Peserta Konperensi Parlemen AA Apresiasi SBY

Perjuangkan Kemerdekaan Palestina,

| dilihat 1770

JAKARTA, AKARPADINEWS.COM  | STANDING ovation tanda penghormatan diberikan oleh seluruh pimpinan parlemen negara-negara Asia Afrika yang sedang mengikuti peringatan Konferensi Asia Afrika ke 60 tahun, di Ruang Paripurna DPR RI – Kompleks Parlemen – Senayan – Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Hal itu terjadi, setelah Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) – Presiden Republik Indonesia 2004-2014, menyampaikan pidato pada sesi pertama Konferensi Parlemen Asia Afrika. Dalam sambutannya, SBY berpesan agar bangsa Asia-Afrika terus berpartisipasi untuk menciptakan perdamaian di dunia terutama Palestina.

Dalam kesempatan itu, SBY yang juga Ketua Umum Partai Demokrat itu meng-appeal, agar Palestina segera menjadi negara merdeka. "Kita harus dukung kemerdekaan Palestina. Kita harus mampu memperjuangkan Palestina menjadi negara independen setelah berjuang dalam waktu lama," kata ungkap SBY.

Dikemukakannya, untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina harus ada dukungan yang nyata. Tak hanya itu, SBY juga menyerukan dukungan bagi perdamaian di Yaman yang sejak beberapa waktu berselang diagresi oleh Saudi Arabia dan sekutunya. “Negara-negara Asia-Afrika bisa mewujudkan hidup berdampingan dengan damai,”katanya.

SBY menegaskan, sebagai negara besar, Indonesia bisa mengambil peran untuk mewujudkan perdamaian. Ia mengambil contoh bagaimana Indonesia melakukan aksi nyata dalam mengatasi gerakan separatisme di dalam negeri. "Di Indonesia gerakan separatisme sudah diminimalkan. Hidup berdampingan itu harus diwujudkan dengan damai. Stabilitas perdamaian ini harus dilebarkan teru‎s."

Dalam pidato yang disampaikan penuh keyakinan, disertai ritme yang teratur dan logika bahasa yang tertata, SBY mengingatkan, perdamaian di Yaman sangat penting maknanya. Secara tersirat SBY mengingatkan, agresi di Yaman menjadi ‘duri’ dalam perdamaian dunia. Seperti diketahui, akibat agresi Saudi dan sekuturnya atas Yaman di Sana’a, Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia menjadi korban dan porak peranda.

Dalam pidatonya itu, SBY mengapresiasi pesatnya perkembangan ekonomi di negara Asia-Afrika dalam sepuluh tahun terakhir. Perkembangan ekonomi yang lebih baik itu, memungkinkan seluruh peserta peringatan KAA sejak sepuluh tahun terakhir dapat datang dengan damai dan penuh persahabatan.

SBY berharap, sepuluh tahun ke depan, dalam peringatan 70 tahun KAA, negara-negara Asia – Afrika sudah sungguh merdeka dan bebas dari kemiskinan, sesuai amanah Dasasila Bandung. Menurut SBY, persoalan kemiskinan memang menjadi hal utama yang dialami negara Asia-Afrika. SBY yakin, negara Asia-Afrika bisa bangkit dari masalah kemiskinan. Terutama, karena negara seperti Jepang, Tiongkok, dan Rwanda terus menjadi pusat ekonomi. "Banyak yang sudah berkata, pusat ekonomi Asia ada Cina dan Jepang. Di Afrika, Rwanda akan menjadi pusat ekonomi."

SBY mengemukakan, selama 60 tahun Konferensi Asia Afrika, angka kemiskinan di negara-negara Asia Afrika turun mjd 20 persen dibandingkan tahun 1950-an. Kala itu, negara-negara Asia Afrika terbilang miskin. Kesemua itu terkait dengan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, teknologi dan kewirausahaan untuk masa depan Asia Afrika yg lebih baik. Hal lain yang penting dikemukakan SBY dalam pidatonya adalah bangsa-bangsa Asia Afrika, mampu memelihara dan memulihkan perdamaian dan keamanan di kawasan masing-masing.

Rabu, 21 April 2015, atas inisiatif Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah, telah terjadi pertemuan SBY – Hamdallah dan anggota delegasinya. Dalam pertemuan di Jakarta, itu SBY ditemani mantan Dubes RI di Amerika Serikat Dino Patti Djalal.

Pada pertemuan itu, PM Hamdallah mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan kerjasama yang diberikan Republik Indonesia, khususnya selama 2004-2014. “Saya garisbawahi, sampai kapanpun rakyat Indonesia akan tetap mendukung kemerdekaan Palestina dan ikut berjuang di pentas global,”jelas SBY.  Sejarah mencatat, sejak digelar KAA 1955 perjuangan kemerdekaan Palestina dilakukan entah sampai bila.

Dalam diskusi dengan SBY, PM Hamdallah berkonsultasi tentang langkah-langkah strategis ke depan menuju kemerdekaan penuh Palestina, baik di tingkat global maupun regional. Indonesia, disamping aktif berdiplomasi di PBB dan forum dunia yang lain, juga berikan "capacity building" secara signifikan kepada Palestina.

Secara pribadi SBY mengemukakan, jika permasalahan Palestina dapat diselesaikan secara adil, ketegangan dan konflik antara Islam dan Barat akan berkurang secara nyata. Penderitaan rakyat Palestina, juga akan dialami rakyat Yaman, bila negara-negara Asia Afrika dan dunia tidak segera mengambil aksi nyata menghentikan agresi Saudi Arabia.

Selain tentang Palestina, dalam kesempatan bicara di hadapan Konferensi Parlemen Asia Afrika, SBY juga bicara tentang Lingkungan Hidup. Menurut Ketua DPR RI Setia Novanto mengemukakan, SBY diundang sebagai pembicara dalam konferensi itu, sebagai pembicara kunci (keynote speaker), dalam kapasitasnya sebagai Presiden Majelis Global Green Growth Institute (GGGI).

GGGI adalah organisasi yang bergerak meningkatkan semangat pertumbuhan hijau, yang ditandai dengan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Organisasi ini bermarkas di Seoul, Korea Selatan. 33 negara yang mengirim utusan dalam peringatan KAA ke 60 tahun ini, terbilang negara-negara yang selama ini menghadapi masalah lingkungan hidup. Terutama karena negara-negara itu dikuras sumberdaya alamnya oleh negara adidaya untuk kepentingan mereka. | Bang Sem

Editor : Web Administrator | Sumber : berbagai sumber
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 742
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 898
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 851
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1192
Rumput Tetangga
Selanjutnya