Sela Peringatan KAA ke 60

Jokowi Lepasliarkan Robin - Moni dan Moli - Nancy

| dilihat 2221

AKARPADINEWS.COM | Indonesia dengan melimpahnya hutan tropis dan pegunungan adalah surga bagi satwa langka, sayangnya itu hanya sejarah dahulu kala. Saat ini banyak hewan-hewan langka yang terancam punah. Salah satunya Owa Jawa (Hylobates moloch) sebagai satwa primata endemik pulau Jawa yang semakin terancam karena berkurangnya hutan tropis di Jawa, target perburuan dan dijadikan satwa peliharaan. Mengembalikan owa Jawa ke hutan dalam keadaan sehat dan bebas penyakit menjadi salah satu upaya untuk memastikan keberlanjutan spesies ini.

Owa Jawa memiliki ciri khas kera dengan warna tubuh keabu-abuan, sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman. Owa Jawa bahkan disebut sebagai spesies owa paling langka di dunia. Sebagian besar populasi Owa Jawa saat ini mendiami hutan-hutan dataran rendah dan tinggi di Jawa bagian barat, dan hanya sebagian kecil ditemukan di Jawa bagian tengah. Survei terakhir menurut para ahli dan peneliti, pada tahun 2010 mencatat 2.140-5.310 Owa jawa hidup terisolasi di hutan konservasi dan hutan lindung, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Gunung Halimun Salak, Ujung Kulon, serta Cagar Alam Gunung Simpang dan Gunung Tilu. Dengan populasi yang kecil, kelangsungan hidup Owa Jawa dalam status Terancam Punah.

Pemerintah dan berbagai organisasi pelindung hewan langka tentu mempunyai tugas untuk melindungi Owa Jawa dari kepunahan. Bertepatan dengan Peringatan Ke-60 KTT-Asia Afrika di Bandung. Jumat, 24 April 2015. Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya berkesempatan melakukan pelepasliaran owa jawa disaksikan beberapa delegasi peserta KTT di Bandung Jawa Barat.

Selain menjadi simbol kelestarian hutan, owa Jawa juga menjadi model sistem sosial yang menjunjung tinggi nilai kesetiaan dan gotong-royong. Berbeda dengan sebagian besar primata, owa jawa menganut sistem perkawinan monogami dan hidup dalam unit keluarga yang erat. Momen pelepasliaran owa jawa menggambarkan semangat gotong royong negara-negara Asia Afrika untuk menjalankan pembangunan berkelanjutan, peningkatan kualitas hidup masyarakat, dan penghargaan terhadap keanekaragaman hayati sebagai penyokong kehidupan. Keberhasilan Indonesia melakukan konservasi owa Jawa di pulau yang terpadat penduduknya di negeri ini, merupakan komitmen kuat Indonesia dalam menjalankan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pelepasliaran owa jawa kali ini dilakukan untuk dua pasang (empat individu) Owa Jawa yaitu pasangan Robin-Moni dan pasangan Moli-Nancy. Kedua pasang owa Jawa tersebut telah menjalani proses rehabilitasi selama 7-11 tahun di Javan Gibbon Center (JGC), Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sebelum dilepasliarkan, owa jawa telah menjalani proses habituasi lebih kurang 2,5 bulan di lokasi pelepasliaran Gunung Puntang. Lebih kurang satu tahun yang lalu, satu keluarga owa jawa yang berjumlah empat individu juga telah dilepasliarkan di lokasi hutan yang sama. Kondisi mereka hingga saat ini menunjukkan kemampuan beradaptasinya semakin baik. Hasil positif tersebut mencerminkan keberhasilan proses panjang program rehabilitasi di Javan Gibbon Center

Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar mengatakan bahwa konservasi Owa Jawa ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas kawasan hutan lindung Perum Perhutani karena owa Jawa dapat dijadikan indikator kondisi hutan yang sehat dan terjaga baik.

”Sebelumnya, 15 Juni 2013 telah dilepasliarkan sepasang Owa Jawa bernama Kiki dan Sadewa, pada 27 Maret 2014 dilepasliarkan satu keluarga Owa jawa, Bombom (betina), Jowo (jantan) dan anak mereka Yani (betina) dan Yudi (jantan) dan ketiga kalinya hari ini 24 April 2015 ini dilepasliarkan lagi pasangan Robin-Moni dan Moli-Nancy di tempat yang sama” tutur Mustoha dilansir dari pers release. Lebih lanjut Mustoha menjelaskan, “Beberapa kawasan hutan lindung Perum Perhutani juga merupakan habitat owa jawa, oleh karenanya Perhutani berkomitmen untuk melestarikan owa jawa sekaligus mempertahankan habitatnya”

Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Noviar Andayani menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk program penyelamatan dan rehabilitasi owa jawa. JGC juga baru saja menyambut kelahiran bayi owa jawa betina pada tanggal 9 Februari 2015 dari pasang Mel (jantan) dan Pooh (betina) yang akan diberi nama oleh Presiden Jokowi. Hingga saat ini JGC telah melepasliarkan 10 individu owa Jawa ke habitat alaminya. Upaya mengembalikan owa jawa ke habitatnya bukanlah perkara mudah, oleh sebab itu kemitraan dan dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan dukungan para pihak terus melakukan berbagai upaya demi suksesnya upaya pelestarian owa jawa ke depan. Berbagai kegiatan ilegal seperti perburuan harus segera dihentikan dan satwa-satwa yang telanjur dipelihara oleh masyarakat harus dapat dilepasliarkan kembali melalui proses rehabilitasi. Kepada masyarakat yang memiliki, memelihara atau memperdagangkan satwa primate tersebut dapat menyerahkan secara sukarela kepada pemerintah melalui Balai KSDA setempat atau langsung kepada pusat rehabilitasi. | Ratu Selvi Agnesia

Editor : Web Administrator
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1185
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 737
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 895
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 846
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya