Menyimak Sidang Majelis Umum PBB ke 80 (2)

Prabowo Siap Kirim Pasukan Perdamaian Dunia

| dilihat 170

Penampilan perdana Presiden Prabowo Subianto di sesi debat Sidang Majelis Umum PBB ke 80, membayar lunas kerinduan berbagai kalangan, khsnya diaspora di berbagai belahan dunia, khasnya di Amerika Serikat. Pelunasan tersebut, juga lantaran performa  Presiden Prabowo di jelang akhir pidatonya dengan gestur yang menandai 'satria turun gelanggang,' mengekspresikan pemikiran, sikap, dan rencana aksi yang benderang (baca: Artikulasi Pancasila dalam Pidato Perdana Presiden Prabowo)

Pada bagian lain pidatonya yang dalam beberapa bagian mendapat applause dan standing occation dari khalayak, Presiden Prabowo mengemukakan banyak hal. Mulai dari misi perdamaian PBB, pesan dan harapan ihwal peran PBB, populasi penduduk dunia dan dampaknya terhadap ketahanan pangan, perubahan iklim, aksi mencapai zero nett emision, bencana kemanusiaan yang 'menikam' Gaza, dan tuntutan peradaban, sejarah kehidupan.

Dalam konteks misi perdamaian PBB di kawasan-kawasan konflik, Presiden Prabowo menjelaskan peran Indonesia. "Saat ini, Indonesia adalah salah satu penyumbang terbesar pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa," tegasnya. "Kami percaya pada PBB. Kami akan terus mengabdi di mana perdamaian memerlukan penjaga, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan pasukan di lapangan," ungkapnya kemudian.

Tegas dan lantang, Presiden Prabowo menyatakan, "Jika dan ketika Dewan Keamanan PBB dan majelis agung ini memutuskan, Indonesia siap mengerahkan 20.000 atau bahkan lebih, putra dan putri kami untuk membantu mengamankan perdamaian di Gaza atau di tempat lain. Di Ukraina, di Sudan, di Libya, di mana pun perdamaian perlu ditegakkan. Perdamaian perlu dijaga, kami siap. Kami akan menanggung beban kami. Tidak hanya dengan putra dan putri kami, kami juga bersedia berkontribusi secara finansial untuk mendukung misi besar PBB untuk mencapai perdamaian."

Presiden Prabowo pun menyampaikan kepada khalayak di majelis umum PBB tersebut, pesan harapan dan optimisme ihwal peran PBB, berlandaskan tindakan dan eksekusi. Peran PBB sebagaimana mengemuka dalam pidato Baerbock dan Guterres sebelumnya. "Ya, apa yang beliau katakan memang benar. Tanpa PBB, akankah kita berada di sini hari ini? Akankah kita duduk di aula besar ini? Tanpa PBB, kita tidak akan aman. Tidak ada negara yang dapat merasa aman," tegasnya, penetratif.

"Kita memerlukan PBB dan Indonesia akan terus mendukung PBB, meskipun kita masih berjuang. Namun kita tahu dunia memerlukan PBB yang kuat," tegasnya.

Indonesia Swasembada Beras

Pada bagian lain pidatonya, Presiden Prabowo mengingatkan perihal populasi dunia yang terus bertambah. "Planet kita sedang berada di bawah tekanan," ungkapnya. Lantas mengemukakan ihwal ancaman krisis pengan, energi, dan air. Ia mengemukakan, "Ketidakamanan pangan, energi, dan air menghantui banyak negara."

Dalam merespon situasi tersebut, dalam konteks Indonesia, ia mengemukakan, "Kami memilih untuk menjawab tantangan ini secara langsung di dalam negeri dan membantu di luar negeri sebisa mungkin. Tahun ini, Indonesia mencatat produksi beras dan cadangan gabah tertinggi dalam sejarah kita. Kami sekarang, swasembada beras. Kami mulai mengekspor beras ke negara-negara lain yang memerlukan, termasuk menyediakan beras untuk Palestina."

