Komunikasi Hati

Acungkan Jempolmu

| dilihat 9511

BANYAK cara menyampaikan apresiasi kepada staf. Salah satu yang paling sederhana dan bisa dilakukan setiap pemimpin di level manapun, adalah mengacungkan jempol tangan kanan. Meski secara fungsional, jempol relatif sama dengan jari jemari lain, tapi dalam proses interaksi di dalam organisasi, jempol punya makna yang berbeda. Bahkan berbanding diametral dengan kelingking.

Suatu tim manajemen yang sukses mendorong kinerja dan memberikan kontribusi besar terhadap keseluruhan kinerja perusahaan, bersuka cita ketika mendapat acungan jempol dari pemimpinnya. Acungan jempol mentransfer daya psikologi luar biasa, yang segera memotivasi seluruh anggota tim untuk terus meningkatkan prestasinya. Hebat! Hebat!

Sebaliknya tim yang gagal menciptakan kondisi terbaik kinerja perusahaan atau kalah dalam berkompetisi dengan tim lain, merasa terpuruk sangat teruk, ketika pemimpin mereka mengacungkan jari kelingking yang ‘ditekan ke bawah berulang-ulang’. Payah! Payah!

Jempol juga kita pergunakan untuk menandai berakhirnya kerja tim menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sukses. Paling tidak sesuai dengan kehendak kolektif. Ketua tim akan mengacungkan jempolnya tinggi-tinggi memberi isyarat pekerjaan selesai dengan baik.

Sekali sekala cobalah perhatian dengan seksama jempol jemari tangan kita. Bentuknya berbeda dengan jemari lain. Hanya terdiri dari dua ruas dan agak gemuk. Karenanya disebut ibu jari.

Dalam proses komunikasi non verbal, jempol lebih diterima dengan sukacita katimbang telunjuk dan kelingking. Jempol digunakan dalam suasana senang, dan merupakan medium yang mempersatukan pengertian atas pesan yang hendak disampaikan tanpa kata.

Acungan jempol kanan menjadi tanda positif, lantaran digerakkan oleh kondisi otot yang ringan dan lentur. Karena apresiasi yang disampaikan dengan ikhlas terhadap kinerja orang lain, menurut Joan Lunden, seorang ahli komunikasi, akan merilekskan otot. Berbeda dengan kemarahan dan kebencian, yang selalu akan membuat otot menjadi tegang.

***

PEMIMPIN yang bijak mengacungkan jempolnya kepada staf dan memperoleh kontribusi sangat besar terhadap kinerja timnya, lalu mendapatkan sesuatu yang seringkali tak pernah ia duga sebelumnya. Hal itu terjadi, karena saat seorang pemimpin mengacungkan ibu jarinya, ia sedang mentransfer energi positifnya kepada orang lain.

Herb Baum, chief executive officer DIAL Corporation, menyebutkan, sukses yang diraihnya lebih banyak ditopang oleh keberhasilannya berkomunikasi dengan staf, termasuk komunikasi non verbal. Pengalamannya menunjukkan, acungan jempol yang ia berikan kepada staf, memberi added value atas proses komunikasi yang dia lakukan. Dia bilang, mengacungkan jempol merupakan bagian efektif dalam berkomunikasi.

Komunikasi itu sendiri, bagi Baum, adalah segalanya. Karena komunikasi merupakan satu kesatuan strategi kepemimpinan yang transparan dari eksekutif manapun. Dan setiap pemimpin yang baik, selalu berusaha menjadi komunikator yang baik, tanpa harus selalu mengumbar kata-kata.

Jangan gigit jempolmu |

Carly Fiorina, CEO Hewlett-Packard (HP), yang mengambil alih situasi buruk dan mengubahnya menjadi nilai tambah bagi perkembangan HP merasakan benar manfaat acungan jempol tangan kanannya. Lantaran acungan jempol telah membuat kondisi yang menjadi ladang persemaian amat subur bagi berkembangnya daya-cipta dan kreativitas seluruh direksi, manajer, dan stafnya. Kemudian, mengubah kondisi dissatisfactory faction menjadi suasana kerja yang gembira.

Kondisi itulah yang membuat kinerja perusahaan membaik dan paradigma perubahan ke arah yang lebih baik, terus berkembang. Apresiasi terhadap staf di seluruh lapisan, akan menjadi kekuatan besar untuk melakukan transformasi yang membawa produktivitas.

Ibrahim Elfiky, salah satu maestro motivator kelas dunia, memandang acungan jempol sebagai ekspresi kekuatan afkar – keunggulan berfikir yang besar. Di dalamnya tersimpan daya yang dihasilkan oleh pikiran positif untuk mengubah keadaan selalu menjadi lebih baik. Bagaimana dengan jempol Anda? Sudah dipergunakan lebih baik?

Acungkan  dan jangan gigit jempolmu !|

Editor : N Syamsuddin Ch. Haesy | Sumber : foto-foto: dari berbagai sumber
 
Lingkungan
03 Mar 24, 09:47 WIB | Dilihat : 248
Ketika Monyet Turun ke Kota
22 Jan 24, 08:18 WIB | Dilihat : 474
Urgensi Etika Lingkungan
18 Jan 24, 10:25 WIB | Dilihat : 465
Penyakit Walanda dan Kutukan Sumber Daya
06 Jan 24, 09:58 WIB | Dilihat : 438
Pagi Lara di Haurpugur
Selanjutnya
Energi & Tambang