Takziah

Haji Basir Bustomi Jawara Sesungguh Jawara

| dilihat 670

Nota Bang Sém

 

mentari pagi

kabar duka menghampir

basir tlah pergi

 

Pagi (Kamis, 13 Juli 2023). Tirai jendela baru saja terkuak, 'Bandung heurin kutangtung' sangat terasa. Nampak dari jendela.

Baru saja membaca bagian kedua buku "Seni dan Ketahanan Budaya" karya Prof. Dr. Endang Caturwati, bimbit (handphone) berulangkali berbunyi.

Karena telah lama 'berjarak' dengan bimbit, saya biarkan saja. Tapi, berulang kali deringnya berbunyi. Saya mengambilnya, banyak sekali pesan whatsapp masuk. Saya baca pesan WA dari Prof. Dr. Dailamy Firdaus, pimpinan As Syafi'iyah.

Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji'un. Kabar duka. Seorang sahabat yang sangat baik, H. Basir Bustomi - guru besar perguruan silat Red Beksi, wafat.

Bimbit terus berdering. Kali ini dari KH Jaelani, Ketua Umum Yayasan Warga Kaoem Betawi (Warkabi) yang juga pimpinan As Sa'adah Community Centre - Simprug. Mengabarkan hal yang sama, sambil sama menyesali tak bisa takziah dan mengantyarkan allahyarham ke pemakaman.

Ketika menelepon, KH Jaelani membagi tahu, dia dan beberapa teman baru saja tiba di Cikajang, Garut.

Bimbit berbunyi lagi. Kali ini panggilan telepon dari H. Chevy Rashid, tetangga saya, pengacara yang juga pimpinan, mengabarkan hal yang sama.  

Allahyarham Haji Basir Bustomi, Panglima BJB 411, salah seorang jawara Betawi sejati. Keseimbangan nalar, naluri, nurani, rasa, dan dria-nya kuat. Ia tak hanya tangkas dalam 'main pukulan,' juga bernas dalam 'main pikiran.'

Kami bersahabat sangat dekat. Allahyarham panggil saya Dato' dan memberikan julukan itu dengan sangat serius, setelah bertemu pertama kali di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, beberapa tahun lalu.

"Sesama anak Bayuran, kita kudu saling menguatkan. Jangan ada yang berani nyolek Dato' ame keluarga," katanya suatu kali di hadapan Kyai Jaelani, H. Rozali, H. Sarnadi Adam (maestro pelukis Betawi), saat berkumpul di Masjid As Sa'adah.

Seringkali kami berbincang dalam diskusi yang amat serius tentang banyak hal, mulai dari hal ihwal silat aneka aliran: beksi, cingkrik, tarikolot kebon jeruk, cimande, kumango, dan banyak hal.

Kami bertukar pikiran tentang filosofi dan hakekat nilai dari setiap jurus silat beksi dan bagaimana manifestasi hakikat dan filosofinya dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Tanpa kecuali dalam konteksnya terkait ajaran Islam: aqidah, syari'ah, muamalah, dan akhlaq.

Allahyarham punya keseimbangan daya nalar dan akhlaq yang sangat kuat. Darinya saya menemukan esensi nilai Jawara sebagai satria 'pilih tanding' - selalu siap bertanding dan bersanding di atas landasan akhlaq kariimah. Diikuti oleh perangai rendah hati, menjauhi sikap ujub, riya', dan takabbur. Jujur kepada diri sendiri, dan tak henti mempelajari ilmu 'tahu diri.'

Terakhir kali berjumpa dan berdiskusi lama, beberapa bulan lalu, ketika allahyarham mengabarkan, akan mengikuti proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sebagai calon anggota legislatif untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta Raya.

Kami merumuskan makna filosofis di balik setiap jurus silat Beksi dalam strategi kontestasi Pemilu.

Mulai dari penguatan 'kuda-kuda' yang bermakna penguatan daya dukung dan daya tarik konstituen. Bertopang pada sifat dan sikap amanah, shiddiq, fahtanah, dan tabligh.

Ketangguhan positioning diri yang dimaknai sebagai pemeliharan eksistensial berbasis simpati, empati, apresiasi, respek, dan cinta ulama dan umat.

Ketangkasan tangan yang bermakna keterampilan 'menangkis' dan kecerdasan membaca situasi, termasuk menghalau beragam isu 'lawan'  yang kerap dilontarkan melalui rumors (ghibah), hoax (buhtan), dan fitnah (fithan).

