Menjejak Langkah Keliling Danau Toba (Nota Satu)

Pelajaran Konsistensi dari Sesosok Profesor

| dilihat 994

Catatan Perjalanan Bang Sèm

 

indah birama syair tak putus

didendang biduan bagai dibuaikan

pergi bersama profesor spiritus

bertambah pengetahuan lagi menyenangkan

 

Ini catatan perjalanan dari pengalaman dan pembelajaran penuh makna. Agak melelahkan dzahir, tapi menyenangkan batin. Apalagi di hari-hari sebelumnya, saya melakukan rangkaian perjalanan darat dan udara ke berbagai kota di Jawa, tanpa jeda.

Perjalanan ini berlangsung Selasa (20.06.23) dari Jakarta ke Kuala Namu, terus ke Prapat, Puncak Tongging, Brastagi, Medan, lantas ke balik ke Jakarta. Ditaja oleh tokoh Melayu, Prof. Dr. OK Saidin, S.H., M.Hum dan Faris Saleh Bashel.

Prof. OK Saidin adalah Tokoh Melayu Deli, guru besar ilmu hukum yang juga Ketua Prodi Ilmu Hukum Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dan Ketua Asosiasi Pengajar Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia (APHKI) 2017-2020 dan 2020-2023. Guru Besar yang dalam pandangan saya, sungguh cermin 'kualitas insan cita.'

Faris Saleh Bashel, pengusaha kreatif (produsen dan eksporter) asal Medan dengan relasi bisnis mancanegara. Faris dengan senyumnya yang khas, juga karib dengan media dan budaya. Ia putera pemilik salah satu media yang terbit di Medan pada masa lalu.

Keduanya getun merawat spirit (ghirah dan gairah) Melayu atawa culturae spiritus dalam istilah Latin, klop dengan banyak kolega dan saya di 'Jazirah Al Mulk' yang berbanjar dari Madagaskar hingga Maluku. Bersama Asro, Presiden ISWAMI (Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia Indonesia), kami merawat gairah, ghirah, dan semangat tersebut.

Pesona Persona Sendatu

Saya berangkat bersama dua wartawan ulung: Ilham Bintang dan Asro Kamal Rokan (yang juga Ketua dan Anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat).

Bertiga kami menumpang pesawat Garuda (GA 182) dari Bandara Internasional Soekarno Hatta - Cengkareng (CGK) ke Bandara Internasional Kuala Namu - Deli Serdang (KNO). Lantaran boarding pukul 06.35, pukul 05.15 sudah tiba di bandara dan menunaikan salat subuh di musalla bandara.

Masih agak kliyengan, lantaran kurang tidur. Karena malam sebelumnya, menghadiri pertemuan dengan Mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda, dan masih meyelesaikan sisa pekerjaan yang harus rampung sebelum berangkat.

Garuda tepat jadual. Jalur CGK-KNO jalur gemuk, padat penumpang. Para sendatu (pramugari) ramah melayani dan tampak kepribadiannya. Melayani secara profesional, memberi makna perubahan pasca pandemi nanomonster Covid 19.

Perjalanan ini sudah dirancang sejak penghujung bulan lalu (30 Mei 2023), usai kami menghadiri HAWANA 2023 di Ipoh, Perak - Malaysia. Mulanya hanya cletukan, usai santap durian malam hari di Jalan Raja Alang, Kampung Bharu, Kuala Lumpur.

Pesawat juga mendarat tepat waktu di Kuala Namu, meski keluar dari garbarata -- persis seperti ketika akan boarding di Cengkareng -- mesti berjalan lumayan jauh.

Tapi hati tetap senang, ketika tiba di luar bandara, sudah nampak Bung Faris dengan senyumnya yang khas dan selalu memantik optimisme.

Ia mengabarkan, Profesor Saidin menunggu dalam mobil. "Sedang menguji ujian magister mahasiswanya," ujar Faris. Lantas bergerak mengambil mobil di parkiran.

Teringat Hakikat Perpindahan Kuncir Toga

Tak lama mobil sudah mendekat. Prof. Saidin masih tetap di dalam mobil, duduk di kursi depan, sebelah kemudi, sambil memangku laptop. Ia memimpin ujian via platform daring (dalam jaringan) alias format online exam format.

