pemerintah Jepang meninggalkan nuklir dan bahan bakar berpolusi lainnya. “Sumber energi yang dapat diperbarui lainnya, seperti matahari, angin, dan panas bumi lebih berpotensi dimanfaatkan oleh Jepang,” ujarnya.

Pembangkit energi alternatif seperti yang dikatakan Kashigawa itu memang menjadi pilihan lain. Misalnya, pembangkit energi tenaga angin, yang tidak menyebabkan polusi karena turbin penghasil energi digerakan angin yang menerpa kipas sehingga tidak ada proses pembakaran bahan bakar seperti pada pembangkit energi berbasis fosil.

Selain itu, bila dibandingkan dengan sumber energi fosil, angin merupakan sumber daya alam yang terbarui. Karena, angin merupakan bagian dari atmosfir di bumi. Meskipun demikian, pembangkit energi tenaga angin juga memiliki kekurangan. Salah satunya, kipas yang menggerakkan turbin penghasil energi dapat menyebabkan polusi suara. Ketika kipas diterpa angin yang kencang, maka kipas akan mengeluarkan suara yang dapat mengganggu.

Penempatan pembangkit energi angin juga tidak bisa dekat dengan kota besar yang tingkat konsumsi energinya sangat besar. Penempatan kipas harus di daerah yang memiliki potensi angin yang sangat besar. Jika tidak, maka pembangkit energi angin tidak akan berfungsi maksimal.

Menanggapi kekhawatiran warga atas pengaktifan kembali reaktor nuklir Sendai, Abe mengatakan, Pemerintah Jepang akan menerapkan standar keamanan yang tinggi ketika membangkitkan lagi reaktor nuklir. Sekertaris Kabinet Pemerintah Jepang, Yoshihide Suga juga menyakinkan Pemerintah Jepang mengedepankan keselamatan sebagai prioritas utama.

Suga juga menyatakan, pembangkitan reaktor nuklir merupakan langkah mengamankan energi, ekonomi, dan mengatasi pemanasan global. Untuk membuat sistem pengamanan nuklir teraman, Jepang sudah menghabiskan lebih dari US$100 miliar.

Perihal keamanan pengoperasian PLTN Sendai, Tomomitsu Sakata, juru bicara perusahaan Kyushu Electric Power mengatakan, Reaktor Sendai sudah berjalan dengan baik semenjak beroperasi belum lama ini. Dengan kondisi seperti ini, Sakata mengatakan, reaktor tersebut akan menghasilkan energi listrik dan mulai beroperasi penuh pada bulan depan.

Penghidupan kembali PLTN di Jepang menjadi dilema bagi Pemerintah Jepang. Pasalnya, semenjak dihentikan pada 2011, Jepang menjadi bergantung dengan energi fosil. Padahal sebelumnya, PLTN di Jepang memasok 30 persen energi ke seluruh negeri. Dampak lain yang dihasilkan dari penggunaan energi fosil ialah naiknya biaya impor yang dikeluarkan negara untuk mengimpor bahan baku energi fosil tersebut.

Dari sisi lain, dengan dihidupkan kembali reaktor nuklir, maka ada beberapa benefit yang dirasakan Jepang, di antaranya penghematan anggaran negara karena memangkas biaya impor bahan baku energi fosil dan dapat mengurangi polusi CO2 yang disebabkan dari penggunaan energi fosil. 

Negara sekelas Jepang harus mempertimbangkan masak-masak perihal sumber pembangkit energinya. Dengan industri yang terus bergerak dan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan energi, maka cukup beralasan bagi pemerintah untuk menghidupkan kembali PLTN. Namun, realisasi program itu terhambat lantaran resistensi sebagian masyarakatnya.

Muhammad Khairil

Editor : M. Yamin Panca Setia | Sumber : The Wallstreet Journal, CNN
 
Sainstek
01 Nov 23, 11:46 WIB | Dilihat : 918
Pemanfaatan Teknologi Blockchain
30 Jun 23, 09:40 WIB | Dilihat : 1153
Menyemai Cerdas Digital di Tengah Tsunami Informasi
17 Apr 23, 18:24 WIB | Dilihat : 1411
Tokyo Tantang Beijing sebagai Pusat Data Asia
12 Jan 23, 10:02 WIB | Dilihat : 1556
Komet Baru Muncul Pertama Kali 12 Januari 2023
Selanjutnya
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 24
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 228
Cara Iran Menempeleng Israel
14 Apr 24, 21:23 WIB | Dilihat : 230
Serangan Balasan Iran Cemaskan Warga Israel
Selanjutnya