Ekspektasi Berbeda dengan Realitas

Hasil Pileg 2014 Bermandi Curiga

| dilihat 2898

INI ramalan tentang hasil Pemilihan Umum anggota legislatif (PILEG) 2014. Ramalan ini tak hanya bertolak pada realitas pertarungan antar partai dan moda kampanye, juga mempertimbangkan perhitungan perubahan iklim dan numerologi. Termasuk perhitungan pola memilih konstituen di lingkungan masyarakat sub urban dan perdesaan. Tak terkecuali, ketidak-berhasilan partai politik peserta Pemilu 2014 yang tak berhasil merebut swing voters sebagaimana mereka bayangkan. Terutama, karena para calon anggota legislatif (caleg) asyik berburu di daerah pemilihan yang sama.

Pertimbangan lain dari ramalan ini adalah berlangsungnya cyber war, black campaign, dan aksi kurcaci maya (cyber troopers) yang tidak maksimal. Termasuk kesalahan strategi beberapa partai populer dalam menebar isu-isu simbolis yang tak menyentuh realitas kehidupan rakyat yang sesungguhnya. Pertimbangan lain adalah kuatnya sejumlah media mainstream meninggalkan independensi mereka dan cenderung hanya menjagokan figur serta partai idolanya masing-masing.

Ekspektasi rakyat terhadap hasil Pemilihan Umum 2014 yang dipicu oleh berbagai hasil survey membuat pengumuman hasil penghitungan suara memicu ricuh di berbagai tempat dan daerah. Curiga mencurigai berkembang. Terutama karena rakyat kadung berfikir secara presumtif dan meyakini presumsi mereka sebagai kebenaran faktual. Padahal, realitasnya berbeda. Dalam banyak hal, konstituen tidak begitu terpengaruh terhadap berbagai arus opini yang berkembang selama ini, termasuk fatwa haram Majelis Ulama Indonesia (MUI) atas sejumlah caleg yang selama ini malas dan tidak menunjukkan kualitasnya sebagai representasi rakyat di lembaga-lembaga kegislatif.

Media menggelontorkan saja saling silang komentar dan pendapat, bahkan dari kalangan yang tak cukup layak sebagai nara sumber. Sejumlah partai yang merasa di atas angin karena hasil survey selama ini melakukan protes keras terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Begitulah gambaran keadaan yang bakal terjadi April 2014 mendatang. Apalagi ketika ternyata, partai-partai yang selama ini menjadi bulan-bulanan media, termasuk media sosial, ternyata masih memperoleh suara signifikan. Tidak separah prediksi hasil survey selama ini. Celakanya, para pemimpin dan petinggi partai belum legawa untuk menerima hasil penghitungan suara yang dilakukan KPU. Jagad politik nasional pun gaduh. Rakyat kebanyakan diambur noise information yang menciptakan situasi terjadinya friksi sosial.

Mahkamah Konstitusi tak begitu kebanjiran berbagai permintaan para petinggi politik yang tidak puas dengan hasil akhir penghitungan suara. Situasi demikian kian diperpanas dengan komentar berbagai pemerhati dan media asing, yang kadung menganalisis perubahan formasi dan komposisi kekuataan di Indonesia. Partai Golkar dan Partai Demokrat tidak sebagaimana yang dibayangkan orang berdasarkan hasil survey, walaupun mengalami penurunan perolehan suara. Akan halnya PDI Perjuangan mengalami kenaikan perolehan suara, namun tak dapat mendominasi perolehan kursi. Baik karena Jokowi Impact tidak berkontrbusi besar terhadap perolehan suara yang secara head to head berkorelasi dengan perolehan kursi. Juga, karena perolehan suara di kantung-kantung suara PDIP tidak begitu menggembirakan akibat strategi kampanye yang kurang tepat.

Partai Gerinda kian jauh melesat, juga karena perolehan suara terdistribusi dari konstituen yang kecewa dengan Partai Demokrat. Partai Keadilan Sejahtera yang kali ini mengalami penurunan. Baik karena sejumlah pendiri partai ini (Partai Keadilan) menggembosinya, juga karena persoalan “Luthfi Ishaq Impact.” Meskipun demikian, perolehan suara PKS di Jawa Barat Sumatera Barat, dan Sumatera Utara masih lumayan kokoh untuk menghantarkan sejumlah kadernya ke Senayan. Faktor pendongkraknya adalah Ahmad Heryawan, Irwan Prayitno, dan Gatot. Di Jakarta, PKS dan tak lagi mendominasi, karena arus balik perolehan suara PDI P lumayan bagus. Begitu juga dengan PPP, yang mengalami peningkatan jumlah suara, paling tidak untuk menambah kursi di DPRD.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menghantarkan sejumlah kader muda mereka ke Senayan akibat peningkatan perolehan suara di Jawa Timur, Jawa Tengah (bagian Selatan), Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Mereka tak bisa memengaruhi perolehan suara di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang dikuasai PDIP, atau Kalimantan Timur yang dikuasai Partai Golkar, PD, dan Partai Gerindra. Partai Nasdem yang mengusung isu partai baru dan gerakan perubahan, tak banyak mengantarkan kadernya ke Senayan, sama seperti PAN dan PPP. Partai Hanura dan Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) berbagi porsi perolehan suara, sehingga keduanya mengalami situasi kritis untuk mengirim kader mereka ke Senayan.

Di beberapa daerah, anomali cuaca amat fluktuatif, bergerak antara 150 C sampai mendekati 400 Celcius. Pada saat hari pemungutan suara, di beberapa daerah pemilihan bahkan turun hujan, sehingga partisipasi konstituen menurun. Seiring dengan situasi itu, jumlah konstituen yang tidak menggunakan haknya relatif sama dengan Pemilu 2009. Untuk itu, kita berharap KPU, pimpinan dan petinggi partai, serta caleg menggencarkan penggunaan hak pilih kepada konstituennya.. |

 

Editor : Web Administrator
 
Energi & Tambang
Polhukam
19 Apr 24, 19:54 WIB | Dilihat : 241
Iran Anggap Remeh Serangan Israel
16 Apr 24, 09:08 WIB | Dilihat : 340
Cara Iran Menempeleng Israel
Selanjutnya