Dari Mimpi Kelam Hingga Pilpres 2024

Hilang Budi Bangsa Binasa

| dilihat 634

Catatan Ringan Bang Sèm

Dalam perjalanan Ipoh - Kuala Lumpur penghujung Mei 2023, saya terkantuk di dalam kendaraan, dan lelap. Baru terbangun ketika kendaraan sudah tiba di Kampong Bharu, Kuala Lumpur. Di kawasan 'ruh kota' Kuala Lumpur inilah saya 'duduk' (tinggal) sementara.

Panas menyengat, meski sudah lepas tengah hari. Saya bergegas masuk kamar untuk salat dan rehat melepas lelah, sambil menyiapkan diri, karena sebentar malam akan silaturrahmi dengan Dato Seri Ismail Sabri Yaakob, Perdana Menteri (PM) IX Malaysia. Sehari sebelumnya, di Ipoh, saya sempat berbincang dengan PM X Malaysia, Anwar Ibrahim yang sedang berkuasa.

Seorang sahabat menelepon dari Jakarta. Dia mengabarkan, Kyai Haji Nasruddin Latief - sahabat baik yang tawaddu,' wafat. Sejak Januari 2023, ini adalah kabar kesepuluh perginya orang alim, baik dan selalu memberi isyarat kehidupan.

Malam hari usai diner dengan Dato' Seri Ismail Sabri, bersama beberapa teman sempat mencuri waktu mencari kedai durian di Jalan Raja Alang, Kampong Bharu. Lantas pulang.

Selepas salat, sambil merapatkan tirai jendela, saya sempat menyaksikan suasana malam di sekitaran Kampong Bharu yang terkepung gedung-gedung pencakar langit. Lampu-lampu Menara Kuala Lumpur dan Menara Kembar redup. Saya rebah, istirah, dan terlelap.

Dalam tidur malam itulah saya masuk ke dalam mimpi kelam: binatang-binatang buas merangsek ke dalam kota. Gempa mengguncang. Badai menghempas. Rumah-rumah jumpalitan. Ketika keluar dari dalam rumah, mayat-mayat bergelimpangan.

Saya terbangun, setelah minum air jernih, lalu duduk mencangkung di atas kursi, persis di balik jendela. Mata saya tertuju ke Gerbang Kampong Bharu. Tak ada kendaraan melintas di jalan.

Apa konon makna mimpi di jelang subuh itu. Sebagai pendosa yang sedang terus berikhtiar menjadi orang baik, yang bisa saya lakukan hanya sujud. Lantas mandi, berwudu' dan kemudian bergegas ke Masjid Jami' Kampong Bharu yang hanya beberapa langkah saja.

Ada damai di dalam masjid lama yang menjadi bagian inti dari 'ruh kota' Kuala Lumpur yang bersesanti sebagai The Unique City, ini. 

Setelah salat subuh saya sempat sembang-sembang (ngobrol ringan) dengan beberapa jama'ah. Seorang lelaki baya dengan rambut putih menghampiri. Sahabat lama, Hasan namanya.

Ketika mampir dan sarapan pagi di kedai di Jalan Daud, dia banyak bertanya tentang situasi politik. Termasuk ihwal Presiden Jokowi yang menyatakan dirinya tak kan netral dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang.

Pun, tentang Anies Baswedan yang kehadirannya sebagai bakal calon Presiden dihalang-halangi, serta tentang Prabowo Subianto yang di masa lampau pernah tinggal di Kuala Lumpur. Ia juga bertanya selintas tentang Ganjar Pranowo.

Saya jawab sesuai dengan informasi yang saya dapat dan saya tahu. Pertanyaan Hasan adalah sesuatu yang wajar, karena di kawasan Kampong Bharu sampai kawasan Chow Kit banyak sekali migran dari Indonesia.

Di Kampong Bharu, banyak bermukim orang-orang Indonesia yang berasal dari Tapanuli, Jawa, Madura, Aceh, Minang, Banjar, dan Bugis. Sebagian mereka adalah warga keturunan dari kakek nenek yang sudah berabad lalu hijrah ke Malaysia.

Ada juga yang baru beberapa puluh tahun ketika Presiden Soekarno menyerukan konfrontasi dengan Malaysia. Sejarah panjang kebangsaan kedua negara memang saling kait berkait.

Ihwal Pilpres 2024 tak cuma menjadi topik sembang-sembang sambil ngopi pagi dengan Hasan. Di Ipoh, sejumlah sahabat dari Sarawak dan Sabah juga menjadikan Pilpres 2024 sebagai topik perbincangan.

Termasuk dalam perbincangan kami dengan Sultan Negeri, PM, mantan PM, Menteri, mantan Menteri, Menteri Besar, Anggora Parlemen, dan pengusaha. Juga soal Ibukota Negara di Paser, Kalimantan Timur.

Apalagi, Presiden Jokowi akan datang ke Kuala Lumpur, melakukan kunjungan balasan kepada PM X dan Yang Di Pertuan Agong ke 16 Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah.

Pasal berbagai isu yang mengemuka seputar Pemilihan Umum dan Pilpres 2024, berbagai kalangan yang berbincang dengan saya, lebih banyak fokus pada Prabowo Subianto dan Anies Rasyid Baswedan. Ada juga yang memberi informasi, Ganjar Pranowo direncanakan datang ke KL pada 26 Mei 2023 lalu untuk meresmikan kerjasama Voice of Nusantara yang digagas RRI dengan Bernama Radio. Tapi, tak jadi.

