Syafakilah Bu Ani Bambang Yudohoyono

| dilihat 1612

Sem Haesy

Luar biasa. Untuk mereka yang mengenal Bu Hj. Ani Bambang Yudhoyono, mengikuti perkembangan perawatannya di NUH (National University Hospital) Singapura, kita memperoleh edukasi yang sangat berharga. Apalagi, mereka yang pernah mengalami situasi yang kini dialami Bu Ani, Pak SBY, dan keluarganya.

Secara pribadi, saya masih masygul, karena belum sempat datang menjenguk. Saya berpengalaman, selama lima belas tahun mendampingi istri yang mengalami situasi seperti yang dialami Bu Ani. Lima belas tahun berproses, mulai dari melawan sampai mengendalikan cancer yang diidapnya dengan keberanian dan kedisiplinan luar biasa.

Bu Ani, yang saya kenal adalah seorang yang mempunyai daya juang dan spirit luar biasa dalam mengatasi persoalan. Acap mendoakannya, saya selalu percaya, Bu Ani mempunyai daya ekstra menghidupkan dan memelihara optimisme di dalam dirinya.

Selama beberapa tahun berinteraksi dengan Bu Ani, saya beroleh berbagai pelajaran hidup sangat penting. Mulai dari sikap awareness, enthusiasm, sympathy, empathy, apreciation, respect, dan love.

Sebagai istri seorang prajurit, Bu Ani memainkan perannya sebagai madrasatul ula' - pendidik pertama dan utama anak-anaknya (Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudoyono). Selain bersama Pak SBY, beliau sendiri yang mengalirkan prinsip-prinsip dasar demokrasi kepada Agus dan Ibas.

Dari Bu Ani saya belajar bagaimana mengembangkan awareness menjadi consiousness untuk memainkan peran insani untuk mencapai prinsip khairunnaas anfaauhum lin naas, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi banyak manusia lain. Saya juga belajar bagaimana Bu Ani mengelola enthusiasm menjadi spirit. Terutama dalam menghadapi persoalan pelik, tak hanya persoalan-persoalan besar terkait masyarakat - negara - bangsa, bahkan terkait dengan keluarga dan diri pribadi.

Bu Ani dan Pak SBY selama beberapa tahun, itu dengan gaya hidup yang egaliter, memandang orang lain secara ekuit dan ekual, dan selalu cenderung melihat orang lain sebagai insan sepenuhnya, tidak berdasarkan status dan simbol yang melekat pada dirinya.

Inilah yang saya lihat dan rasakan, Bu Ani mampu menghidupkan dan memelihata simpati dan empati secara murni, sejak berinteraksi dengan derita banyak orang di Alor dan Aceh (2004), Merapi (2010) dan di banyak tempat selama beberapa tahun. Termasuk bagaimana Bu Ani mesti menghadapi para isteri prajurit yang suaminya bertugas di medan konflik. Khasnya Timor Timur, jauh sebelum Allah mentakdirkannya menjadi Ibu Negara.

Simpati dan empati itu berbuah kebajikan yang dirasakan, bahkan oleh tetangga, di mana saja tinggal. Ketika tinggal di rumah dinas di kompleks Bulak Rantai, misalnya, keberadaan Bu Ani sangat dirasakan oleh lingkungan sosialnya.

Suatu ketika, saat terjadi letusan Gunung Merapi, saya mengamati khas yang dilakukan dan diucapkannya. Bu Ani tidak hanyut dalam duka, melainkan memberikan semangat menemukan jalan keluar. Memberi jalan kebangkitan, termasuk mengolah daya dan potensi kreatif yang dimiliki ibu-ibu korban bencana alam. Termasuk mengubah minda (mindset) untuk tetap kreatif dan produktif dalam keterbatasan. Termasuk mengidentifikasi produk yang dihasilkan, sehingga dapat menemukan narasi produk yang akan menjadi nilai lebih.

Merespon yang dilakukan Bu Ani di Magelang, itu saya menulis artikel kecil bertajuk Emphaty Branding, suatu gagasan baru yang bisa direspon oleh kalangan berpunya dan korporasi (termasuk BUMN) dalam melakukan aksi pilantropi di daerah bencana. Tak berhenti hanya pada kebiasaan reguler Corporate Social Responsibility (CSR), melainkan Corporate Community Responsibility (CCR) dan bermuara pada Corporate Cultural Responsibility (CCuR).

Bu Ani langsung merespon cepat. Pagi-pagi sekali, ketika artikel itu terbit, Bu Ani sudah mengirim sms (pesan pendek) ke bimbit (handphone) saya, mengucapkan terima kasih dan apresiasi karena menurutnya, tulisan itu telah menginspirasi untuk melakukan percepatan pemulihan sosial berdimensi ekonomi.

Apresiasi semacam itu ditebarkan Bu Ani ke banyak kalangan, dalam berbagai pertemuan resminya sebagai Ibu Negara kepada banyak kalangan, khasnya kaum perempuan. Bu Ani adalah seorang motivator yang menyenangkan. Terutama, ketika kita sedang mengalami masalah. Bu Ani dengan caranya (kadang bercanda) memberi solusi-solusi.

