Dialog Prabowo Subianto dengan Steve Forbes

Satu Kasus Keracunan pun Tak Bisa Diterima

| dilihat 169

RABU 15 Oktober 2025, Forbes Global CEO Conference 2025 -- Forum bisnis internasional yang digelar untuk kali ke 23 -- yang digelar di Hotel The St. Regis, Jakarta, mengundang Presiden Prabowo Subianto sebagai pembicara dalam dialog bertajuk “A Meeting of Minds," yang dipandu Steve Forbes - Chairman and Editor-in Chief Forbes Media.

Acara tersebut dipandang penting sebagai ajang bagi para pemimpin ekonomi global untuk memperkuat jejaring, bertukar pandangan, dan menjajaki kerja sama strategis lintas negara.

Acara tersebut juga dipandang sebagai forum penting yang menunjukkan Indonesia kian menjadi perhatian positif sebagai destinasi utama peluang investasi global.  Pada kesempatan tersebut, Presiden Prabowo Subianto mengemukakan berbagai pemikiran tentang berbagai hal selama setahun masa pemerintahannya, yang menarik disimak.

Forum ini dihadiri oleh sekitar 400 peserta, terdiri atas CEO, wirausahawan, dan investor dari berbagai sektor industri dan berbagai negara (antara lain dari kawasan Asia Tenggara, Eropa, Amerika Serikat, Tiongkok dan Hongkong.

Dialog tersebut ditayangkan secara langsung dalam berbagai platform dan saluran Youtube, antara lain saluran Youtube Prabowo Subianto.

Tawa dan senyum merespon pertanyaan Steve dan jawaban Prabowo, membuat percakapan terasa gayeng, kendati dalam banyak sesi dan sisi sangat serius. Steve membuka dengan pertanyaan seputar pendidikan Prabowo di berbagai tingkatan sekolah yang berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain.

"Ya, saya mengikuti jejak ayah saya, tentu saja keluarga saya, pada saat itu. Pada dasarnya ayah saya sedang diasingkan," ungkap Prabowo. Lalu menjelaskan, ayahnya (begawan ekonom Sumitro Djojohadikusumo) ketika itu merupakan penentang Presiden Sukarno yang sedang berkuasa.

"Ayah saya, karena alasan politik, meninggalkan negara ini dan kami mengikutinya. Ke mana pun ayah saya harus pergi, kami pergi. Kemudian, pada setiap dua tahun, kami pindah ke negara baru. Akhirnya berakhir di Inggris pada tahun 1968," kisahnya.

Kemudian pada saat, itu ada perubahan politik. Presiden Sukarno digantikan oleh Presiden Suharto. "Ayah saya dipanggil kembali oleh Presiden Suharto untuk bertugas di pemerintahan Presiden Suharto. Dan saya kembali ke Indonesia pada tahun 1968," lanjutnya.

Di Tengah Perjuangan Kemerdekaan

Ketika Steve bertanya tentang Harvard, Prabowo menjawab, "Tidak.., saya tahu komunitas Anglo-Saxon.  Anda tahu, mereka sangat terkesan dengan Oxford dan Cambridge. Bagi mereka, orang-orang Persemakmuran Inggris, dan lain-lain sangat terkesan mendengar kata Oxford dan Cambridge. Dan bagi yang berorientasi Amerika, sangat terkesan dengan Harvard, MIT (Massachusetts Institute of Technology), Princeton, Cornell. Jadi saya mengerti itu."

Ia bercerita, suatu hari ia menghadiri resepsi ulang tahun ratu Inggris di Jakarta. Prabowo hadir sebagai ketua partai dan sejumlah wakil ketua partai. Salah seorang di antara wakilnya lulusan London School of Economics. Karena tahu wakilnya lulusan LSE, semua diplomat muda Inggris pun mengelilingi sang wakil. Tidak menyapa Prabowo sama sekali.

Lantas Prabowo menyela, ingin mendapat perhatian juga. "Saya bilang, sebenarnya saya kuliah di Oxford.  Anda tahu?  Mereka semua mengalihkan perhatian kepada saya. Mereka mengelilingi saya. Oh,.. Anda kuliah di perguruan tinggi mana? Tidak.. tidak.., sebenarnya saya pergi ke toko buku di Oxford," cetusnya mengekspresikan kelakar cerdas.

Steve mengemukakan, "Anda berasal dari keluarga yang sangat terhormat. Kakek Anda adalah pendiri bank yang sangat terkenal dan ayah Anda seorang ekonom brilian yang bekerja terlalu keras, tetapi juga tidak takut untuk membuat perubahan ketika dia pikir itu diperlukan. Ayah Anda membantu membentuk filosofi Anda. Bagaimana mereka membentuk pemikiran ekonomi Anda? "

Atas pertanyaan itu, Prabowo menjawab, "Saya pikir Anda benar, karena Anda tahu kakek saya hidup di masa kolonial Belanda. Ayah saya bersekolah di Belanda dan lulus di sana dalam bidang ekonomi. Ini tahun 40-an, kan? Tentu saja kami berada di tengah-tengah  perjuangan berat untuk kemerdekaan kami."

Prabowo bercerita,  Ayahnya kembali, dan sejujurnya, saat itu sebagian besar pemimpin Asia dan Afrika, para pemimpin elit, pada dasarnya adalah sosialis. Karena pada saat itu, sosialisme — bahkan Marxisme dan komunisme — adalah gerakan yang benar-benar memperjuangkan kebebasan untuk melawan penjajah dan imperialis.

"Saya pikir itulah sebabnya banyak gerakan pemimpin Asia dan Afrika muda praktis berhaluan sosialis sayap kiri. Banyak yang komunis. Ayah saya juga seorang sosialis di masa mudanya. Bahkan, beliau adalah pemimpin Partai Sosialis Indonesia," jelas Prabowo.

Sistem Ekonomi Campuran

Tapi kemudian, ungkap Prabowo, apa yang sangat memengaruhinya adalah kala ayahnya bersama para pemimpin (pergi) ke New York ke Perserikatan Bangsa Bangsa  mewakili Indonesia, melobi untuk Indonesia.  Di sana dia bertemu dengan banyak pemimpin Amerika yang pada dasarnya adalah pemimpin bisnis yang kapitalis, tetapi banyak kapitalis Amerika pada masa itu dan para pemimpin juga anti - imperialis dan anti -kolonialisme. Mereka menentang semua gerakan kolonial dan imperialis ini.

"Amerika pada saat itu berada di garis depan. Memaksa kekuatan kolonial Eropa untuk melakukan dekolonisasi. Jadi saya pikir itulah yang ayah saya dapatkan dan dia dibantu oleh banyak pemimpin bisnis Amerika," jelasnya.

"Dia selalu berbicara tentang Matthew Fox. Saya pikir Matthew B. Fox,  pendiri 20th Century Fox yang menjadi teman baik ayah saya dan selalu membantu gerakan kemerdekaan Indonesia. Jadi itu sangat menarik," lanjutnya kemudian.

Prabowo terus berkisah tentang ayahnya. "Jadi ketika dia kembali dari AS di masa-masa awal kemerdekaan kita, dia menjadi cukup, saya akan mengatakan bahkan seimbang.  Dia tentu saja berpikir selalu sosialis, tetapi dia mengerti bahwa kapitalisme dan kebebasan berusaha sebenarnya memiliki sesuatu yang sangat penting, dan itulah pemikirannya."

Prabowo mengemukakan, kala itu dia masih kecil. Suatu ketika dia bertanya kepada ayahnya. "Ayah, sistem ekonomi apa yang terbaik menurut Ayah?" Prof. Soemitro -- yang populer dipanggil Pak Chum -- berkata, "Sebenarnya, sistem ekonomi terbaik bagi kita untuk Indonesia haruslah sistem ekonomi campuran. Kita harus mengambil yang terbaik dari kapitalisme dan yang terbaik dari sosialisme."  

Merujuk ceritanya tersebut, Prabowo mengatakan, "Saya pikir sekarang berkembang menjadi pemikiran arus utama. Misalnya, ini adalah pemikiran yang sama, seperti jalan ketiga Tony Blair, jalan tengah. Jadi, saya rasa di dunia abad ke-20 atau ke-21, kita tidak bisa memilih satu set pemikiran, satu set filosofi yang cocok untuk semua orang. Haruslah demikian."

Steve menimpali. Dia mengatakan kepada Prabowo,  "Salah satu  yang dalam untuk sampai pada hal-hal spesifik yang telah Anda lakukan di tahun pertama Anda adalah program di mana Anda menghabiskan miliaran dolar untuk menyediakan makan siang sekolah bagi anak-anak. Jelaskan kepada kami apa yang Anda pelajari dari Rockefeller Institute dan yang lainnya, betapa pentingnya makanan bagi anak-anak untuk belajar, tetapi juga apa yang sudah mulai dilakukan oleh komunitas pertanian lokal. Bicara tentang dapur yang sedang didirikan dan sudah mulai berdampak."

Satu Kasus Keracunanpun Tak Dapat Diterima

Steve mengatakan, saat ini, Prabowo 'memberi makan setiap hari' anak-anak dengan populasi yang setara dengan tujuh orang Singapura. Steve meminta penjelasan Prabowo.

Dijelaskan oleh Prabowo, program makanan gratis ini, Makan Bergizi Gratis. Pada dasarnya hal itu terjadi. Prabowo sudah mengemukakannya pada saat kampanye dalam proses pemilihan Presiden. Dikemukakannya, Prabowo telah mencalonkan diri sebagai presiden, lima kali.  "Empat kali saya kalah, terakhir kali saya menang."

 Prabowo menyatakan, yang ingin dia sampaikan adalah, selama lima kampanye ini, dia bepergian ke banyak daerah dan desa.  "Setiap kali saya datang ke desa, saya melihat anak-anak kecil menyapa saya. Mereka datang, berdiri, melambaikan tangan, dan saya bertanya, "Berapa usiamu?. Saya sering terkejut ketika mengira anak laki-laki di depan saya pasti baru berusia 4 tahun karena postur tubuhnya. Dia menjawab, bahwa dia berusia 10 tahun. Dan anak perempuan yang saya kira baru berusia 5 tahun, ternyata berusia 11 tahun. Dan begitu seterusnya. Saya sangat terkejut," ungkap Prabowo.

Prabowo melihat secara langsung dan fisik. "Saya melihat stunting, saya melihat malnutrisi, saya melihat kemiskinan di mata saya, dan sangat sulit bagi orang -orang yang hidup di kalangan elit untuk memahami bahwa anak-anak terkadang hanya bisa makan nasi dengan garam. Itu membuat saya berpikir. Lalu saya ingat sekolah-sekolah di Eropa, Inggris, dan AS menyediakan makanan gratis untuk makan siang," terangnya. Lantas Prabowo membaca tentang Brasil.

"Saya melihat pentingnya melakukan sesuatu, dan kemudian saya menyadari bahwa pendapatan per kapita India lebih rendah daripada Indonesia, namun para pemimpin mereka berani memiliki program makanan gratis untuk anak-anak mereka. Jadi saya berkata kepada tim saya, jika India bisa melakukannya, mengapa Indonesia tidak? Saya pikir India telah melakukannya sejak 2010 dan mereka telah memasukkannya ke dalam undang-undang mereka bahwa makanan gratis wajib bagi anak-anak. Brasil melakukan ini," urai Prabowo.

Jadi, ketika Prabowo mulai merencanakan ini, pada tahun 2023, dan saat itu ada 77 negara yang memiliki program makanan gratis. "Saya katakan Indonesia harus menjadi yang ke-78 atau ke-79. Kami mulai merencanakan dan saya umumkan ini sebagai program kampanye saya, dan kami merancangnya," ungkapnya lagi.

Sekarang, dengan bangga Prabowo mengatakan, "Beberapa jam yang lalu, kami memiliki 11.400 dapur, maaf, 11.900 dapur, dan hari ini kami memberi makan 35,4 juta orang. "Kami memang mengalami masalah... keracunan makanan, tetapi ketika kami menghitung jumlah makanan yang kami berikan, jumlah keracunan makanannya, statistiknya serendah 0,00007," ujarnya.

Namun tidak begitu.. "Maksud saya, bahkan satu kasus keracunan pun tidak dapat diterima. Tetapi, dalam upaya manusia untuk mencapai nol cacat, nol kecelakaan, atau nol kesalahan, menurut saya, hal itu sangat jarang terjadi," urainya sambil menegaskan, bahwa, "Saya tidak mencari-cari alasan."

Mengatasi Kelaparan Anak-anak

Prabowo mengemukakan, "Kami bertekad untuk mencapainya sedekat mungkin dengan nol. Kami telah meningkatkan SOP pengawasan. Kami sekarang membeli peralatan baru, filter untuk air, alat uji untuk makanan, peralatan modern untuk memanaskan air, untuk memanaskan baki yang sedang kami pasang. Jadi kami mencoba meningkatkan semua pengawasan."

Terbabit dengan makanan ini, Steve minta Prabowo menjelaskan apa yang sudah dilakukannya terhadap komunitas pertanian.

"Anda lihat, sekarang kami mengirimkan uang langsung ke dapur. Anda tahu, berlapis-lapis birokrasi. Kami telah melatih 32.000 manajer, semuanya lulusan universitas. Kami melatih mereka selama tiga bulan, kemudian mereka dikerahkan ke desa-desa. Kami memiliki kemitraan dengan yayasan lokal, kelompok lokal, dan pengusaha lokal," ungkap Prabowo.

Menurutnya, inilah kemitraan pemerintah dengan swasta. "Karena yayasan, kelompok lokal, dan beberapa pengusaha, merekalah yang membangun dan menjalankan dapur sesuai dengan spesifikasi dan SOP kami," jelasnya.

Lebih jauh, menurut Prabowo, satu dapur dirancang untuk menyediakan makanan bagi 3.000 anak-anak dan 3.500 hingga 3.800 ibu hamil. "Jadi, yang terjadi adalah satu dapur akan membutuhkan 3.000 telur setiap dua atau tiga hari. Akan membutuhkan 3.000 mentimun, 3.000 wortel, 3.000 tomat, 3.000 potong ayam, dan sebagainya. Jadi, yang terjadi adalah para petani lokal mengetahui, kami memiliki jaminan penerimaan untuk produk kami," urainya.

Lantas Prabowo mengatakan, mereka menanam produk baru. "Kami mendengar banyak cerita, banyak kesaksian, Anda tahu mereka membangun kolam ikan dan mereka yang berada di daerah pesisir meningkatkan produksi ikan mereka, jadi ini sangat menarik. Saya mendapat laporan dari Rockefeller Institute yang dipimpin Roy Cohn," urainya.

Pada bagian lanjut dialognya dengan Steve, Prabowo menyatakan, "Mereka mengatakan, dalam pengalaman mereka mengunjungi banyak negara di dunia dengan program yang sama, bahwa setiap $1 yang dibelanjakan dalam program makanan gratis, pengembaliannya antara $5 hingga $37."

"Inilah yang benar-benar menyemangati saya karena tujuan saya adalah mengatasi kelaparan anak-anak. Itu adalah tujuan pertama saya," ungkapnya | delanova

Editor : delanova | Sumber : Saluran YT Prabowo, Forbes
 
Budaya
14 Okt 25, 20:21 WIB | Dilihat : 125
Masihkah Kita Sungguh Sebangsa Se-Tanah Air ?
21 Sep 25, 20:05 WIB | Dilihat : 396
Pariwisata dan Budaya Masa Depan Ekonomi Iran
06 Sep 25, 09:52 WIB | Dilihat : 466
Merawat Kesadaran Imani Kota Global Berbudaya
Selanjutnya
Energi & Tambang