Kendalikan Hawa Nafsu

| dilihat 2482

RAMADAN datang lagi. Istimewa kali ini. Terutama, karena di negeri ini sedang berembus musim pancaroba mengantarkan kaum pemakan mayat saudaranya sendiri, asyik menyantap sesama saudara dengan ghibah, buhtan, namimah, dan fitnah.

Allah memasukkan ghibah (gossip), buhtan (rumors), namimah (adu-domba), dan fitnah sebagai perbuatan yang hanya dilakukan oleh kaum pemakan mayat saudaranya sendiri.

Ikutilah media massa yang tak lagi mengenal integritas dan independensi, telusurilah seluruh laman sosial media, begitu banyak produk ghibah, buhtan, namimah, dan fitnah ditebarkan. Ironisnya, semua itu dilakukan tidak hanya oleh mereka yang pura-pura meyakini keberadaan Allah dengan segala argumentasi dan kefahamannya. Melainkan juga oleh mereka yang mengaku beriman kepada-Nya, dan kerap mengenakan simbol-simbol agama sebagai kemasan penampang dirinya.

Bagi insan yang beriman dan sungguh ingin menuju kepada kualitas taqwa, tibanya bulan Ramadan, pasti akan sangat menyenangkan. Seluruh sukma mereka yang terjaga oleh iman dan tauhid yang kokoh, akan menyambut dengan suka cita: Ahlan wa sahlan ya Ramadhan, Ahlan wa sahlan ya Syahrush Shiam. Selamat datang bulan Ramadan, selamat datang bulan untuk shiam (yang diterjemahkan luas sebagai puasa).

Esensinya adalah: bulan Ramadan merupakan momentum ‘pause’ bagi setiap mukmin (karena shiam hanya wajib bagi mereka yang beriman) dari segala urusan mementingkan diri, kelompok, dan golongan sendiri. Momentum jeda dari makan dan minum di siang hari, dan momentum manusia melakukan ‘religious treatment.’ Melatih diri untuk meningkatkan daya dan kualitas diri dari virus-virus nafsu (syahwat, amarah), termasuk syahwat politik, ekonomi, dan sosial. Kaenanya, Ramadan juga disebut sebagai momentum ‘clean up’ dan defragmentasi ruhani untuk kelak kembali insan fitri, manusia yang terlahir kembali dengan segala kebaikan dan kebajikan.

Bagi kaum mukminin dan mukminat, insan-insan yang beriman, Ramadan adalah bulan yang memberi peluang luas untuk menebar kebaikan dan kebajikan, bulan untuk meningkatkan kualitas imani dan produktivitas jasmani dalam mengembangkan potensi asasi yang diberikan Allah kepada manusia. Terutama keseimbangan pikir, naluri, rasa, dan indria dalam integritas dan integralitas diri sebagai insan mulia dan berkualitas (insan kamil dan ahsan at taqwiim).

Kita berharap, kampanye politik dan pemilihan Presiden & Wakil Presiden RI 2014, yang berlangsung di awal sampai pertengahan Ramadan, mampu menunjukkan akhlak dan fatsoen politik. Para Capres & Cawapres dengan tim sukses dan seluruh follower fanatis-nya, mampu mengendalikan diri. Dimulai dengan mengendalikan perangai, cakap dan gunem (perkataan).

Percayalah, siapa yang lebih mampu mengendalikan dirinya dan tidak mengotori akal pikiran, naluri, perasaan, dan mulut mereka dengan retorika sampah dan politicking rubbish,  akan lebih memperoleh berkah. Ingatlah, sehebat apapun daya insani, penentu utama realitas hidup adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Bukan manusia itu sendiri.

Insan yang beriman selalu meyakini, hanya Allah saja yang menaikkan dan menurunkan derajat setiap hamba-Nya dengan cara yang berada di luar empirisma insani. Hanya Allah saja yang berwenang memastikan siapa bajingan dan siapa insan mulia. Karena seringkali, mereka yang dituding bajingan dan penjahat lebih mulia dari penudingnya.

Mari jalani ibadah shaum di bulan Ramadan dengan cara yang dipandu Rasulullah Muhammad SAW, figur utama, teladan kebaikan, kebajikan, kebenaran, dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Selamat menunaikan ibadah shaum.. |

Editor : Web Administrator
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1193
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 246
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 469
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 463
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 434
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya