Spirit Multipolar di Tengah Pusaran Global (1)

Urun Rembug Lima Pemimpin Negara di Petersburg

| dilihat 503

Forum Ekonomi Internasional  (SPIEF) 2025 yang digelar Republik Federasi Rusia (SPIEF) 2025 di ExpoForum Convention and Exhibition Centre - St. Petersburg, Rusia (Rabu - Sabtu 18-21/6/25) mengekspresikan komitmen terhadap perubahan mendalam kerangka kerja sama internasional.

Forum yang mengusung tema nilai bersama sebagai fondasi pertumbuhan di dunia multipolar tersebut, menghadirkan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto; Wakil Perdana Menteri Tiongkok Ding Xuexiang, dan Utusan Raja Bahrain, Shaikh Nasser bin Hamad Al Khalifa, Wakil Presiden Afrika Selatan Shipokosa Paulus Mashatile, para utusan Kepala Negara, wakil-wakil pemerintah dan kalangan sektor swasta sebagai tamu kehormatan.

Para undangan kehormatan, masing-masing melakukan dialog dan pembicaraan khas dengan Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, Istana (Musim Dingin) Konstantinovsky, St. Petersburg. Pertemuan khas itu dilakukan sebelum dan sesudah sesi pleno SPIEF2025. Presiden Putin, Presiden Prabowo, Wakil PM Ding, Ketua Garda Bahrain Nasser, dan Wakil Presiden Mashatile di tengah seolah berada di tengah pusaran spirit baru multipolar dunia.

Presiden Prabowo bertemu sehari sebelum sesi Pleno I SPIEF2025. Pada pertemuan tersebut Presiden Prabowo menyaksikan sejumlah menteri dan petinggi anggota delegasi melakukan penanda-tanganan nota kesepahaman  komitmen kerjasama strategis dua negara.

Presiden Prabowo berulang kali mengucapkan terima kasih kepada Presiden Putin yang telah mengundangnya dan menjadi tamu kehormatan di forum ekonomi bergengsi tersebut. Tanpa kecuali terima kasih atas dukungan Republik Federasi Rusia, sehingga Indonesia menjadi anggota BRICS (Brazil, Russia, India, China, dan South Africa).

Nilai-nilai Bersama

Ucapan terima kasih itu memang patut disampaikan Presiden Prabowo karena dengan masuk ke dalam perikatan kemitraan strategis antar negara besar, banyak peluang kemajuan yang bisa diraih Indonesia.

Pun demikian halnya dengan peluang bicara di SPIEF2025. Apalagi forum ekonomi tersebut fokus pada isu-isu utama global, termasuk pembangunan berkelanjutan, inovasi, dan kerja sama internasional di bidang energi, teknologi, pendidikan tinggi.

Nilai-nilai bersama sebagai fondasi pertumbuhan di dunia multipolar yang menjadi tema SPIEF-2025 yang digelar Roscongress tersebut, menurut dirancang matang sebagai ajang tukar menukar pemikiran dan gagasan kerjasama ekonomi dan politik. Sekaligus sebagai ajang penting bagi Indonesia sebagai warga global.

Di sisi lain, SPIEF2025 membahas pula berbagai aspek pemikiran dan gagasan di sebalik proses ekonomi dan politik yang terus berkembang pesat dan telah mengubah lanskap global. Setarikan nafas, merespon aktif sistem hubungan internasional baru yang sedang berkembang.

Forum kerjasama strategis tersebut dibangun di atas prinsip-prinsip kedaulatan, kemitraan yang setara, adil dan dengan penghormatan terhadap kepentingan nasional.

Secara khas, forum juga membahas perubahan asasi ihwal model tatanan global neokolonial yang sudah ketinggalan zaman. Berganti dengan sistem ekonomi dan politik yang multipolar: interaksi antar negara yang bebas dan setara antar negara yang banyak faedahnya.

Platform Peting Diskusi Global

Forum ini digelar setiap tahun, sejak 1997 dan berada di bawah naungan serta dukungan Presiden Putin sejak 2006. SPIEF 2025 dihadiri 20.000 tamu dari 140 negara.

Sesi pleno dipandu oleh Nadim Daoud Koteich, seorang jurnalis senior, General Manager sekaligus host presenter di Sky News Arabia.

Pada sesi Pleno, Presiden Putin menjadi pembicara pertama, disusul Presiden Indonesia Prabowo Subianto, Utusan Raja - Komandan Garda Kerajaan Bahrein Shaikh Nasser bin Hamad Al Khalifa, Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Ding Xuexiang, dan Wakil Presiden Republik Afrika Selatan Paul Mashatile.

Menurut Nadim, Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg telah berulang kali membuktikan dirinya sebagai platform penting untuk diskusi seputar ekonomi global, tren global, dan geopolitik.

Saat mengawali sesi panel itu, Nadim mengatakan, "Ini adalah panel yang sangat menarik, jika Anda melihat struktur panelnya. Kita memiliki Tiongkok, kita memiliki Indonesia – negara yang sangat penting di ASEAN. Kita memiliki Rusia, kita memiliki Bahrain – negara GCC yang sangat penting dan dinamis, dan kita memiliki Afrika Selatan, yang merupakan anggota pendiri BRICS."

Nadim berkelakar sekejap. "Masih ada orang yang mengatakan Vladimir Putin terisolasi. Jadi, saya tidak tahu, jika panel ini mengatakan sesuatu, betapa multipolarnya dunia ini," ujarnya. Lalu mempersilakan Presiden Putin bicara.. mengawali panel sesi pleno itu. | tique

Editor : delanova | Sumber : TASS, XINHUA dan sumber lain
 
Polhukam
15 Okt 25, 19:16 WIB | Dilihat : 116
Penghargaan Nobel Perdamaian Machado Harus Dibatalkan
15 Okt 25, 19:11 WIB | Dilihat : 115
Maria Corina Machado Bukan Pejuang Demokrasi
08 Okt 25, 11:52 WIB | Dilihat : 271
Hubungan Malaysia Indonesia Kian Hangat dan Mesra
04 Okt 25, 20:21 WIB | Dilihat : 329
Global Sumud Flotila Menerjang Badai Dusta
Selanjutnya
Sporta