Setelah semua kopor berada dalam bagasi kami masuk ke dalam mobil. Prof Saidin menyapa dengan cara yang khas dan hangat. Mobil bergerak dikemudikan Bung Faris.

Mobil melaju di jalan tol. Karena saya duduk di belakang pengemudi, agak leluasa menyaksikan Prof. Saidin, saya memperhatikan dengan seksama aktivitasnya memimpin ujian secara daring mahasiswa program magister program studi ilmu hukum dengan spesifikasi hak atas kekayaan intelektual (HAKI).

Beberapa dosen berjabatan Profesor, Lektor Kepala, dan Lektor yang berfungsi sebagai penguji dan pembimbing -- tiga orang dengan Prof. Saidin yang mengenakan sabuk pengaman - sedang mobile -- mengajukan berbagai soalan yang menghadapkan teori tekstual dengan empirisma kontekstual.

Mahasiswa S2 mendapat porsi pengujian laiknya simbol di balik 'perpindahan kuncir toga' ketika awal dirancang akademisi intelektual Yunani (mempengaruhi Mesopotamia, dan Turki) yang terinspirasi oleh tradisi pakaian kebesaran orang-orang Etruscan (Etrutia) pra Romawi. Yakni eksplorasi menguji teori abstraktif ke dalam kehidupan nyata, dalam konteks konvergensi pemanfaatan otak kiri dan otak kanan.

Dalam dunia jurnalisme, hal tersebut disebut sebagai uji kompetensi praktik keilmuan, khasnya dalam menegakkan fungsi wartawan: menguji informasi dan fakta kebenaran. Termasuk menguji pasal dan ayat yang tersurat dan hakikat tersirat dalam undang-undang, serta dampaknya dalam realitas pertama kehidupan sehari-hari.

"Alhamdulillah. Selesai yang pertama..," tukas Prof. Saidin, setelah memastikan dalam perdebatan tentang kelulusan sang mahasiswa, dan diberitahu kepada sang mahasiswa.

Tak Hendak Hilang Momentum

Guru Besar Ilmu Hukum USU, ini seketika melontar senyum khasnya sembari meminta Bung Faris menepi. "Kita beli lemang dulu," katanya. Lantas bercakap dengan penjualnya, menggunakan bahasa Jawa logat Siantar. Lucu. Penjualnya, keturunan pujakesuma (putera Jawa kelahiran Sumatera).

Ia juga menginformasikan, menyiapkan sendiri lauk teri kacang khas Medan, sebelum berangkat. "Berjaga-jaga," ujarnya. Profesor ini memang gemar memasak dan menjamu kolega, seperti dicatat oleh Ilham Bintang.

Kala rehat makan siang di resto Minang Melayu, alamak.. Prof. Saidin 'makan sekejap.' Dia segera membuka laptop lagi. Menguji. Ehm.. Jaringan rada ngadat ketika kendaraan bergerak. Dia meminta koleganya mengambil alih dulu ujian. Lantas melanjutkan lagi menguji.

Saat minum kopi lepas tengah hari di kedai kopi 'Sedap' - Siantar, ia melanjutkan lagi tugas dan profesi akademiknya sebagai anggota sekaligus ketua penguji. Hal itu dilakukannya terus sepanjang jalan. Pun ketika kami tiba dan rehat di vila Niagara Hotel - Prapat, sore hari.

Pagi dan siang keesokannya, di beranda kamarnya, sambil menghadap ke Danau Toba yang mempesona, itu hal yang sama dilakukan lagi. Pun, dalam perjalanan dari Prapat ke 'Puncak Tongging. Ketika kami turun menyaksikan air terjun Sipiso-piso,' ia tak hendak kehilangan momen melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai akademisi berjabatan guru besar.

Prof. Saidin menikmati sekali suasana malam, momen untuk berbincang dengan kami dan rehat. Di sela waktu rehat dan bermalam di Semalem Resort, puncak Tongging, kami berbincang tentang banyak hal. Tentang fokus disertasinya yang mengambil obyek hak atas kekayaan intelektual di bidang sinematografi.

Perbincangan nyambung, karena Ilham Bintang puluhan tahun 'berenang di dunia film' baik sebagai humas dan anggota komite seleksi festival film, maupun produser yang harus bertindak tegas dan obyektif saat mengalami kasus hukum film 'jiplakan.' Dan banyak lagi, tanpa kecuali ihwal kerja-kerja profesional Prof. Saidin membela seniman memperjuangkan hak atas kekayaan intelektual.

