SERDADU laut zionis penjajah Israel menghadang gerakan 47 kapal ekspedisi kemanusiaan untuk Gaza, dari berbagai belahan dunia yang tergabung dalam Armada Sumud Global.
Kamis (2/10/25) berbagai media arus utama dunia dari berbagai negara, tanpa kecuali Al Jazeera, CNN, BBC, dan berbagai kantor berita berjaringan luas mengabarkan, serdadu-serdadu laut zionis Israel naik ke sejumlah kapal dan menahan para aktivis. Antara lain Thiago Âvila, Greta Thunberg, Mandla Mandela (cucu Nelson Mandela) dan ratusan aktivis lainnya.
Lewat akun X-nya, Thiago Âvila mengabarkan, "Sebuah kapal militer Israel baru saja melintasi kapal kami, mengintimidasi, merusak sistem komunikasi, dan melakukan manuver yang sangat berbahaya dengan mengelilingi kapal-kapal terdepan kami, ALMA dan SIRIUS!"
Dalam postingan, itu Âvila menegaskan, "Meskipun kehilangan perangkat elektronik, tidak ada yang terluka dan kami tetap melanjutkan aksi," tegasnya. Armada Sumud Global (ASG) sudah berada di perairan internasional yang sangat dekat -- sekitar 60 kilometer -- dari garis pantai Gaza.
Para serdadu laut zionis penjajah Israel tersebut mengklaim, kapal-kapal armada para aktivis, itu menyebut wilayah perairan tersebut merupakan zona merah di bawah otoritas mereka.
Karenanya, serdadu Angkatan Laut zionis Israel menaiki kapal-kapal yang bertujuan menguatkan blokade negara itu terhadap Gaza. Lantas, menahan ratusan aktivis, termasuk mentargetkan aktivis Swedia Greta Thunberg, belia berusia 22 tahun.
Dengan sesuka hati, para petinggi zionis Israel mengatakan para aktivis melakukan provokasi melalui armada yang bergerak menuju pantai Gaza. Karenanya, mereka menganggap penyekatan yang mereka lakukan legal. "tidak tertarik pada bantuan, tetapi provokasi."Dengan cara demikian
Apa yang kemudian dialami par aktivis lintas negara, ras, etnis, agama, dan negara, sudah mereka prediksi, sehingga mereka menyusun beberapa rencana menghadapinya. Antara lain dengan membuat pernyataan melalui video yang diunggah ke berbagai saluran media sosial dan media arus utama.
Menyergap dan Menahan Aktivis
Itu sebabnya, begitu serdadu zionis Israel menghadang dan menangkapi mereka, pernyataan video yang mereka buat langsung tular (viral) dan menimbulkan reaksi spontan dalam bentuk demonstrasi di berbagai negara, sehingga menekan berat zionis Israel. Tanpa kecuali demonstrasi warga Israel sendiri di Tel Aviv dan beberapa kota lainnya.
Para aktivis peserta Armada Sumud Global juga memantik kolaborasi dan solidaritas para pemimpin negara dan pemerintahan, yang memilih jalur diplomasi, saling berkomunikasi beraksi membebaskan hampir seluruh (500 peserta dari puluhan negara).
Upaya zionis Israel menaklukan seluruh Gaza dan ancaman mereka terhadap rakyat Gaza untuk bergerak ke selatan kota, itu tak berhasil. Juru bicara IDF (Israel Defense Forces), Brigjen. Effie Defrin, mengatakan pekan lalu bahwa Angkatan Laut siap mencegat kapal-kapal tersebut, meskipun ia mencatat bahwa hal itu akan menjadi tantangan yang lebih besar daripada upaya armada sebelumnya karena jumlah kapal yang banyak
Serdadu Angkatan Laut zionis Israel membawa para aktivis yang mereka tangkap ke Pelabuhan Ashdod, menahan mereka dan memperlakukannya sebagai tahanan, sebelum akhirnya dideportasi wilayah pendudukan zionis Israel.
Pemerintah zionis Israel juga mengerahkan 600 petugas polisi dalam memindahkan para aktivis dari Pelabuhan Ashdod, ke sebuah penjara di Yom Kippur. Untuk kepentingan propaganda, zionis Israel memberitakan telah mengirimkan beberapa bus dan sekitar delapan ambulans dan menyiagakan beberapa rumah sakit yang -- seolah-olah --menunjukkan atensi untuk melakukan perawatan medis bagi para aktivis.
Meski ditahan dalam beberapa hari saja, para aktivis merasakan sikap dan perlakuan jahat serdadu zionis Israel, seperti memutus akses para tahanan terhadap air minium dan air bersih, termasuk memaksa Greta Thunberg mencium bendera zionis Israel.
Deportasi para aktivis akhirnya terjadi. Pemerintah Turki mengirim pesawat untuk menjemput warganya dan aktivis dari berbagai negara lain, termasuk aktivis Armada Sumud Nusantara dari Malaysia.
Pada Jum'at (10/10/25) sebagaimana dikabarkan dari Istanbul, 150 tahanan lain peserta, termasuk 3 orang anggota parlemen Turki dari Partai Saadat dan 9 orang aktivis - akademisi dan dokter Malaysia yang bergabung dalam Freedom Flotila Coalition (FFC) juga dibebaskan. Lantas dideportasi melalui Istanbul.
Kepulangan para aktivis yang dideportasi via Istanbul dan Paris, ketika tiba di negaranya disambut hangat oleh para kolega, sanak keluarga, dan pemerintah masing-masing.