Setiap mendampingi Pak SBY dalam kunjungan kenegaraan ke luar negeri, Bu Ani tak pernah luput melontarkan ide-ide yang menarik untuk dikembangkan. Suatu hari, dalam perjalanan pulang dari New York, ketika transit di Roma, dalam lingkungan bandara, sambil menunggu pesawat isi avtur, beliau berada di sudut busana anak-anak.

Saya yang baru saja usai ngobrol dengan Duta Besar August Parengkuan melintas, Bu Ani memanggil. "Pak Sem, ada yang bagus dan murah tuh untuk cucu," ujarnya. Lalu memilihkan satu setel pakaian untuk cucu saya, dan Bu Ani melarang saya membayar. "Biar saya saja," katanya.

Bu Ani mempunyai respek yang tinggi kepada banyak orang. Sikap respek itu yang kemudian menjadi inspirasi beliau menggagas dan mengembangkan program peningkatan kecerdasan untuk masyarakat. Termasuk menggagas program Indonesia pintar. Antara lain melalui perpustakaan keliling berupa mobil pintar dan motor pintar. Termasuk memberikan motivasi tentang pengembangan literasi.

Sikap respek inilah yang mendorong beberapa teman dan saya melakukan program 'sumbang buku,' untuk sekolah-sekolah yang mengalami keterbatasan. Program ini, membuka mata saya, ketika akhirnya tahu, bahwa di Jakarta (persisnya di lingkungan Kemang) ternyata ada sekolah yang menampung anak-anak dhuafa, termasuk anak-anak pemulung.

Program lain yang juga mengekspresikan sikap respek adalah program menanam dan memelihara pohon. Dalam suatu kesempatan berbincang dengannya, Bu Ani memberikan gambaran menyeluruh tentang program itu.  Bu Ani memberikan gambaran menarik tentang nilai lebih kodrati kaum perempuan.

Tak hanya sebagai insan yang disiapkan Tuhan untuk menjalankan fungsi managerial dan pendidikan, tetapi juga sebagai bagian dari muhasabah diri tentang proses kehidupan insaniah, termasuk bagaimana memelihara keseimbangan hubungan manusia - alam dan Tuhan.

Bu Ani dan Pak SBY hidup dalam cinta dan kasih sayang yang tulus dan murni. Suatu ketika, Pak SBY bercerita tentang ekspresi cinta Bu Ani dalam berbagai situasi. Salah satu ekspresi cinta yang ditunjukkan Bu Ani adalah wirid dan do'a selepas salat tahajjud tengah malam.

Hal itu terus dilakukan Bu Ani, bahkan ketika tinggal di Istana Negara. Tanpa diminta, Bu Ani melakukan komunikasi dengan Tuhan, setiapkali faham situasi yang sedang dihadapi dan menimpa Pak SBY dan keluarganya.

Doa yang dibacakan mengalir bersama doa yang mewujud dalam airmata. Terlalu banyak hal dan cerita yang sangat menarik dari Bu Ani dan Pak SBY. Termasuk bagaimana sikap dan tindakan yang mesti diambil ketika menghadapi fitnah. Pun, ketika sedang menghadapi cobaan. Terutama, karena Bu Ani dan Pak SBY menempatkan jabatan dan karir tak lepas dari amanah sekaligus ujian dari Allah SWT.

Ini yang kemudian meyakinkan saya, dalam setiap do'a untuknya, bahwa Bu Ani akan mampu melewati ujian yang sedang dialaminya kini. Beribu bahkan mungkin berjuta do'a tulus yang dikirimkan berbagai kalangan, akan menjadi energi kesembuhan dan penyembuhan tersendiri.

Saya juga yakin, Allah sangat menyintai dan menyayanginya. Kecintaan penuh Pak SBY kepada Bu Ani, sebagaimana halnya kecintaan seluruh anak, menantu, dan cucunya akan menjadi miracle door bagi kesembuhannya. Terutama, karena sabar dan salat telah menjadi busana kehidupan Bu Ani dan Pak SBY.

Saya berikhtiar untuk datang menjenguk dan mendoakan langsung beliau, dan banyak kalangan ingin melihat dan merasakan senyum Bu Ani, sebagaimana Pak SBY, anak, menantu, cucu, dan sanak saudaranya selalu ingin melihat Bu Ani menggelar kehidupannya sebagai sajadah keikhlasan.

Syafakillah syifaan ajilan, Bu Ani. |   

Editor : Web Administrator
 
Budaya
09 Des 23, 08:03 WIB | Dilihat : 634
Memaknai Maklumat Keadaban Akademi Jakarta
02 Nov 23, 21:22 WIB | Dilihat : 784
Salawat Asyghil Menguatkan Optimisme
12 Okt 23, 13:55 WIB | Dilihat : 751
Museum Harus Bikin Bangga Generasi Muda
Selanjutnya
Sporta
07 Jul 23, 08:50 WIB | Dilihat : 1096
Rumput Tetangga
Selanjutnya