Genosida kemanusiaan, tanpa kecuali genosida ekonomi yang melibatkan 60 perusahaan global pendukung zionis Israel, dan genosida budaya yang melantakkan nilai dan norma kehidupan asasi: simpati, empati, apresiasi, respek dan cinta bukan lagi pernyataan politik.
Apa yang dikemukakan Francesca Albanese - Pelapor PBB untuk Palestina, di berbagai tempat dan kesempatan, terkonfirmasi dari penjelasan Program Pangan Dunia - WFP(World Food Programme).
WFP adalah organisasi bentukan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)yang secara khas memberikan bantuan dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa. Menggunakan bantuan pangan sebagai salah satu cara membangun perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan bagi mereka yang pulih dari konflik, bencana, dan dampak perubahan iklim.
Dalam percakapan via zoom dengan Asosiasi Koresponden PBB yang dipandu Stefan Senin (21/7/25), Ross Smith dari WFP mengabarkan, di Gaza yang selama ini menjadi sasaran utama kebiadaban zionis Israel, kelaparan telah mencapai tingkat keputusasaan yang mencengangkan. Menggocok nurani dan naluri kemanusiaan mereka yang beradab. "Sepertiga penduduk tidak makan selama beberapa hari, berturut-turut, khasnya perempuan dan anak-anak," ujar Ross. "Malnutrisi akut melonjak parah," cetusnya.
Ross mengatakan, lebih dari hampir 100.000 perempuan dan anak-anak menderita malnutrisi akut yang parah dan memerlukan perawatan sesegera mungkin. "Setiap hari di antara mereka meninggal dunia, karena tak ada makanan yang disebabkan oleh terhambat dan berkurangnya bantuan kemanusiaan.
Ross menyatakan, hanya gencatan senjata permanen dan bantuan kemanusiaan lebih luas termasuk bantuan pangan merupakan solusi utama saat ini. "Di Gaza, kini tidak ada bantuan kemanusiaan yang benar-benar bergerak," ujarnya.
Insiden di Pos Keamanan Sikim
Ahad (19/7/25) konvoi bantuan kemanusiaan dan pangan WFP serdadu zionis Israel menyerang dan membantai warga Gaza yang 'memburu' truk-truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza.
80 orang menjadi korban. Sekitar 40 orang tewas, yang mengalami luka-luka jumlahnya lebih banyak. Bilangan korban tersebut diperoleh Ross dari petugas lapangan WFP, beberapa saat setelah insiden itu terjadi. Bagi WFP, jangankan sebanyak itu, satu saja korban sudah terlalu banyak.
Penyerangan atas konvoi truk bantuan kemanusiaan, itu sungguh tragis. Zionis Israel tak mengakui, bahwa serangan itu dilakukan mereka. Mereka menyatakan, tak ada bukti serangan terorganisir di lapangan. Tapi tempat kejadian kejahatan kemanusiaan, itu ada di wilayah yang mereka duduki dan kuasai..
Ross mengungkapkan. Banyaknya korban tewas lantaran penyerangan dilakukan atas kerumunan warga Gaza -- yang sudah putus asa --, memburu konvoi bantuan WFP mendekati pos penjagaan dekat persimpangan di Sikim.
Pembantaian atas warga Gaza yang tak berdaya, itu salah satu isyarat penting yang mengharuskan gencatan senjata permanen dicapai dan diberlakukan. Sekaligus penanda, bahwa diperlukan kondisi minimal yang memungkinkan operasi mandiri bantuan kemanusiaan seperti yang dilakukan WFP dapat beroperasi secara efektif.
Genjatan senjata permanen memungkinkan pembukaan titik penyeberangan ke Gaza. "Juga rute yang tepat di dalam wilayah Gaza itu sendiri. Tanpa kecuali. Setidaknya untuk mendapatkan persetujuan masuk ke dalam wilayah Gaza," ungkapnya.
Sampai saat ini, kata Ross, WFP memerlukan waktu menunggu selama 16 jam untuk berpindah menghantar bantuan kemanusiaan dari satu lokasi ke lokasi lain. "Kondisi seperti ini sungguh menciptakan banyak masalah di lapangan, baik bagi warga sipil maupun operasi kami," katanya.
Kondisi warga Gaza memerlukan, stidaknya operasi minimal bagi penyaluran bantuan yang diperlukan. Paling tidak, agar 100 truk berisi bantuan pangan dan kemanusiaan dapat bergerak setiap hari dari satu titik ke tiutik lain, agar skalanya memadai untuk mengurangi keputusasaan.
Tentu untuk menyelamatkan warga dari kelaparan dan malnutrisi diperlukan pula jaminan keamanan. Namun kini, yang utama adalah tibanya bantuan itu kepada warga, tanpa kecuali ke lokasi-lokasi yang sulit.