Bagian Narasi Kekejaman Zionis Israel
Alun-alun Circles jantung kota Stockholm - Swedia kembali menjadi panggung protes. Bendera Palestina berkibar di antara massa yang memenuhi lokasi. Demikian pula bentangan spanduk-spanduk yang menyerukan keadilan bagi Gaza. Greta Thunberg dan kawan-kawan.
Kala namanya dipanggil-panggil massa, Greta meresponnya dengan senyuman. Ia segera menolak sebutan hero yang ditujukan massa kepadanya. Ketika diberi kesempatan berbicara, Greta Thunberg hanya menceritakan sepintas kondisi buruk selama penahanan di Israel: sel yang penuh sesak, kurangnya perawatan medis, dan penolakan air bersih, sebagaimana dikemukakan para aktivis lain.
Thunberg lebih fokus bicara tentang hak dan martabat semua tahanan, bukan pengalamannya sendiri. Ia menyerukan akuntabilitas internasional di tengah meningkatnya protes dan pengawasan baru atas perlakuan Israel terhadap misi kemanusiaan untuk Gaza - Palestina.
Tunberg berdiri di hadapan kamera dan wartawan, lebih sebagai saksi yang menceritakan pengalamannya sendiri di tahanan Israel. Ia menyampaikan kisahnya tentang kondisi -- termasuk perlakuan yang alami para aktivis yang bersamanya.
Kepada wartawan dan khalayak, Tunberg mengatakan, "Secara pribadi, saya tidak ingin membagikan apa yang saya alami karena saya tidak ingin ada berita utama tentang Greta yang disiksa, karena itu bukan cerita di sini." Ia membingkai pengalamannya bukan sebagai cobaan pribadi, tetapi sebagai bagian dari narasi yang lebih luas tentang perlakuan zionis Israel secara sistemik terhadap warga sipil dalam tahanan.
Ia menghindari kemungkinan media menghadirkannya sebagai selebritas. Thunberg lebih banyak menyampaikan contoh-contoh perlakuan yang menggambarkan sikap petugas pemerintah zionis Israel yang ditemuinya. Ia menyampaikan informasi yang sangat gamblang dan menyentak banyak orang yang mendengarkan.
"Kami terus meminta obat-obatan esensial bagi orang-orang pingsan sepanjang waktu. Ketika kami meminta dokter dan obat-obatan esensial ini, mereka menempatkan sel-sel penjara yang sempit hingga 60 orang. Berulang kali mereka menyampaikan ancaman bakal meracuni kami dengan gas," ungkapnya.
Tak Sebanding Derita Rakyat Gaza
Penjelasan Thunberg membuat petinggi zionis Israel gerah. Mereka membantah penjelasan itu, dan menyebutnya tidak benar dan bermotif politik. Namun, kesaksian tersebut juga disuarakan penumpang lain yang ditahan di armada yang sama. Ketika berbicara tentang akses air minum, suara Tunberg tertahan dan tercekat.
Nada suaranya saat menceritakan pengalaman itu tertahan. Belia yang sudah melakukan aksi tentang iklim, sejak masih kanak-kanak, ini mengatakan airnya berwarna cokelat dan orang-orang jatuh sakit karenanya.
Lantas, para petugas penjara zionis Israel melemparkan botol-botol plastik berisi air ke tempat sampah di depan mata sambil tertawa-tawa ketika para tahanan meminta air lagi. Perilaku mereka menunjukkan penistaan yang disengaja.
Thunberg lebih menempatkan pengalamannya dalam konteks hukum dan akuntabilitas internasional yang lebih luas. Dengan kalimat yang terukur dan tajam, belia yang di masa awal kebeliaannya beroleh kesempatan bicara tentang perubahan iklim, itu menyatakan, "Saya bisa menyebutkan semua hukum internasional dan bahkan konvensi yang dilanggar Israel setiap hari, dan kita baru melihat sebagian kecilnya. Namun, semua orang tampaknya berpikir bahwa Israel kebal terhadap hukum internasional. Jadi, tidak ada lagi yang bisa saya katakan," ungkapnya.
Pernyataan itu mencerminkan pandangan yang dianut banyak organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia. Thunberg menyampaikan, selama konflik berlangsung laporan pelanggaran berulang kali, namun konflik, akuntabilitas yang berarti masih sulit dicapai. Karenanya, Thunberg mengatakan, bahwa apa yang dia alami hanyalah bab kecil dari kisah yang jauh lebih besar.
Di Malaysia dalam suatu pertemuan yang dihadiri Perdana Menteri (PM) X Malaysia Anwar Ibrahim, para petinggi pemerintahan dan orang ramai, para aktivis bercerita pengalaman perlakuan kejam para petugas zionis Israel terhadap tahanan.
Farah Lee, Zizi Karina, Illya Balqis dan Ardell, Hazwani, Heliza sebagaimana halnya Thunberg, menyatakan, bahwa misi kemanusiaan yang mereka ikuti dengan dukungan rakyat Malaysia dan berbagai rakyat negara lain (Swedia, Mexico, Spanyol, Turki, dan lain-lain) untuk Gaza - Palestina. Menolak kekerasan, genosida, ethnic cleansing dan penindasan hak asasi manusia.
Dengan keyakinan yang kuat, suatu hal yang tak bisa dikalahkan adalah para serdadu zionis Israel adalah keyakinan atas kebenaran yang sesungguhnya. Para aktivis ini merasa derita mereka tak sebanding dengan derita kaum perempuan, anak-anak dan rakyat Gaza keseluruhan. Mereka terinspirasi semboyan rakyat, "dunia tempat berpenat, akhirat tempat berehat." | sharia, delanova