IRAN

Pariwisata dan Budaya Masa Depan Ekonomi Iran

| dilihat 395

Republik Islam Iran yang selama ini menempatkan kekayaan sumberdaya alam dan energi sebagai basis utama perekonomian, akan bertransformasi menjadikan pariwisata dan budaya sebagai tumpuan masa depan ekonominya.

Selasa (16/9/25) di Yayasan Iranologi di Teheran telah melancarkan film serial dokumenter geowisata bertajuk 'Face of Iran.'

Tehran Times mengabarkan, pelancaran film serial tersebut bertujuan mempromosikan warisan budaya dan alam Iran sebagai aset pariwisata dan ekonomi.

Ketua Yayasan Iranologi, Ali Akbar Salehi, memuji tim produksi dan menyoroti peran identitas budaya dalam mempromosikan tanah kuno tersebut.

Salehi menyatakan, “Iran adalah wadah yang harus kita lindungi dengan segenap jiwa kita. Jika pilar Iran disingkirkan, tidak ada yang tersisa di bawah tenda ini.”

Mengacu pada sejarah Iran, Salehi mengemukakan, bahwa selama Kekaisaran Akhemeniyah, lebih dari separuh penduduk dunia hidup di bawah kekuasaan Iran.

Ia menggambarkan Iran sebagai 'mosaik' dari beragam budaya, dialek, makanan, dan lanskap dari timur ke barat dan utara ke selatan.

Film dokumenter serial tersebut, jelas Salehi merupakan program utama yayasan Iranologi dalam mempromosikan berbagai keragaman budaya dan alam yang hidup di seluruh provinsi. Termasuk berbagai aspek negara yang selama ini kurang dikenal.

Temukan Kembali Iran

Yayasan Iranologi, menurut Salehi, memandang, bahwa film dokumenter yang mengangkat isu-isu tentang  budaya dan alam, memiliki audiens (khalayak) yang luas, mulai dari anak-anak hingga akademisi dan ekspatriat.

Kambiz Mahdizadeh, penasehat media yayasan, dan sutradara film dokumenter tersebut mengatakan, "Proyek ini bertujuan menyoroti lanskap, mitos, dan tradisi Iran yang berpotensi pula mengubah citra dan persepsi negatif terhadap negara."

Ia menambahkan, perekonomian Iran selama ini, sebagian besar bergantung pada petrodolar. "Tetapi minyak akan habis. "Mereka (khalayak di berbagai belahan dunia) dapat menyetujui (eksplorasi, eksploitasi, dan produksi) minyak dan gas kita, tetapi mereka tidak dapat menyetujui eksplotasi gunung, hutan, gurun, dan dataran kita ... Masa depan ekonomi Iran terletak pada budaya dan pariwisata."

Film dokumenter 'Face of Iran' tersebut akan dipasarkan ke dunia internasional. Ia menambahkan, episode pertama dari serial tersebut, didedikasikan untuk provinsi Lorestan, mencakup  cuplikan berbagai situs yang sebagian besar difilmkan untuk pertama kalinya di negara tersebut.

Mahdizadeh menyimpulkan bahwa pesan dari film dokumenter tersebut adalah keindahan alam dan budaya Iran merupakan kekayaan yang berkelanjutan. "Mari kita temukan kembali Iran, dan perkenalkan kembali kepada dunia," ujarnya.

Akan halnya Salehi mengingatkan dalam produksi film dokumenter ini, disajikan berbagai keindahan dan keunikan Situs Prasejarah Lembah Khorramabad, yang terdaftar dalam daftar Warisan Dunia UNESCO awal tahun ini.

"Ini menandai pencapaian bersejarah pertama bagi Iran -- pertama kalinya sekelompok situs yang terutama mewakili periode Paleolitikum menerima pengakuan bergengsi ini -- dan momen transformatif bagi komunitas arkeologi global," tegas Salehi.

Sebagai rumah bagi berbagai komunitas nomaden dan suku, Lorestan dihuni oleh masyarakat Indo-Eropa Iran, sekitar tahun 1000 SM.