Ihwal Prabowo, mantan guru rughby-nya yang berkursi roda, punya harapan besar. Apalagi, dia melihat di televisi, Selasa (23/5) Prabowo bertemu dengan PM X Anwar Ibrahim di Langkawi. Keduanya berada di Kuah - Langkawi sehubungan dengan acara Pameran Langkawi International Maritim and Aerospace (LIMA ’23).

Sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo memang karib dengan para mantan Menteri Pertahanan (Dato Seri Ismail Sabri Yaakob dan Dato Seri Hishamuddin Husein) - dua petinggi partai UMNO (United Malay Nation Organization) yang 'bersebarangan' dengan Presiden UMNO Dato' Seri Zahid Hamidi (kini Timbalan PMX). Bahkan Hishamuddin (kini anggota parlemen dari Sembrong) nasibnya 'digantung' Zahid selama 6 tahun. Pertemuan Prabowo dengan PM X Anwar Ibrahim adalah pertemuan official biasa.

Pertanyaan tentang Anies Baswedan banyak mengemuka dari kalangan orang muda, politisi fresh, dan kalangan pemikir yang hormat dengan reputasi Gubernur DKI Jakarta (2017-2022) tersebut.

Seorang diplomat senior Malaysia, bahkan sudah memprediksi Anies akan menjadi pemimpin Indonesia dan ASEAN sejak dia mengemban amanah sebagai Rektor Universitas Paramadina. Anies dalam pandangan mereka, merupakan figur pemimpin di rantau Asia Tenggara yang paling relevan merespon perubahan geo politik dan geo ekonomi dunia dari Amerika - Eropa ke Asia Pasifik.

Seorang pemimpin media mainstream Malaysia yang independen dan muda berencana mengundang dan wawancara Anies, Prabowo, dan Ganjar mengisi acara 'temua bual (talkshow) di medianya. Sasarannya, selain  mengeratkan hubungan dua negara serantau dan mengemukakan gagasan masa depan ASEAN, juga terkait nasib sekitar 1.500 ribu WNI - pemilih yang tinggal di Malaysia. Khasnya, karena masih banyak persoalan yang bisa jadi ganjalan dalam hubungan bilateral dua negara.

Hasan, sahabat saya, pensiunan dari salah satu perusahaan negara ternama Malaysia, mengemukakan, jegal menjegal dalam proses pemilihan umum, dapat membuat rakyat menghukum partai dan politisi.

Ia menyebut dalam Pilihan Raya Umum ke 15, 2022 lalu, rakyat Malaysia menggunakan kedaulatannya untuk menghukum para politisi dan partai politik. Akibatnya, tak ada satu pun partai yang memperoleh suara mayoritas untuk membentuk pemerintahan.Termasuk Pakatan Harapan (PH) pimpinan Anwar Ibrahim. Bahkan, puteri Anwar - Nurul Izzah kalah di daerah pemilihan 'keluarga'-nya, Permatang Pauh.

Malaysia sempat mengalami 'hang government,' pemerintahan yang tergantung selama dua pekan, sehingga Yang Di Pertuan Agong Al Sultan Abdullah mengambil inisiatif, mendorong partai dengan perolehan kursi terbanyak di parlemen bergabung.

Atas arahan Al Sultan Abdullah, Pakatan Harapan dengan Barisan Nasional, Gabungan Parti Sarawak, dan Gabungan Rakyat Sabah membentuk pemerintahan gabungan yang memerintah sekarang dipimpin Anwar Ibrahim. Tapi, nasib pemerintahan saat ini akan diuji melaluyi Pilihan Raya Negeri (PRN) di 6 Negara Bagian yang akan berlangsung Juli - Agustus 2023 mendatang.

Rakyat, seperti kata Hasan, sangat cerdas dan jeli mencermati perilaku politik para politisi dan petinggi partai politik. Siapa melakukan jegal menjegal dalam peristiwa demokrasi yang akan menentukan nasib negara dan bangsa, akan dijegal rakyat.

Malaysia dan Thailand mengalaminya. Bahkan, di Thailand, karena kelakuan partai berkuasa (Union Thai Nation) pimpinan Prayuth Chan-ocha (69) yang menjegal lawan politiknya, rakyat menunjukkan kemampuan 'menjegal' penguasa, dan memberikan kedaulatan kepada Partai More Forward pimpinan Pita Limjaroenrat (42) dan Pheu Thai pimpinan Paengtongtarn Sinawatra (36) para politisi muda yang memenangkan Pemilu Thailand 2023 dengan cemerlang. Indonesia perlu mengambil pelajaran dari dua negara ASEAN ini.

Ingat baik-baik pesan syair lagu Hussein Bawafie (Budi) : Tegaknya rumah karena sendi / Roboh sendi rumah binasa // Tegaknya bangsa karena budi / Hilangnya budi bangsa binasa //

 Artikel terkait: Perundingan Paradox Pakatan Harapan dengan Barisan Nasional di Seri Pacific dan  Kemenangan Besar Gerakan Perubahan di Thailand.

Editor : delanova
 
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1195
Rumput Tetangga
Selanjutnya
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 749
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 903
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 858
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya