Haèdar Muhammad
Salah satu watak alias perilaku dalam kehidupan sehari-hari yang tak dipandang elok adalah agul alias sangat suka meninggikan hati, membanggakan diri sambil merendahkan atau mengabaikan orang lain.
Pada pergaulan hidup sehari-hari agul sering berubah bunyi menjadi ngagul, tanpa mengubah makna. Secara kejiwaan, ngagul bisa sebagai penyakit hati yang setara dengan congkak, pongah, dan ujub.
Minda para pengidap ngagul biasanya dipengaruhi oleh presumsi negatif, buruk sangka, dan karib dengan 'katimbang.' Lantaran watak ngagul biasanya sesanding dengan sikap dan aksi ambisius yang dihidupkan oleh gelinjang kehendak berlebihan tentang sesuatu hal. Posisi dalam strata komunitas dan sosial.
Saya menyebut para pengagul yang menyandang kuasa atau posisi tertentu dalam lingkungan sosial, ekonomi, politik, dan budaya sebagai trumpis.
Saya sebut begitu, karena sampai kini, Donald Trump (Presiden Amerika Serikat) sebagai pengagul nomor wahid di dunia.
Belakangan hari, lantaran diumbang lakon 'angkat telor' penjahat perang - Perdana Menteri (PM) zionis Israel Benyamin Netanjahu, Trump sebegitu dokoh (amat berhasrat) beroleh hadiah Nobel Perdamaian 2025. Maka, sebagai machiavellian, Trump melakukan banyak hal yang merugikan banyak bangsa dan negara.
Ngagul Soal Perdamaian
Dengan gembira, ia perintahkan menteri pertahanan (yang kemudian diubah menjadi menteri perang) untuk mengirim rudal balistik ke tiga kota di Iran. Tindakannya itu untuk membantu penjahat perang Netanjahu - zionis Israel yang ketar-ketir mendapat serangan balik Iran.
Serangan balik Iran yang menunjukkan kepada dunia, sistem pengaman iron dome zionis Israel bisa juga lantak oleh rudal misil yang diluncurkannya.
Netanjahu mengojok-ojok Trump, bahwa Iran sedang melakukan pengayaan uranium untuk membuat senjata nuklir. Padahal tidak demikian.
Trump juga menegur Netanjahu lantaran zionis Israel menyerang Suriah dan Qatar, sambil melarang dua negara itu membalas serangan, kendati kedaulatannya dikoyak.
Masih dalam rentang waktu yang sama, Trump juga ngagul, genjatan senjata pasukan Thailand-Kamboja yang bertikai lantaran isu sempadan. Tarung senjata Thailand - Kamboja menempatkan ASEAN dalam posisi genting, sekaligus merontokkan berbagai kesepakatan 'Deklarasi Kuala Lumpur 2025.'
Meski Malaysia, sebagai Ketua presidensi ASEAN 2025, beraksi begitu rupa mendamaikan Thailand - Kamboja untuk mencapai genjatan senjata, Trump spontan 'memuji' PMX Malaysia Anwar Ibrahim, sehingga 'ahli parlemen Tambun' itu 'naik angin.'
Taktik Bandido Astuto
Pada masa bersamaan, secara paralel Trump ngagul dan bicara kepada berbagai kalangan, bahwa perdamaian Thailand - Kamboja tak kan pernah tercapai bila ia tak menekan kedua belah pihak dengan iming-iming menurunkan nilai tarif (sebesar 19 persen) dalam perang dagang yang diwawarnya.
Trump melakukan fait a comply secara tersirat, sehingga mengesankan, upaya PMX Anwar Ibrahim yang berusaha 'menarik rambut dalam tepung' tak kan berhasil, tanpa peran dirinya.
Pun demikian halnya dengan capaian gencatan senjata Palestina (Hamas) dengan zionis Israel. Trump lagi-lagi mencitrakan dirinya dan ngagul, bahwa Gaza Peace Summit di resor Sham el Sheikh, Mesir (13/10/25) tak kan mampu mencapai kesepakatan berdamai tahap pertama, bila dia tidak terlibat.
Trump memainkan taktik bandido astuto (bandit licik) laksana 'kambing punya susu, sapi punya nama,' seolah menjamin perdamaian dunia di Gaza, sambil cuek dan membiarkan rezim zionis Israel terus menguasai wilayah pendudukan di tepi Barat.
Bahkan sangat terkesan, dia membiarkan penjahat perang terus berusaha mewujudkan mimpi dan ambisinya melenyapkan Palestina dan mewujudkan Israel Raya. Termasuk melibatkan anak - menantu Trump memainkan peran dalam rekonstruksi Gaza.
Sifat dan sikap ngagul Trump dengan citra sebagai penentu utama dalam perdamaian dan stabilitas Asia Tenggara di forum ASEAN Summit - Kuala Lumpur bulan (Oktober) ini. Kendati kali ini dengan 'nada rendah,' karena pengaruh Tiongkok belum sepenuhnya bisa dia reduksi.
Terus Ngagul
Bila para pemimpin ASEAN tak berpijak di bumi -- khasnya PMX Anwar Ibrahim dan PM Thailand Anutin Charnvirakul -- tak sungguh cendekia menyikapi taktik bandido astuto Trump, Asia Tenggara bakal mengalami instabilitas.
Apalagi, Kamboja di bawah kepemimpinan Hun Hanet dengan militer dan ekonominya yang lebih lemah, telah memuji -- secara terbuka -- peran Trump dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di Asia Tenggara.
PM Hun Hanet pun telah menegaskan komitmennya untuk memilih jalan diplomatik berbasis hukum internasional bagi 'penyelesaian sengketa secara damai.' Dia menjamin, Kamboja tidak akan menggunakan kekuatan, seraya mendesak 'ketulusan' dalam forum perundingan dan keadilan atas klaim teritorial.
Trump bakal terus ngagul tentang peran diri dan negaranya di Gaza, Ukraina, dan sempadan Thailand - Kamboja. Sekaligus menghitung jeli matematika perang dagang untuk kepentingannya, ttanpa kecuali dalam merespon dini perubahan geo politik dan geo ekonomi strategis yang bergerak ke Indo-Pasifik.
PMX Anwar Ibrahim yang juga senang ngagul, boleh jadi akan rungsing menghadapi situasi. Tun Dr. Mahathir sudah mewanti-wanti untuk tidak sepenuhnya percaya pada lakon yang dimainkan Trump.
Penghujung bulan lalu (30/9/25) Tun Mahathir lantang bicara melalui pesan videotik, bahwa AS di bawah kepemimpinan Trump merupakan dalang utama di balik genosida yang dilakukan oleh zionis Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Tun merujuk pada sikap dan tindakan sejumlah negara Eropa, khasnya Inggris, Prancis, Spanyol dan beberapa sekutu AS lainnya menentukan sikap berbeda dengan AS. Lagi pula, Majelis Umum PBB ke 80 (23-27/9/25) telah menunjukkan, lebih dari 150 negara anggota PBB mengakui Palestina sebagai negara merdeka berdaulat.
Dilema di Persimpangan Zaman
Mantan menteri Hukum Malaysia Zaid Ibrahim lewat unggahan di akun X-nya menyebut, kehadiran dan berperannya Trump dalam KTT ASEAN kelak, memberi kesan, PMX Anwar Ibrahim sebagai Ketua presidensi ASEAN bakal mempermalukan para petinggi ASEAN di hadapan lebih 300 juta (muslim) rakyatnya.
Zaid menilai, PMX Anwar Ibrahim mengabaikan fakta, bagaimana ratusan juta rakyat di dunia telah beraksi merutuk Trump dan penjahat perang Netanyahu yang menggerakkan genosida dan penjajahan atas Palestina.
'Teriakan' Tun Mahathir agaknya bakal diabaikan PMX Anwar Ibrahim. Pemerintahan Madani yang ia pimpin akan bersikap 'biarkan anjing menggonggong kafilah tetap berlalu,' kendati akan menghadapi dilema di persimpangan zaman.
Di satu sisi bakal memberikan peluang bagi Trump untuk ngagul selepas KTT ASEAN Kuala Lumpur, di sisi lain juga kudu 'pandai-pandai tupai' merawat hubungan dengan Xi Jin Ping dan Putin.
PM X Anwar Ibrahim mangkreng dan tak goyah. Ia berkilah, KTT ASEAN menyediakan platform penting bagi Malaysia untuk menyuarakan keprihatinan atas Palestina dan Gaza, seraya merawat hubungan diplomatik.
Kata dia, Malaysia harus bersikap strategis, menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa harus mengabaikan kepentingan ekonomi. Khasnya ekspor semikonduktor bernilai miliaran dolar ke AS yang mendukung ribuan lapangan kerja di Malaysia. Ini modal pengagul untuk melanggengkan kekuasaannya yang sedang dihadang gerakan "Turun Anwar." |