Rumah Bangsa Elam dan Kassit

Film ini juga mengangkat informasi tentang bangsa Kimmeri dan Skithia yang secara berkala menguasai wilayah tersebut dari sekitar tahun 700 hingga 625 SM.

Film dokumenter ini juga mengupas Lorestan yang dimasukkan ke dalam Kekaisaran Achaemenid yang berkembang pada sekitar tahun 540 SM dan berturut-turut menjadi bagian dari dinasti Seleukia, Parthia, dan Sasanid.

Di Provinsi Luristan, masa lalu, masa kini dan masa depan bertemu dan saling memberi makna atas hakikat perubahan (pembaruan dan keberlanjutan). Dai perspektif arkeologis dengan seluruh fakta dan data ilmu dan pengetahuan, menunjukkan bahwa Luristan adalah salah satu permukiman manusia paling awal.

Hal tersebut melekat pada temuan domestikasi domba dan kambing sekitar 9000–7000 SM., yang menunjukkan Luristan adalah wilyah yang merupakan rumah bagi bangsa Elam dan Kassit, kuno sebelum kedatangan bangsa Media Iran.

Produk budaya perunggu Luristan memberi informasi faktual, bagaimana wilayah ini merupakan tempat bagi insan berpengetahuan dengan peradaban metalurgi di zamannya. Insan-insan kreatif yang di sekitar tahun 1000 sampai 650 SM, telah berkemampuan menghasilkan teknologi cor kecil yang khas dan menghasilkan kriya -- kerajinan -- perunggu - yang unik, detil, dan artistik.

Produk kerajinan yang banyak ditemukan di makam -makam — tua, antara lain meliputi senjata, finial, tali kekang kuda yang rumit, peniti, dan perhiasan. Karya kriya yang berbeda dengan produk budaya era metalurgi di Vietnam maupun di Alor (Indonesia) berupa Moko, yang di masanya menjadi mas kawin dalam kehidupan sosio budaya.

Dengan gaya dan detil yang rumit, kriya seni perunggu di Luristan, khasnya dengan penggambaran yang detil dan rumit berupa motif 'master animal' yang menunjukkan sosok manusia sedang mencengkeram hewan liar, yang serta merta merepresentasikan dominasi manusia atas alam. Namun, berbeda dengan motif serupa dalam karya seni kriya Mesopotamia

Kaya dengan Air yang Melimpah

Tak hanya itu, Luristan yang dirancang sebagai salah satu daerah tujuan wisata, juga merupakan 'rumah peradaban,' yang meskipun menghadirkan seni kriya dalam motif serupa  yang muncul dan melekat pada seni Mesopotamia dan Sumeria

Di Luristan juga ditemukan salah satu bangunan primer bersejarah Iran, yakni kasti sekaligus benteng yang menakjubkan 'Kastil Falak-ol-Aflakini,' yang di ibu kota Khorramabad. Sejarah kastil ini berawal dari era Sassanid.

Provinsi Luristan yang menjadi tempat domisili suku Lur, salah satu kelompok etnis penting di tengah keberagaman budaya tradisional Iran. Budaya tradisional Lurish ditandai dengan musik yang meriah, tarian rakyat melingkar, dan pakaian berwarna-warni untuk pria dan wanita.

Sebagai salah satu masyarakat inti di Luristan, sejarah Suku Lur berakar dari gaya hidup dan tradisi masyarakat semi nomaden. Suku Lu mewariskan, antara lain karya kriya berupa tenun dengan menghasilkan beberapa produk: kilim, permadani, dan jajim yang indah.

Diwariskan selama berabad-abad, cerita rakyat Lurish mencakup lagu-lagu epik dan lagu nina bobo yang diiringi oleh instrumen tradisional seperti tanbur dan ney. Masakan mereka lezat, dengan daging dan roti segar menjadi dasar dari banyak hidangan tradisional.

Di Luristan masih dapat ditemukan harmoni relasi manusia dengan manusia, manusia dengan semesta (alam), dan manusia dengan Tuhan. Hal terrsebut terasa setiap kali kita menyaksikan lanskap unik di hampir seluruh wilayah, berupa pegunungan Zagros terjal, lembah yang dalam, dan dataran yang subur dengan iklim bervariasi. Karenanya Luristan dikenal dengan sebutan 'provinsi empat musim.'