Bila kondisi minimal operasi penyaluran bantuan bisa tercapai, termasuk jaminan keamanan -- yang susah didapat --, WFP tak perlu dukungan orang-orang bersenjata di dekat titik distribusi bantuan. Minimal di lokasi-lokasi yang disepakati pihak keamanan sebagai titik tuju penyaluran bantuan.
Solusinya Hanya Genjatan Senjata Permanen
WFP, kata Ross, telah bersepakat tentang hal-hal ini, tapi dengan kondisi yang ada kini, belum dapat memenuhinya. Itulah letak kegagalannya. Hal ini juga, termasuk hilangnya dimensi kemanusiaan akibat dehumanitas, yang akhirnya memicu terjadinya insiden.
"Lagi, genjatan senjata sangat diperlukan agar kami dapat bergerak secara efektif, mencegah terjadinya tragedi. Insiden kemarin amerupakan salah satu tragedi terbesar yang pernah kami saksikan dalam operasi di Gaza," jelasnya lagi.
Bagi WFP setidaknya ada dua faktor yang menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza. Selain keamanan, juga bahan bakar. Keterbatasan bahan bakar ini yanbg menyebabkan WFP, seperti Mei 2025 lalu, hanya mampu memindahkan kurang dari 10 persen dari jumlah truk yang diperlukan.
Padahal, ketika beberapa waktu lalu genjatan senjata antara zionis Israel dengan Hamas terjadi, WFP saja dapat memindahkan lebih dari 200 truk bantuan pangan, sesuai. jumlah yang diperlukan untuk menanggulangi pangan selama dua bulan.
"Jika kami bisa mendapatkan gencatan senjata kami bisa bergerak dengan kapasitas lebih besar, dengan melibatkan petugas yang kini ditempatkan di luar Gaza. Kami punya kapasitas logistik yang memadai jika mendapatkan kondisi operasional minimal untuk bergerak," terang Ross lagi.
Merespon pertanyaan yang diajukan kepadanya, Ross mengemukakan, korban yang jatuh, bukan hanya yang dibantai zionis Israel. Tetapi juga meliputi warga Gaza yang mengalami malnutrisi akut yang parah, yang risiko kematiannya sangat tinggi, terutama untuk anak-anak.
"Mereka -- anak-anak, perempuan dan orang dewasa -- memerlukan perawatan segera. Mereka, dihadapkan oleh kenyataan: mati kelaparan atau mati karena malnutrisi akut," tegasnya.
WFP menyadari untuk menyelamatkan warga Gaza dari kelaparan dengan keputusasaan yang tinggi, mesti berpikir ihwal gagasan kolaborasi dengan GHF, kendati kelak akan dimanipulasi dalam pemberitaan dan diseminasi informasi.
Sekarang, kata Ross, GHF mengadakan konferensi pers setiap pagi dan disiarkan oleh berbagai media corong zionis Israel. Mereka menggambarkan keadaan yang sangat berbeda dari apa yang dikatakan PBB.
Jumlah Orang Lapar Akan Bertambah
Mereka, bahkan mengarahkan pernyataan kepada Cindy McCain, Direktur Eksekutif WFP, "Hubungi kami, pada dasarnya kami ingin bicara." Mereka menjadi lebih agresif. Dalam pemberitaan tentang konvoi WFP yang tertahan di pos penjagaan, mereka juga menyatakan hal-hal minor.
Misalnya, "Anda tahu, ada 100 truk PBB yang menunggu di luar dan makanannya membusuk. Bagaimana PBB bisa membiarkan ini terjadi?"
GHF menolak bantuan PBB di awal, tetapi sekarang menawarkan kerja sama, untuk mendapatkan bahan informasi dan berita, untuk membantah dehumanitas yang mereka lakukan.
Dalam hal mengatasi malnutrisi yang memerlukan perawatan, kondisinya sangat buruk. Mereka sudah menyerang hospital dan petugas medisnya sekaligus. WFP bahkan tidak punya informasi spesifik tentang fasilitas medis yang tersedia.
WFP punya kapasitas untuk menyediakan dukungan dan peningkatan yang diperlukan di Gaza untuk memenuhi kebutuhan pangan warga di sana. "Jadi, itulah posisi kami. Kami telah membuktikannya selama gencatan senjata dan tentu saja sebelumnya dalam konteks lain," kata Ross.
Sebagai suatu lembaga, WFP tentu bekerja sama dengan banyak mitra dalam berbagai konteks, dan semuanya sejalan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan, nilai-nilai, dan cara kerja.
Tentang identifikasi fase keamanan pangan terpadu (IPC), yang sepertinya masih diidentifikasi intel jalur Gaza sebagai keadaan darurat, dari 11 Mei hingga akhir September 2025, menurut Ross seluruh penduduk Gaza berada dalam keadaan darurat atau tingkat kelaparan yang lebih tinggi.
Antisipasi kondisi kelaparan, dilihat dari lapangan, jumlahnya akan bertambah. WFP memperbarui IPC secara berkala, baik penilaian maupun perkiraan. | jeanny