Sosok Guru Besar 'Spiritus Dans Professor'

Keesokan harinya (Kamis, 22 Juni 2023), dalam perjalanan kembali ke Medan -- agak memakan waktu karena jalan rusak dan sempat tersalah arah -- Prof. Saidin sangat pandai memanfaatkan waktu untuk menjalankan tugasnya. Baik di mobil maupun ketika mimpir di kedai untuk ngopi dan menikmati mangga Brastagi dan Simalungun, tepian Danau Toba.

Staminanya luar biasa. Di sela waktu saat jeda dari ujian ke ujian lainnya, dia bercerita berbagai pengalamannya melakukan penelitian di Belanda, India, dan daerah di Sumatera Utara. Ia bisa menyebut aktor aktris film India dengan beberapa lagu dan joke tentang India yang sangat menyegarkan film India. Ditimpali cerita pengalaman Ilham Bintang.

Sekali sekala Faris, Asro dan saya menimpali -- meski saya lebih banyak menyimak -- karena kepala masih sensitif pening dan menjaga agar tak batuk. Materi soalan ujian yang dikemukakannya juga segar. Tak hanya dalam konteks copy right, publication right, broadcasting right, perubahan undang-undang dan dampak langsungnya dalam praktik peradilan, dengan berbagai perspektif, termasuk pilihan-pilihan antara metologi dan formula, sesuai dengan topik dan studi kasus penelitian yang diajukan dalam tesis mahasiswa yang diuji.

Saya menyimpan dalam hati, Prof. Saidin boleh jadi satu dari sedikit Spiritus dans Professor di masa kini. Istilah ini, nyaris  tak pernah dikenal dalam tradisi kalangan akademisi dan akademik. Saya mendapatinya pada beberapa guru besar senior yang karib. Di dunia akademik, umumnya dikenal Profesor Ulung yang dikenang sepanjang hayat. Profesor Emiritus.

Spiritus Dans Professor adalah guru besar yang tak pernah henti dan tak pernah lelah menjadi energizer, 'bara spirit' dan perawat koneksitas keilmuan dan praktiknya dalam kehidupan mahasiswa dan khalayaknya.

Guru besar yang berperan kuat sebagai orang tua dan sahabat berintegritas. Senantiasa memperluas wawasan pengetahuan, memperdalam penguasaan khas ilmu, yang selalu memungkinkan terjadinya diskusi dan perdebatan keilmuan yang  menghidupkan dan memuliakan. Fasilitator sekaligus katalisator yang 'mengadopsi' dan menuntun mahasiswanya, dari tahap asas sampai (di antaranya) menjadi guru besar juga. Insan akademik, kreatif - inovatif, pengabdi, penggerak primus spiritus khalayak, dan bertanggungjawab.

Sembilan Watak

Merminjam pandangan Maria Orlando, staf pengajar inti spesialisasi "Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan Doktoral" di Universitas Capella, juga profesor di Universitas Lindenwood di St. Charles, Missouri, di dalam diri 'Profesor Spiritus' alias Spiritus Dans Professor, mengalir 9 karakter guru besar sejati.

Pertama, menghormati muridnya, membuat mahasiswa senang, aman, dan berani mengekspresikan gagasan dan narasi akal budi mahasiswanya, dan mengalirkan kepiawaian kemauan dan kemampuan mendengarkan pengetahuan dan teori banyak guru besar lain;

Kedua, mampu menciptakan rasa kebersamaan dan rasa memiliki komitmen keilmuan dalam menghidupkan kreativitas dan inovasi, untuk mencapai invensi bersama. Ia menghidupkan suasana kontribusi keunggulan, seraya menciptakan lingkungan yang menghidupkan kolaborasi kesegaran keilmuan;

Ketiga, sosok yang hangat, mudah diakses, antusias, penuh perhatian, apresiatif, dan respek tanpa kehilangan integritas dan wibawa. Dipercaya oleh mahasiswa sebagai lawan berdebat, sahabat dalam berfikir;

Keempat, mampu menetapkan ekspektasi yang tinggi untuk semua mahasiswa, sehingga sangat mempengaruhi prestasi murid-muridnya. Kadang berpedan sebagai 'bapak dan ibu cerewet dalam keluarga.'