Uniknya, pada waktu bersamaan, ketika di wilayah sebelah utara yang bergunung-gunung serdang mengalami musim dingin yang dingin dan bersalju, di wilayah selatan justru cuaca sejuk dan dibasahi hujan. Alhasil di Luristan, pesona alam memenuhi apa yang dihasratkan manusia: Air Terjun Bisheh, danau gahar, ngarai Shirz dengan padang tulip Aligudarz.

Luristan adalah salah satu wilayah yang sangat kaya dengan air yang melimpah, sumber daya alam yang terjaga dan menunjukkan keragaman ekologi.  Luristan juga dikenal dengan flora dan fauna yang beragam, termasuk hutan pistachio liar yang luas, serta satwa liar seperti macan tutul Persia.

Meditasi tentang Kehidupan sehari-hari

Kesemua pesona Luristan menjadi obyek sangat mahal dan khas ketika direkam dalam film dokumenter yang memberi ruang luas keterlibatan insan kreatif, khasnya film maker yang tak pernah lelah berinovasi.

Iran serius merawat perkembangan industri film. Film-film kreatif non dokumenter digarap sangat tekun dengan pendekatan kreativitas dan inovasi berbasis teknologi yang terus berkembang.

Feature film Iran bertajuk 'Inside Amir' yang disutradarai Amir Azizi, memperoleh penghargaan penyutradaraan tertinggi Venice Days edisi 2025, atau 'Giornate degli Autori,' yang merupakan bagian paralel independen dari Festival Film Venesia. 'Inside Amir' mengisahkan seorang pemuda di Teheran yang hampir beremigrasi,

Juri Venice Days dipimpin oleh penulis dan sutradara Norwegia Dag Johan Haugerud,  beranggotakan produser Vermiglio Italia Francesca Andreoli, sineas Prancis - Palestina Lina Soualem, kurator film MoMA New York Josh Siegel, dan sinematografer Tunisia Sofian El Fani memberi apresiasi khas atas film ini.

Para juri tersebut menilai, film 'Inside Amir' sebagai 'sebuah meditasi tentang kehidupan sehari-hari,' yang   mengingatkan kita tentang bagaimana rutinitas, gerakan, dan percakapan sehari-hari di antara teman dalam komunitas sosial, yang memberikan rasa aman dan kebebasan.

Dengan bingkai yang sedikit demi sedikit mengungkap kehidupan kompleks yang ditandai oleh kehilangan dan kesedihan dengan latar belakang pengasingan.

Film ini menggambarkan pula pergolakan sosial, serta mengajukan pertanyaan mendasar tentang apa artinya memiliki, serta keraguan eksistensial yang muncul setelah pemikiran tersebut.

Menurut juri, perlu waktu untuk menyimak film ini, dan memperhatikan peristiwa-peristwa interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari.  Film ini menunjukkan, bagaimana pertemuan spontan dan tak terduga dapat membangun kehidupan yang kaya. Dialog dan penyajian film yang presisi memberikan kesan kehadiran yang kuat.

'Inside Amir' berakar pada pengalaman pribadi, tetapi berbicara dalam bahasa sinematik universal. Alih-alih berfokus pada plot atau dialog, film ini mengeksplorasi kehadiran, ruang, dan kerentanan manusia. "Pendekatan saya menghindari slogan atau suara dramatis, melainkan mencari kejelasan emosional yang lebih dalam,” tambahny," ujar sang sutradara.| jeahan

Editor : delanova | Sumber : berbagai sumber
 
Sporta
Polhukam
15 Okt 25, 19:16 WIB | Dilihat : 113
Penghargaan Nobel Perdamaian Machado Harus Dibatalkan
15 Okt 25, 19:11 WIB | Dilihat : 110
Maria Corina Machado Bukan Pejuang Demokrasi
08 Okt 25, 11:52 WIB | Dilihat : 268
Hubungan Malaysia Indonesia Kian Hangat dan Mesra
04 Okt 25, 20:21 WIB | Dilihat : 329
Global Sumud Flotila Menerjang Badai Dusta
Selanjutnya