Kami sedang membangun rantai pasok pangan yang tangguh, kata Presiden Prabowo. "Memperkuat produktivitas petani, dan berinvestasi dalam pertanian cerdas iklim untuk memastikan ketahanan pangan bagi anak-anak kami dan anak-anak di seluruh dunia. Kami yakin dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia," paparnya kemudian.

Dikatakannya juga, "Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kami bersaksi di hadapan Anda bahwa kami telah merasakan dampak langsung dari perubahan iklim, khususnya ancaman kenaikan permukaan air laut. Permukaan air laut di pesisir utara ibu kota kami meningkat 5 cm setiap tahun. "Bisakah Anda bayangkan dalam 10 tahun? 20 tahun? Untuk ini, kami 'terpaksa' membangun tembok laut raksasa sepanjang 480 kilometer. Mungkin butuh waktu 20 tahun. Tapi kami tidak punya pilihan. Kami harus mulai sekarang," katanya.

Dia mengemukakan, "Kami memilih untuk menghadapi perubahan iklim bukan dengan slogan, tetapi dengan langkah-langkah segera. Kami berkomitmen untuk memenuhi kewajiban Perjanjian Paris 2015. Lalu, ia mengemukakan, "Kami bertujuan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Dan kami sangat yakin dapat mencapai emisi bersih (nett zero emision) jauh lebih awal.

"Kami bertujuan untuk mereboisasi lebih dari 12 juta hektar hutan terdegradasi. Guna mengurangi degradasi hutan dan memberdayakan masyarakat lokal dengan lapangan kerja hijau berkualitas untuk masa depan."

Indonesia, ungkap Presiden Prabowo, sedang beralih secara signifikan dari pembangunan berbasis bahan bakar fosil menuju pembangunan berbasis energi terbarukan. Dia menekankan, "Mulai tahun depan, sebagian besar kapasitas pembangkit listrik tambahan kami akan berasal dari energi terbarukan. Tujuan kami jelas, untuk mengangkat seluruh warga negara kami keluar dari kemiskinan dan menjadikan Indonesia pusat solusi ketahanan pangan, energi, dan air."

Presiden mengambil jeda sekejap. Lantas mengemukakan, "Kita hidup di masa ketika kebencian dan kekerasan tampaknya menjadi suara yang paling keras. Namun di balik kebisingan ini terdapat kebenaran yang lebih tenang bahwa setiap orang mendambakan rasa aman, dihormati, dicintai, dan mewariskan dunia yang lebih baik kepada anak-anak mereka." Anak-anak kita sedang menyaksikan. Mereka belajar kepemimpinan bukan dari buku teks, melainkan dari pilihan kita.

Ia pun mengemukakan realitas bencana kemanusiaan di Gaza. "Saat ini, situasi bencana di Gaza masih terbentang di depan mata kita. Saat ini, orang-orang tak berdosa menangis minta tolong, menangis untuk diselamatkan. Siapa yang akan menyelamatkan mereka? Siapa yang akan menyelamatkan yang tak berdosa? Siapa yang akan menyelamatkan para lansia dan perempuan?" tanya Presiden Prabowo.

Ia melanjutkan, "Jutaan orang menghadapi bahaya saat kita duduk di sini. Mereka menghadapi trauma. Menghadapi kerusakan yang tak tergantikan pada tubuh mereka. Sekarat karena kelaparan. Bisakah kita tetap diam? Akankah tak ada jawaban atas jeritan mereka? Akankah kita mengajari mereka bahwa umat manusia dapat bangkit menghadapi tantangan ini?" Sisi kedalaman insaniah yang mengemuka dari Presiden Prabowo ini, menggugah khalayak.