Kelima, memiliki kecintaannya terhadap profesi dan keilmuannya untuk terus belajar dan menginspirasi dirinya dan mahasiswa dengan hasratnya yang luar biasa terhadap pendidikan, materi ajar, penelitian, dan aplikasinya dalam pengabdian masyarakat. Terus menerus memperbarui dirinya sebagai seorang profesional dalam upayanya memberikan kualitas pendidikan setinggi mungkin kepada sesama dosen dan mahasiswa;

Keenam, pemimpin yang terampil yang sangat berbeda  dengan pemimpin administratif, efektif, efisien, fokus pada pengambilan keputusan bersama dan kerja sama tim, membangun komunitas, dan kepemimpinannya terasa oleh civitas academica dan lingkungan sosial;

Ketujuh, laksana pengemudi yang dapat "berganti gigi" dan fleksibel dalam menentukan formula, ketika mereview suatu mata ajar tidak berhasil diserap baik oleh mahasiswa. Mampu menilai pengajarannya dengan menemukan cara-cara baru untuk menyajikan materi dan memastikan, bahwa setiap mahasiswa dan khalayak memahami konsep-konsep utama.

Kedelapan, gembira berkolaborasi dengan koleganya secara berkesinambungan. Selalu memandang kolaborasi sebagai cara untuk belajar dari sesama profesional. Ia menggunakan kritik dan saran sebagai kesempatan untuk tumbuh sebagai seorang pendidik, bukan sekadar pengajar atau distributor pengetahuan dan pengalaman;

Kesembilan, selalu mempertahankan profesionalisme di semua bidang - dari penampilan pribadi hingga keterampilan berorganisasi dan kesiapan diri setiap hari. Kemampuan komunikasinya patut dicontoh, baik ketika ia berbicara dengan administrator, mahasiswanya, atau koleganya. Sikap profesionalnya terlihat jelas bagi orang-orang di sekitarnya;

Pencerah Matahari yang Terbenam

Spiritus Dans Professor bila disimak dari perspektif seorang produser film beken Amerika Serikat, Thomas E. Sanders, adalah sosok yang pesona personanya menjadi cermin sikap intelektual para murid. Ia, juga laksana air mancur yang hidup, bukan kolam yang stagnan. Pikirannya terus bertumbuh, sehingga selalu mengajar, mendidik, memandu penelitian, dan mengamalkan ilmunya dengan sukacita. Tentu, moralnya sangat baik. Ia jujur dengan keyakinanya.

Dia membuka pikiran dan hidup kita pada keindahan dan keharmonisan alam di sekitar kita. Matahari terbenam menjadi lebih cerah, pada pengetahuan dan panduannya. Ia selalu menghidupkan keceriaan dan harapan. Ia bukan sosok yang suka mencela, berpikiran sempit, dan tak menyadari perubahan berlangsung sangat cepat dalam gelombang transformasi.

Ketika Ilham Bintang dan saya sedang di boarding lounge KNO menunggu panggilan untuk masuk ke dalam pesawat ke Jakarta (Jum'at petang, 23/6/2023), Prof. Saidin mengirim gambar, ia bersama Dr. Debora, doktor Ilmu Hukum baru USU bersama pembimbing, penguji, dan keluarga promovenda.

Saya beruntung berkarib dengan Prof Saidin, yang bagi saya adalah sesosok guru besar dari sangat sedikit yang kita punya, yang memainkan peran sebagai Spiritus Dans Professor. Sosok yang sangat peduli, dan menginspirasi mahasiswa dan masyarakatnya selalu mau belajar. Termasuk belajar ilmu langka yang biasa, namun besar manfaat bagi bangsa, yakni 'ilmu tahu diri.'

Istilah  Spiritus Dans Professor memang tak umum, karena tak berlaku umum, yang tak kan dipahami secara umum. Karena sekali sekala, di antara yang umum-umum, harus selalu perlu yang khas. Senang bisa belajar dengan gembira bersama profesor hebat, wartawan ulung, dan pengusaha hensem kreatif.. Semoga saya tertular kepiawaian mereka. He.. he.. |

Editor : delanova
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 248
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 474
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 466
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 438
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1195
Rumput Tetangga
Selanjutnya