Dalam konteks ini, aqidah dengan landasan tauhid, wawasan ilmu pengetahuan, dan formula (siyasah) dalam mewujudkan niat mengabdi dan membela umat (rakyat) dalam seluruh proses perjuangan mewujudkan keadilan berkemakmuran dan kemakmuran berkeadilan.

Bagi saya, Allahyarham Basir tak hanya sahabat, saudara, dan adik yang getun dan dokoh terhadap ilmu pengetahuan. Ia juga sosok jawara yang paham hakikat waktu.

Energi kebaikan dan kebajikannya sangat besar dan kuat. Kejeliannya memandang sesuatu, termasuk memaknai waktu, momentum, tantangan dan peluang dengan merumuskan agenda yang tepat berdasarkan hasrat diri yang mesti seimbang dengan keinginan dan kehendak umat.

Silaturahminya sangat baik dan bagus. Pula kepedulian dan kesadarannya untuk mengembangkan silaturahmi menjadi kolaborasi, sehingga menjadi jalan untuk mewujudkan solidaritas sebagai jalan mencapai soliditas umat.

Pada malam-malam menjelang pertemuan sejumlah tokoh Betawi di Masjid Assa'adah, allahyarham selalu mengingatkan penting dan utamanya persatuan - kesatuan, serta kemandirian kaum Betawi.

"Tugas kita menjaga kaum Betawi supaya jangan lagi mau jadi tunggangan kepentingan politik dan ekonomi. Wibawa kaum Betawi sebagai masyarakat inti Jakarta, kudu menonjol," ujarnya suatu malam.

Semangat itu juga yang dia kemukakan sekali lagi kepada saya, ketika menghadiri Pra Kongres Kaum Betawi di Ancol, beberapa bulan lalu. "Dato jangan ngelanglang melulu.. kapan mao ajeg, diem di kampung kendiri," serunya.

Suatu siang, usai kongko-kongko dan makan nasi ulam di kantor Prof. Dailamy, bersama KH Jaelani, H. Zamakhsari, H. Chevy Rasyid, H. Sarnadi Adam, dan beberapa teman lain, dia colek saya. Lalu menunjuk lukisan Sarnadi Adam di dinding ruang tamu yang besar.

Pecinta pembela ulama dan umat ini, menyimak, ketika saya bisikkan, "innamal mu'minuuna ihwah." Ayat yang mengingatkan dan memantik kesadaran, bahwa sesama mukmin adalah bersaudara. Esensinya adalah persatuan umat.

"Tuh.. kan.. itu yang kudu kita hidupkan. Kita kudu mulain dari kaum Betawi," ujarnya.

Allahyarham senang dan gembira hati, ketika usai acara Hajatan Betawi di kampus Universitas As Syafi'iyah. Allahyarham senang dengan berbagai inisiatif Prof. Dr. Dailamy Firdaus mengambil inisiatif menjadi telangkai bagi kaum Betawi.

Hal lain yang mengesankan bagi saya, allahyarham H. Basir Bustomi adalah sikap qana'ah yang dilandasi oleh sikap istiqamah dan konsekuen dalam bersikap. Saya belajar banyak dari allahyarham soal ini dan merasakan kenikmatan dan keindahannya ketika mempraktikan.

Dengan sikap ini juga membuat pergaulannya dalam banyak hal nampak tulus. Termasuk persahabatannya dengan Anies Rasyid Baswedan - Gubernur DKI Jakarta (2017-2022), H. Hidayat Nur Wahid - Wakil Ketua MPR RI dan berbagai tokoh negeri ini.

Saya berkesaksikan allahyarham H. Basir Bustomi orang baik dan senantiasa menebar kebaikan dan kebajikan. Saya yakin, allahyarham pulang keharibaan Allah melalui gerbang husnul khatimah. Min ahlil haer ila ahlil jannah. InsyaAllah. Ia, jawara sesungguh jawara. | [Bandung, 13 Juli 2023]

 

Editor : delanova
 
Energi & Tambang
Seni & Hiburan
03 Des 23, 14:05 WIB | Dilihat : 531
Kolaborasi Pelukis Difabel dengan Mastro Lukis
29 Sep 23, 21:56 WIB | Dilihat : 1625
Iis Dahlia
09 Jun 23, 09:01 WIB | Dilihat : 1402
Karena Lawak Chia Sekejap, Goyang Hubungan Kejiranan
Selanjutnya