Mimpi Indah yang Harus Diwujudkan

Selaras dengan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakannya, itu ia mengemukakan, "Banyak pembicara telah mengatakan bahwa kita harus memperjuangkan tatanan multilateral di mana perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bukanlah hak istimewa segelintir orang, melainkan hak semua orang."

Presiden Prabowo yakin, dengan PBB yang kuat, kita dapat membangun dunia, dimana kaum lemah menderita (atas) apa yang seharusnya tidak mereka derita, tetapi menjalani keadilan yang pantas mereka dapatkan.

"Mari kita lanjutkan perjalanan cita-cita agung umat manusia, aspirasi tanpa pamrih yang menciptakan PBB. Marilah kita gunakan ilmu pengetahuan untuk mengangkat, bukan untuk menghancurkan. Biarkan bangsa-bangsa yang sedang bangkit membantu bangsa-bangsa lain untuk mengangkat diri mereka sendiri," paparnya.

Selepas jeda sekejap, ia melanjutkan, "Saya yakin bahwa para pemimpin peradaban dunia yang besar, peradaban Barat, Timur, Utara, Selatan, para pemimpin Amerika, Eropa, India, Tiongkok, dunia Islam, seluruh dunia.. akan bangkit untuk peran yang dituntut oleh sejarah"

"Kita berharap para pemimpin dunia akan menunjukkan kenegarawanan dan kebijaksanaan yang agung, pengendalian diri, kerendahan hati, mengatasi kebencian, mengatasi kecurigaan," ungkapnya.

Lantas, Presiden Prabowo mengemukakan, "Kami sangat berbesar hati dengan peristiwa-peristiwa beberapa hari terakhir, dimana negara-negara terkemuka dunia telah memilih untuk berpihak pada sejarah, memilih sisi sejarah yang benar. Jalan moral yang luhur, jalan kejujuran, jalan keadilan, jalan kemanusiaan, untuk menjauhi kebencian, mengatasi kecurigaan, dan menghindari penggunaan kekerasan."

Dikemukakannya, "Penggunaan kekerasan akan tetap menjadi kekerasan. Tidak ada satu negara pun yang dapat menindas seluruh komunitas umat manusia. Kita mungkin lemah secara individu, tetapi rasa penindasan, rasa ketidakadilan telah membuktikan dalam sejarah umat manusia bahwa semuanya akan bersatu menjadi kekuatan yang kuat yang akan mengatasi penindasan ini, yang akan mengatasi ketidakadilan ini."

Memungkas pidatonya, Presiden Prabowo mengemukakan, "Saya ingin menegaskan kembali dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara di Palestina. Kita harus memiliki Palestina yang merdeka, tetapi kita juga harus mengakui, menghormati, dan menjamin keselamatan dan keamanan Israel." Ia percaya, "Hanya dengan begitu, kita dapat memiliki kedamaian sejati, dan tidak ada lagi kebencian dan kecurigaan."

Menurut Presiden Prabowo, solusi dua negara ini merupakan satu-satunya solusi. "Dua keturunan Abraham harus hidup dalam rekonsiliasi, damai, dan harmoni. Arab, Yahudi, Muslim, Kristen, Hindu, Buddha, semua agama, ... harus hidup sebagai satu keluarga manusia. Indonesia berkomitmen untuk menjadi bagian dalam mewujudkan visi ini."

Ia bertanya dan menjawab sendiri pertanyaan itu. "Apakah ini mimpi? Mungkin. Tetapi inilah mimpi indah yang harus kita perjuangkan bersama. Mari kita bekerja menuju tujuan mulia ini. Mari kita lanjutkan perjalanan harapan umat manusia. Sebuah perjalanan yang dimulai oleh para leluhur kita. Perjalanan yang harus kita selesaikan."

Satu keluarga manusia yang dilontarkan Presiden Prabowo, melekat di benak. Ada harapan di dalamnya. Akankah kelak, demokrasi kita pahami sebagai cara mencapai harmoni kemanusiaan? | jeanny

Editor : delanova | Sumber : UN